Dari Cetak Atlet Legendaris Kini Minim Murid; Kisah Perjuangan SMA Tamansiswa Bandung yang Hanya Terima 1 Siswa Baru

22 hours ago 17

harapanrakyat.com,- Yayasan Perguruan Tamansiswa Cabang Bandung yang terletak di Jalan Tamansiswa, Malabar, Lengkong Kota Bandung, saat ini sedang menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan eksistensi pendidikan. Pada Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025, Tamansiswa Bandung hanya menerima satu murid baru untuk jenjang SMA. Sementara untuk jenjang SMK nihil penerimaan siswa baru.

Baca Juga: Miris, Dua Murid SLBN A Pajajaran Diduga Diusir dari Asrama PPSGHD Dinsos Jabar

Namun, bukan Tamansiswa namanya apabila menyerah pada keadaan yang terjadi saat ini. Di tengah kesunyian yang menjadi teman setia, tenaga pengajar tetap memiliki roh dan tanggung jawab moral untuk mencerdaskan para generasi penerus.

Ketua Bidang Organisasi dan Panitera Yayasan Tamansiswa, Anwar Hadjah di sela-sela jam istirahat menjelaskan situasi tersebut. Ia mengungkapkan, bahwa awalnya Yayasan Tamansiswa Cabang Bandung menerima 12 calon murid yang hendak menempuh pendidikan jenjang pendidikan SMA.

Namun, terbitnya Keputusan Gubernur Kabar Nomor 463.1/Kep.323-Disdik/2025 tentang Petunjuk Teknis Pencegahan Anak Putus Sekolah ke Jenjang Pendidikan Menengah di Provinsi Jawa Barat serta kebijakan zonasi, 11 calon murid itu terjaring ke SMA bertitel negeri.

“Untuk SMA itu ada sekitar 12 calon siswa. Tapi kemudian yang lainnya itu mundur karena masuk sekolah negeri, lalu tinggal 2. Tapi saat ini hanya tinggal 1 orang saja,” ungkap di pinggir lapangan olahraga, Jumat (25/7/2025).

Anwar berujar, 1 murid baru SMA Tamansiswa Bandung bernama Nadif Alfarizi, yang saat ini berusia 16 tahun. Meskipun belajar seorang diri tanpa teman seangkatan, Nadif tetap tekun dan semangat menimba ilmu.

“Iya hanya satu orang kelas 10. Itu yang masih tekun belajar tadi sudah satu orang. (Total murid) 23 semua angkatan, keseluruhan,” katanya.

Tetap Mengajar Meski SMA Tamansiswa Bandung Hanya Satu Murid Baru

Meski hanya ada 1 murid baru, para tenaga pendidik tetap bertanggung jawab memberikan materi pembelajaran bagi Nadif. Mereka bahkan sesekali mengajak Nadif belajar di luar kelas untuk menghilangkan kejenuhan.

“Kami harus bertanggung jawab, gurunya juga semangat. Kadang juga jenuh karena sendiri. Tidak hanya dalam kelas, kami ajak juga mengunjungi (beberapa ruangan) supaya tahu sejarah Tamansiswa juga,” ucapnya.

Anwar mengakui, bahwa menyusutnya jumlah murid baru di Yayasan Tamansiswa memang bukan pertama kalinya terjadi. Sekitar 13 tahun silam atau saat ada kebijakan zonasi yang kini berubah istilah menjadi domisili, Yayasan Tamansiswa sudah kekurangan murid.

“Iya, tiap tahun memang mengalami penurunan terutama sejak berlakunya zonasi. Jadi memang mengalami penurunan terutama sejak 2012, kalau nggak salah,” ujarnya.

Taufik Hidayat Hingga Muhammad Shohibul Fikri Pernah Menimba Ilmu di Tamansiswa

Di masa jayanya, lanjut Anwar, SMA Tamansiswa Bandung melahirkan para atlet ternama di berbagai cabang olahraga. Misalkan, pebulu tangkis Taufik Hidayat yang saat ini menjadi Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga. Selain itu juga, mantan pemain Persib Bandung,  Atep Rizal dan Eka Ramdani.

“Ya yang terakhir juara All England itu Fikri (Muhammad Shohibul Fikri juara All England 2022). Dulu malah pelopor sekolah atlet itu Tamansiswa zaman kejayaannya, memang sekitar tahun 80an sampai 2010 lah ya,” katanya.

Saat ini, Yayasan Tamansiswa Cabang Bandung terutama jenjang SMA dan SMK, akan memperbaiki kondisi internal dengan mencari terobosan, agar bisa kembali eksis di dunia pendidikan. Mengingat, jenjang pendidikan TK milik Yayasan Tamansiswa Cabang Bandung yang berdomisili di Kompleks Pandanwangi, Cijawura, Buahbatu, Kota Bandung, bisa bertahan dan terbilang berkembang.

“Kami akan memperbaiki kondisi internal membuka kursus, membuka lembaga-lembaga kegiatan pendidikan yang lain,” tuturnya.

Namun Anwar berharap, agar pemerintah lebih bijak dalam menerbitkan kebijakan dan memperhatikan perjuangan sekolah swasta. Sebab, keberadaan sekolah swasta sejatinya bukan kompetitor sekolah negeri, melainkan mitra.

Baca Juga: Ruang Kelas SLBN A Pajajaran Berkurang, Aktivitas Belajar Mengajar Terganggu

Apalagi, sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, sekolah swasta ini sudah turut serta berjuang dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Harus ada kebijakan yang berpihak kepada sekolah swasta. Sekolah swasta itu sudah berjuang sejak zaman penjajahan. Sekolah swasta itu adalah mitra, bukan kompetitor,” pungkas Anwar. (Reza/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto) 

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |