10 Cerita Pulang Kampung Lebaran yang Berkesan

9 hours ago 8

tirto.id - Cerita pulang kampung Lebaran salah satu tema bacaan yang menarik untuk diikuti. Cerpen mudik rata-rata menyajikan kisah yang unik karena memiliki alur yang kadang tidak mudah ditebak.

Cerpen mudik ke kampung halaman biasanya terilhami dari kisah nyata, atau mungkin rekaan semata. Selama alurnya tidak berantakan, ceritanya dapat membuat pembaca terhibur.

Seperti apa contoh cerpen pulang kampung bersama keluarga? Simak beberapa kisahnya berikut ini.

Cerpen pulang kampung bersama keluarga atau pun tidak, memiliki alur beragam. Berikut berbagai cerita liburan sekolah pulang kampung saat Lebaran yang cukup menghibur:

1. Teman Sekelas, Teman Satu Kampung Halaman

Libur Lebaran kali ini, Dimas dan keluarganya melakukan mudik ke Semarang. Rumah mereka di Solo dan setiap tahunnya mudik ke kampung halaman ayah-ibunya di daerah Banyumanik. Kedua orang tuanya tinggal di tempat itu saat kecil.

Mereka meninggalkan Solo menggunakan mobil. Perjalanan awalnya lancar, namun mendadak mulai merayap. Banyak kendaraan yang terjebak arus mudik.

Ayah Dimas memutuskan untuk masuk ke jalan tol. Jalanan lebih lengang lewat jalan berbayar ini. Sampai akhirnya, mereka memutuskan berhenti di area istirahat untuk meregangkan otot-otot badan yang mulai pegal.

Saat Dimas masuk ke minimarket di area tersebut, tidak sengaja ia melihat Didi. Didi adalah teman sekelasnya di sekolah baru. Mereka baru saja masuk kelas 10 di sekolah yang sama.

Mereka lalu saling menyapa. Didi bercerita hendak ke Banyumanik, Semarang, untuk mudik. Dimas lalu menanyakan lebih detail mengenai alamat kampung halaman Didi.

Tak disangka, tujuan akhir perjalanan Dimas dan Didi nyaris sama. Mereka menuju kampung yang saling bertetangga.

Dimas dan Didi lalu mempertemukan kedua orang tua mereka. Ayah Didi ternyata teman bermain kedua orang tua Dimas saat masih SD. Alhasil pertemuan dua keluarga tersebut jadi ajang nostalgia.

Keluarga Dimas dan Didi lalu berpamitan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke tujuan yang sama. Mereka berjanji akan saling berkunjung saat hari raya Idulfitri nanti.

2. Gagal Naik Kereta, Akhirnya Dapat Pertolongan

Andi terburu-buru hendak ke stasiun. Kereta yang akan ditumpanginya berangkat dua jam lagi. Satu-satunya transportasi ke stasiun hanya ada bus pedesaan yang datangnya sering "ngaret".

Saat menunggu bus, di tepi jalan ada keluarga Hadi yang tampak kesal. Ban mobil mereka kempes dan Hadi tampak kesulitan mengganti dengan ban serep.

Andi yang paham tentang hal itu lalu turun tangan membantu. Tak terduga, bus yang dinantikannya telah lewat dan ia tidak mungkin mengejarnya. Andi memilih merampungkan penggantian ban.

Setelah berpamitan dengan Hadi, tak seberapa lama bus lainnya pun datang. Andi menaikinya menuju stasiun.

Setelah sampai di lokasi, Andi langsung berlari menuju pemeriksaan tiket. Nahas, Andi telat dan kereta telah berangkat satu menit yang lalu.

Andi lantas berjalan dengan langkah gontai keluar stasiun. Ia sedih gagal mudik ke kampung halaman.

Tiba-tiba ada suara keras memanggilnya dari seberang jalan. Orang yang berteriak adalah Hadi, orang yang telah ditolongnya. Ia bersama keluarganya ternyata sedang makan di restoran depan stasiun.

Andi lalu menghampiri Hadi dan menceritakan peristiwa yang menimpanya. Hadi tersenyum, lalu menawari Andi untuk ikut mobilnya. Hadi ternyata juga hendak menuju kota yang sama seperti tujuan Andi, yaitu Purwokerto.

Akhirnya, Andi dan keluarga Hadi mudik bersama dalam satu mobil. Dari kebersamaan itu, mereka lantas bersahabat hingga kini.

3. Aku Kangen Kaleng Roti Isi Rengginang

Mungkin aku agak berlebihan dengan rasa kangenku saat Lebaran. Selain aku sangat ingin bertemu dan silaturahmi dengan keluarga, aku juga rindu kaleng roti isi rengginang.

Obsesiku tampak aneh kan? Namun, kenangan terhadap rengginang tidak mudah luntur dimakan zaman.

Dulu, saat aku masih SD, nenekku sering membuat rengginang untuk camilan Lebaran. Makanan ini dibuat dari ketan yang dipipihkan, lalu dijemur sampai kering. Setelah itu, bahan mentah ini digoreng sehingga menjadi rengginang yang renyah dan gurih.

Nenek biasanya menaruh semua rengginang buatannya pada kaleng roti besar. Kaleng ini lantas disajikan di atas meja ruang tamu yang dihidangkan bersama camilan lainnya.

Namun, nenek juga membuat versi lain agar rengginang bisa dinikmati anak-anak. Sebagian rengginang dicelupkan pada coklat leleh. Jadilah menu baru yaitu rengginang coklat yang manis gurih.

Penggemar rengginang coklat buatan nenek tak hanya anak-anak, tapi hampir semua tamu yang bersilaturahmi ke rumah beliau. Aku juga suka makanan itu yang membuatku selalu teringat karena nenek selalu menyajikannya setiap Lebaran.

Hanya saja, nenek sudah tiada satu tahun lalu. Lebaran tahun ini kebersamaan bersama nenek tidak akan terulang lagi. Aku berdoa semoga nenek diterima semua amal ibadahnya oleh Allah. Amin.

4. Mudik ke Kudus dengan Kendaraan Pribadi

Minggu pagi kami sekeluarga berencana untuk berangkat mudik Lebaran ke salah satu kota yang terkenal dengan sebutan kota kretek, yakni Kudus. Kami berangkat ke rumah kakek dan nenek dari Ibu selepas melaksanakan salat subuh.

Persiapan mudik telah dilaksanakan di malam sebelumnya, barang bawaan sudah ditata ke bagasi mobil dan kami sudah siap berangkat dengan Ayah sebagai supirnya. Selama perjalanan aku dan adikku tidur, sehingga lamanya perjalanan dari Bandung ke Kudus tidak terlalu terasa.

Perjalanan tersebut memakan waktu selama 6 jam melalui jalur Tol Semarang-Batang, kami beberapa kali beristirahat di rest area untuk sekedar kencing atau makan. Meski memakan waktu cukup lama, aku senang karena dapat bertemu kembali dengan kakek dan juga nenek tercinta.

Kami menetap di rumah Kakek dan Nenek selama 5 hari, sebelum akhirnya bersiap untuk kembali ke kota Bandung karena Ayah harus bersiap bekerja lagi. Aku tidak sabar untuk berlibur kembali di Kudus dan berkumpul dengan saudara-saudaraku lagi.

5. Dag Dig Dug Pengalaman Berkereta Pertama Kali

Hari Senin, aku dan keluarga bersiap ke stasiun untuk mudik Lebaran dengan menaiki Kereta Api kelas eksklusif. Hatiku berdebar, ini pertama kalinya aku naik kendaraan umum satu ini, rasa cemas dan antusias bercampur jadi satu.

Kereta kami dijadwalkan berangkat pada pukul 08.00 WIB pagi hari, kami sampai di stasiun pukul 07.30 WIB masih cukup waktu untuk mencetak tiket dan menunggu kereta datang. Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya kereta tujuan Surabaya datang juga.

Gerbong kereta eksklusif yang aku naiki terletak di paling depan, jadi aku harus jalan cukup jauh dari tempat tunggu. Kereta pun akhirnya berangkat pukul 8 tepat, saat mulai jalan rasanya ternyata tidak seburuk itu, getaran gerbong tidak semengerikan yang aku bayangkan, kursinya juga nyaman, sepertinya aku akan ketagihan naik kereta!

6. Mudik dan Indahnya Kebersamaan

Tahun ini aku akhirnya berkesempatan untuk mudik ke rumah nenek setelah selama 2 tahun tidak bisa mudik karena kesibukan orang tua. Aku sangat menantikan momen Lebaran di rumah nenek di daerah Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah karena nuansanya yang asri.

Keluargaku berangkat menuju Tawangmangu mengendarai mobil yang dibawa oleh Bapak dan Ibu secara bergantian, untuk menghindari ngantuk katanya. Meski perjalanannya jauh, aku tidak merasa bosan, karena Ibu dan Ayah memutarkan lagu-lagu kesukaanku.

Setelah perjalanan Jakarta-Tawangmangu yang memakan waktu selama 7,5 jam akhirnya kita sampai di rumah kakek nenek. Kebetulan kami sampai di sana pukul 11.00 WIB, kakekku baru saja kembali dari berkebun.

Kami langsung berhambur memeluk kakek dan nenek menumpahkan rasa rindu yang sudah ditabung selama dua tahun. Tidak banyak yang berubah dari keduanya, tetap kakek nenekku yang masih segar meski sudah tidak muda lagi.

Begitulah, aku dan keluarga menghabiskan satu minggu di sana dengan berbagai kegiatan, sungguh indah momen kebersamaan dengan kakek dan nenek, semoga tahun depan bisa mudik lagi!

7. Nostalgia di Kampung Halaman

Libur Lebaran tahun ini aku dan keluarga akan mengunjungi rumah nenek, tempat aku dulu menghabiskan masa kecilku. Perjalanan mudik dimulai pukul 05.00 WIB, segera setelah melaksanakan salat subuh aku bersiap untuk naik mobil bersama Ayah dan Bunda.

Perjalanan berlangsung menyenangkan, aku banyak bersenda gurau dengan kakak, bicara tentang spanduk dan baliho lucu di jalan. Sepanjang jalan, aku membayangkan betapa serunya berlibur ke desa, berenang di sungai dan berburu ikan, melakukan hal yang sama seperti waktu aku kecil dulu.

Setelah melakukan perjalanan selama hampir 10 jam akhirnya kami sampai di tujuan, sedikit lebih lama karena kita sering turun untuk buang air dan beli makan serta minum. Sampai sana langit sudah sore, aku langsung lari mencari nenekku, aku sungguh rindu dia.

Aku langsung menceritakan pengalamanku di sekolah yang baru, nenek menyimak dengan antusias, setelah itu mengajakku menyantap soto buatannya. Akhirnya aku melakukan kegiatan-kegiatan yang sering kulakukan dulu, rasanya seperti nostalgia kembali.

8. Lomba Dapat THR

Setiap tahunnya di momen Lebaran, keluargaku selalu mudik ke rumah Pakde karena nenek dan kakekku sudah tiada. Ada satu momen yang aku tunggu-tunggu banget di Hari Raya Idul Fitri, yaitu bagi-bagi THR.

Mungkin kalian berpikir bahwa pembagian THR itu hal biasa, tapi beda kalau dengan keluargaku, selain senang karena dapat uang tapi juga seru karena dibuat perlombaan. Sebenarnya lomba dapat THR ini cuma mengandalkan keberuntungan saja.

Soalnya, kita disuruh cari amplop-amplop tersembunyi yang sudah ditaruh oleh pakde di sekeliling rumah. Jumlahnya sih sama ya, tapi uang pecahan di dalamnya itu yang beda-beda, ada yang 5000-an, 10.000-an, bahkan 100.000-an.

Tahun ini aku dapat THR sebanyak 200.000 tapi dalam pecahan 2000-an, sedikit kecewa sih karena aku berharap dapat yang pecahan 50.000. Tapi gak masalah karena setelah itu aku tukar uangnya ke mama hehe, pokoknya seru banget!

9. Hari Raya di Jalan

Lebaran tahun ini rencananya aku dan keluarga ingin mengunjungi kediaman nenek di Sidoarjo, Jawa Timur. Aku sudah gak sabar mau mencicipi opor ayam buatan nenek yang gak ada tandingannya itu, dicampur dengan ketupat rasanya makin top markotop.

Tapi sayangnya, karena di jalan kita terjebak macet yang sangat lama, aku sekeluarga gagal melaksanakan sholat ied di rumah nenek. Alhasil kita merapat ke masjid terdekat dan melaksanakan sholat ied di sana.

Meski sedikit kecewa, tapi ini jadi pengalaman baru buatku, di masjid tempat kita melaksanakan sholat ternyata ada tradisi saling tukar makanan setelah sholat. Aku dan keluarga ikut menikmati hidangan yang disajikan, sungguh berkesan mengenal budaya baru di Hari Raya.

Setelah itu, kita langsung melanjutkan perjalanan ke rumah nenek, sampai di sana nenek sudah menyambut dengan mengenakan baju gamis putih, tampak cantik sekali. Aku langsung memeluk nenek dan menceritakan pengalamanku solat ied di tempat asing.

10. Seminggu di Desa yang Asri

Libur Lebaran tahun ini aku pergi ke rumah tanteku di Jogja, tepatnya di daerah Kaliurang, tempatnya sejuk. Rumah tanteku berada di dekat daerah wisata Taman Rekreasi Kaliurang, aku sering berkunjung ke situ, dari sejak awal libur aku sudah tiga kali kesana hanya dengan membayar tiket masuk sebesar 8.000 rupiah.

Di sana ada banyak patung-patung aneh, aku mengambil foto dengan patung gajah, raksasa hijau, dan banyak lagi. Di sana aku juga berseluncur di papan warna-warni, meski awalnya takut tapi aku jadi ketagihan dan naik wahana itu berkali-kali.

Gak cuma bermain aku juga banyak menyantap makanan enak yang dijual di sepanjang jalan depan taman. Rasanya senang sekali, udaranya sejuk dan bersih, langitnya juga cerah, aku bisa jalan kesana kemari tanpa takut kena asap motor yang berlebihan.

Banyak pepohonan rindang, rasanya semakin sejuk kalau ada di bawahnya, aku ingat saat pelajaran IPA bahwa pohon itu menghasilkan oksigen, mungkin karena itu ya jadi lebih segar rasanya kalau di bawah pohon.


tirto.id - Pendidikan

Kontributor: Aisyah Yuri Oktavania
Penulis: Aisyah Yuri Oktavania
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar & Ilham Choirul Anwar

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |