Arca Buddha Vajrasattva mungkin terdengar cukup asing di telinga masyarakat Indonesia. Kendati demikian, patung Buddha Vajrasattva menyimpan banyak sejarah tentang peradaban di masa lampau. Terutama pada era kejayaan kerajaan Hindu-Buddha di wilayah Nusantara.
Baca Juga: Sejarah Candi Songgoriti, Candi Tertua di Jawa Timur
Menjadi salah satu artefak bersejarah tentu penting sekali mengenalinya sebagai upaya pelestarian warisan budaya bangsa. Oleh sebab itu, mari kita ulas lebih detail tentang benda peninggalan tersebut dalam penjelasan berikut.
Arca Buddha Vajrasattva dan Sejumlah Fakta Menariknya
Seperti kita ketahui, sebelum Indonesia menjadi negara kesatuan macam sekarang, wilayah Nusantara terdiri atas berbagai kerajaan. Kerajaan-kerajaan ini tersebar di sejumlah pulau, termasuk Jawa, Kalimantan hingga Sumatera.
Salah satu kerajaan besar yang pernah berjaya di Nusantara adalah Kerajaan Kediri atau Panjalu. Menurut catatan sejarah, Panjalu merupakan kerajaan Hindu di Jawa Timur, yang berdiri sekitar tahun 1042.
Berada di bawah pemerintahan Wangsa Isyana, Kerajaan Kediri alias Panjalu berkembang cukup pesat. Baik di sektor ekonomi, politik maupun sosialnya. Bahkan, mampu mengungguli sejumlah kerajaan Hindu yang saat itu sudah lebih berjaya.
Namun, masa kejayaan Panjalu runtuh sekitar tahun 1222. Tepatnya setelah perseteruan antara Kertajaya dan kaum Brahmana meletus. Kehancuran Panjalu menyisakan berbagai peninggalan yang masih ada hingga sekarang, satu di antaranya yaitu arca Buddha Vajrasattva.
Tentang Buddha Vajrasattva
Penemuan patung Buddha Vajrasattva di kawasan Kerajaan Kediri banyak menimbulkan tanda tanya. Bagaimana tidak, Panjalu di Kota Kediri populer sebagai kerajaan yang bercorak Hindu. Sementara Vajrasattva merupakan representasi dari agama Buddha.
Dalam kepercayaan Buddha, Vajrasattva terkenal sebagai sosok penting, khususnya di tradisi Mahayana dan Vajrayana. Kata “Vajra” dalam bahasa Sanskerta berarti “intan” atau “kilat”. Ini melambangkan kualitas tak tergoyahkan, keras sekaligus murni.
Sementara Sattva artinya “makhluk” atau “esensi”. Sehingga Vajrasattva mencerminkan sifat-sifat Buddha yang sempurna. Termasuk murni, kuat serta tak terpengaruh oleh kotoran-kotoran di batinnya.
Vajrasattva kerap dipanggil untuk memurnikan pikiran atau batin dari segala kotoran dan karma-karma negatif. Prosesnya melalui meditasi guna mencapai pencerahan.
Diyakini Ada Akulturasi Budaya dan Agama
Beberapa ahli menyebut keberadaan arca Buddha Vajrasattva di wilayah Panjalu yang notabene kerajaan Hindu mungkin pengaruh akulturasi. Ini turut mengindikasikan adanya interaksi serta toleransi antar agama yang tinggi pada masa itu.
Kemungkinan besar, masyarakat Kediri di masa lampau hidup berdampingan secara harmonis dengan penganut agama Buddha. Ini tentu bukan hal yang aneh. Apalagi mengingat pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, seringkali terjadi akulturasi budaya maupun agama.
Baca Juga: Prasasti Pasir Datar, Peninggalan yang Isinya Masih Jadi Misteri
Sebagai contoh, penguasa Sriwijaya sebagai kerajaan Buddha tidak melarang perkembangan agama Hindu di wilayah kekuasaannya. Kendati demikian, pendapat adanya akulturasi masih simpang siur dan belum menemukan kebenarannya hingga sekarang.
Kini Tersimpan di Jerman
Melansir dari berbagai sumber, konon katanya arca asli Buddha Vajrasattva masih ada hingga kini. Sekarang, patungnya tersimpan dan menjadi koleksi utama di Museum fur Indische Kunst, Berlin, Jerman.
Peninggalan Lain dari Kerajaan Kediri
Selain patung Buddha Vajrasattva, ternyata Kerajaan Kediri atau Panjalu juga memiliki sejumlah peninggalan yang masih lestari. Beberapa peninggalan tersebut meliputi:
1. Candi Penataran
Penataran atau Palah merupakan salah satu kompleks candi Hindu Siwa terbesar di Jawa Timur. Terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, Desa Penataran, Nglegok, Blitar. Candi ini menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Kediri di masa lalu.
Pembangunan Candi Penataran diperkirakan mulai pada abad ke-12 Masehi pada masa pemerintahan Kertanegara. Fungsinya yaitu sebagai tempat ritual keagamaan, pemerintahan dan pusat kegiatan sosial masyarakat.
2. Kitab Kakawin Bharatayudha
Selain bangunan bersejarah, ada juga kitab Kakawin Bharatayudha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Kabarnya, kitab ini sudah ada sejak tahun 1157 dan termasuk peninggalan kerajaan Kediri yang sangat populer.
Isi di dalamnya yaitu menceritakan tentang peristiwa peperangan antara kaum Kurawa dengan Pandawa. Sementara itu, saat ini, kitab Kakawin Bharatayudha tersimpan di Perpustakaan Dokumentasi Budaya Bali.
Baca Juga: Sejarah Prasasti Yupa, Legasi Kerajaan Kutai
Demikian penjelasan tentang arca Buddha Vajrasattva sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Kediri. Pada dasarnya, informasi tentang patung Buddha Vajrasattva sangatlah terbatas. Kendati begitu, semoga ulasan di atas tetap bisa membantu belajar sejarah. (R10/HR-Online)