Prasasti Kayu Ara Hiwang pertama kali ada di Desa Boro Wetan, Kecamatan Banyuurip. Letaknya berada di tepi Sungai Bogowonto. Peninggalan bersejarah ini menjadi saksi bisu peradaban masa lalu. Prasasti ini kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta dengan inventaris D 78.
Dalam sejarah Indonesia, prasasti tersebut memiliki nilai sejarah tinggi karena mencatat sebuah peristiwa besar. Para pejabat dari berbagai daerah berkumpul untuk menghadiri upacara besar pada 5 Oktober 901 Masehi. Peristiwa ini menjadi bukti nyata tentang bagaimana daerah Purworejo memainkan peran penting sejak ratusan tahun lalu.
Baca Juga: Menggali Sejarah Prasasti Blanjong, Prasasti Tertua di Pulau Bali
Lokasi penemuan prasasti berada di bawah pohon Sono, yang saat itu menjadi bagian penting dari lanskap Dusun Boro Tengah. Desa ini, yang kini bernama Boro Wetan, menyimpan banyak kisah tentang keagungan masa lampau.
Makna Penting di Balik Prasasti Kayu Ara Hiwang
Prasasti Kayu Ara Hiwang adalah prasasti batu yang ditemukan di Desa Boro Tengah, Purworejo, Jawa Tengah, yang berangka tahun 823 Saka atau sekitar 901 Masehi. Prasasti ini tertulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuno, terdiri dari 21 baris yang ditulis berkeliling, mencakup sisi depan, samping kanan, sisi belakang, dan samping kiri prasasti.
Isi prasasti ini menyebutkan bahwa seorang petinggi kerajaan bernama Rake Wanua Poh Dyah Sala (atau Dyah Mala?) meresmikan desa Kayu Ara Hiwang sebagai sima, yang merupakan desa perdikan atau desa yang diberikan hak-hak tertentu oleh kerajaan.
Tanggal pelaksanaan upacara besar yang tercatat dalam prasasti, yakni 5 Oktober 901 (5 krsnapaksa bulan Asuji tahun 823 Saka), kemudian diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Purworejo. Penetapan tersebut dilakukan oleh DPRD Kabupaten Purworejo dalam rapatnya pada 5 Oktober 1994.
Nama “Kayu Ara Hiwang” mengacu pada pohon kayu ara (jenis beringin, genus Ficus) yang miring atau condong, yang menjadi simbol dalam prasasti ini.
Prasasti ini bukan sekadar batu bertulis biasa. Isinya mencatat momen berharga yang melibatkan berbagai tokoh penting. Dalam prasasti tersebut, tercantum nama-nama wilayah seperti Watu Tihang, Gulak, dan juga Parangran Wadihadi.
Upacara besar yang tercatat dalam prasasti tersebut menjadi ajang berkumpulnya para pemimpin. Mereka membahas berbagai hal penting yang mencerminkan keutuhan dan kesatuan wilayah kala itu. Kehadiran pejabat dari berbagai daerah menunjukkan betapa pentingnya peristiwa yang terjadi pada 901 Masehi tersebut.
Prasasti ini juga membuktikan bahwa wilayah Purworejo pernah menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya. Dengan demikian, prasasti ini memiliki arti penting dalam memahami sejarah Jawa kuno.
Peran Sungai Bogowonto dalam Sejarah Lokal
Sungai Bogowonto tidak hanya menjadi saksi bisu penemuan prasasti, tetapi juga kehidupan masyarakat setempat. Sungai ini berperan sebagai jalur transportasi utama pada masa lalu. Peradaban di sekitar sungai berkembang pesat berkat kemudahan akses dan sumber daya yang melimpah.
Banyak kisah heroik yang berkaitan dengan sungai ini, termasuk keberadaan Prasasti Kayu Ara Hiwang. Sungai Bogowonto menjadi penghubung bagi masyarakat dari berbagai wilayah yang disebutkan dalam prasasti. Dengan begitu, sungai ini tidak hanya menopang kehidupan ekonomi tetapi juga membangun koneksi sosial.
Keindahan Sungai Bogowonto juga menjadi inspirasi bagi penduduk lokal dalam berbagai aspek budaya. Sungai ini hingga kini masih menjadi kebanggaan masyarakat Purworejo sebagai bagian dari warisan leluhur.
Warisan Leluhur yang Perlu Dijaga
Prasasti Kayu Ara Hiwang adalah bukti keagungan masa lalu yang perlu kita hargai. Warisan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan merawat peninggalan sejarah. Setiap ukiran pada prasasti membawa pesan tentang peradaban yang pernah berjaya.
Baca Juga: Prasasti Pasir Datar, Peninggalan yang Isinya Masih Jadi Misteri
Masyarakat Purworejo memiliki tanggung jawab besar untuk melestarikan warisan ini. Upaya untuk menggali kembali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi salah satu cara menghormati leluhur. Melalui prasasti ini, kita belajar tentang kekuatan persatuan dan kebersamaan.
Generasi muda juga memiliki peran penting dalam menjaga eksistensi prasasti ini. Dengan memahami sejarah, mereka dapat menciptakan masa depan yang lebih baik dan berakar pada nilai-nilai luhur.
Mengapa Prasasti Ini Istimewa?
Prasasti Kayu Ara Hiwang memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari prasasti lainnya. Ukirannya menunjukkan detail yang sangat terjaga, menampilkan gaya seni yang khas pada masanya. Selain itu, informasi yang terkandung dalam prasasti ini sangat kaya dan berharga bagi penelitian sejarah.
Keberadaan prasasti ini juga menunjukkan bahwa wilayah Purworejo memiliki peran strategis sejak masa lampau. Keterlibatan pejabat dari berbagai daerah menandakan bahwa Purworejo adalah pusat kegiatan penting pada masanya. Hal ini membuat prasasti ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para peneliti dan sejarawan.
Penyimpanan prasasti di Museum Nasional Jakarta juga menjadi bukti pengakuan terhadap nilai sejarahnya. Prasasti ini tidak hanya menjadi milik masyarakat lokal tetapi juga menjadi kebanggaan nasional.
Menghidupkan Kembali Semangat dari Prasasti Kayu Ara Hiwang
Bayangkan kembali suasana upacara besar pada 5 Oktober 901 Masehi. Para pejabat dari berbagai daerah datang dengan semangat persatuan. Mereka membawa harapan besar untuk kemajuan wilayah masing-masing.
Kisah yang terkandung dalam prasasti ini memberikan pelajaran berharga tentang keberanian dan semangat kebersamaan. Nilai-nilai tersebut relevan hingga kini dan menjadi landasan bagi kehidupan bermasyarakat.
Baca Juga: Prasasti Kedukan Bukit, Menguak Sejarah, Isi dan Maknanya
Prasasti Kayu Ara Hiwang mengajarkan kita tentang pentingnya kolaborasi. Masyarakat saat itu berhasil menciptakan hubungan harmonis meski berasal dari latar belakang berbeda. Ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus memperkuat persatuan dalam keberagaman.gambarkan sejarah besar Purworejo yang menjadi inspirasi bagi persatuan dan kebersamaan. (R10/HR-Online)