tirto.id - Wacana penggunaan pendekatan Deep Learning Ful-Ful disebut-sebut akan menggantikan Kurikulum Merdeka dan semakin mencuat. Apa itu Deep Learning Ful-Ful dan benarkah akan jadi kurikulum baru?
Deep learning termasuk sebuah metode kecerdasan buatan atau artificial intelegent (AI) yang meniru cara kerja otak manusia untuk memproses data, memungkinkan komputer mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, dan data lain.
Terlebih, disebutkan dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan berjudul "Deep Learning dan Penerapannya dalam Pembelajaran" (2022) oleh Abdul Raup, dkk., perkembangan AI mengalami lonjakan pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Oleh karena itu, mempelajari dan menerapkan kecerdasan buatan seperti deep learning menjadi sangat penting.
Dalam bidang pendidikan, teknologi AI diyakini dapat membantu institusi meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya operasional, memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang arus keuangan, serta mempercepat respons terhadap berbagai permintaan.
Memahami Konsep Deep Learning Ful-Ful
Deep Learning Ful-Ful merupakan penggabungan tiga elemen. Di antaranya terdiri dari Mindful Learning, MeaningfulLearning, dan Joyful Learning. Bisa dikatakan, kata Ful-Ful berasal dari imbuhan terakhir istilah Mindful, Meaningful, dan Joyful.
Elemen tersebut dirancang dalam rangka menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tapi juga memberikan pengalaman.
Apabila diterapkan dalam sebuah kurikulum sekolah, melalui konsep Mindful Learning, seorang guru bakal memperhatikan keunikan setiap siswa, termasuk potensi dan kebutuhan individual mereka.
Misalnya, dalam pelajaran tentang panas. Siswa diajak bereksperimen di laboratorium. Mereka dapat memahami proses dan manfaat panas dalam kehidupan sehari-hari.
Elemen selanjutnya adalah Meaningful Learning. Nantinya, siswa didorong untuk memahami alasan dan manfaat setiap materi pelajaran dalam kehidupan nyata.
Terakhir, Joyful Learning. Hal ini menciptakan suasana belajar yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menggugah pemikiran mendalam siswa terhadap materi yang dipelajari.
Siswi mengikuti proses kegiatan belajar di SD Negeri Kenari 07/08 Pagi, Jakarta, Kamis (29/2/2024). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU
Berikut penjelasan masing-masing elemen dalam konsep Deep Learning:
Mindful Learning
- Proses pembelajaran dengan kesadaran penuh, fokus, dan terlibat secara aktif.
- Contohnya melalui pendekatan project based learning.
Meaningful Learning
- Proses pembelajaran yang membuat siswa menyadari bahwa ilmu yang dipelajari memiliki makna dan relevansi dalam kehidupan nyata.
- Contohnya hubungan antara matematika dengan transaksi keuangan.
Joyfull Learning
- Proses pembelajaran yang menyenangkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang positif.
- Contohnya pendekatan belajar dengan game atau kuis.
Deep Learning Ful-Ful Jadi Kurikulum Baru?
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menyampaikan bahwa pihaknya masih mengkaji kurikulum pendidikan di Indonesia.
Namun, ia menegaskan Deep Learning Ful-Ful bukan kurikulum, melainkan metode pembelajaran untuk meningkatkan kapasitas dan pemahaman siswa melalui pengalaman.
"Deep learning itu bukan kurikulum. Deep learning itu pendekatan belajar. Termasuk ful-ful juga bukan kurikulum," jelasnya.
Kementerian Dikdasmen katanya akan terus meninjau materi pembelajaran agar tidak membebani siswa dan guru, termasuk aspek urutan dan pembobotan. Mendikdasmen juga menegaskan hingg saat ini belum ada keputusan terkait pergantian Kurikulum Merdeka dengan yang paling gres.
"Belum ada keputusan soal itu. Yang saya sampaikan itu soal pendekatan belajarnya," ujarnya.
Selain menyangkut Kurikulum Merdeka Belajar, Mendikdasmen juga akan mempertimbangkan ulang penerapan sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui jalur zonasi, hingga penghapusan Ujian Nasional (UN) dengan hati-hati.
“Jadi soal Ujian Nasional, soal PPDB zonasi, Kurikulum Merdeka Belajar, apalagi, ya, yang sekarang masih menjadi perdebatan, nanti kita lihat semuanya secara sangat seksama dan kami akan sangat berhati-hati," ujar Abdul Mu'ti di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta Pusat, pada Senin (4/11).
tirto.id - Edusains
Kontributor: Nisa Hayyu Rahmia
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani