tirto.id - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berencana memperkenalkan mata pelajaran Artificial Intelligence (AI) dan coding mulai kelas 4 SD.
Rencana ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, yang menjelaskan bahwa meskipun tidak bersifat wajib, pengajaran AI dan coding diharapkan dapat dimulai pada kelas 4, 5, atau 6 SD.
Langkah ini juga mendapat dukungan penuh dari Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, yang menekankan pentingnya mempersiapkan generasi masa depan yang ahli dalam coding, AI, dan teknologi terkait lainnya untuk menghadapi persaingan global. Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah seberapa efektif dan pentingkah pengajaran AI bagi anak-anak di usia SD?
Artikel ini akan membahas temuan-temuan utama dari studi dari argumen terkait pentingnya mengajarkan AI kepada anak-anak, serta bagaimana mereka menyarankan pengajaran AI di sekolah dasar dapat dilaksanakan secara efektif.
Kata Pakar tentang Pentingkah AI Diajarkan untuk Anak SD?ANAK BELAJAR AI CODING. foto/istockphoto
Kecerdasan Buatan (AI) telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, dari cara kita bekerja hingga cara kita berinteraksi dengan teknologi. Dengan berkembangnya dunia digital yang semakin kompleks, satu pertanyaan yang kini semakin mengemuka adalah: Apakah penting bagi anak-anak sekolah dasar untuk belajar tentang AI?
Weipeng Yang, asisten professor di Department of Early Childhood Education (ECE)
dari University of Hong Kong dalam laporannya yang berjudul Artificial Intelligence education for young children: Why, what, and how in curriculum design and implementation mengemukakan berbagai argumen terkait pentingnya mengajarkan AI kepada anak-anak.
Berdasarkan penelitian Weipeng Yang, AI bukan hanya untuk mereka yang bekerja di bidang teknologi atau ilmu komputer. AI adalah bagian dari literasi digital, yang kini menjadi keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh semua warga dunia, termasuk anak-anak.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, keberadaan AI dalam kehidupan sehari-hari semakin tidak terhindarkan. Mulai dari asisten virtual, rekomendasi media sosial, hingga teknologi pengemudi otonom, AI sudah menjadi bagian penting dari masyarakat kita.
Mengapa hal ini penting untuk anak-anak sekolah dasar? Karena literasi AI memberikan dasar yang kuat bagi mereka untuk mengerti dan beradaptasi dengan dunia yang semakin terhubung dengan teknologi.
Pendidikan tentang AI akan mengajarkan anak-anak bagaimana teknologi bekerja, bagaimana informasi diproses, serta bagaimana AI dapat membantu manusia dalam berbagai hal. Lebih dari itu, ini membantu anak-anak memahami bahwa AI, meskipun canggih, juga memiliki keterbatasan dan bias yang harus diwaspadai.
Weipeng Yang dalam laporannya menegaskan bahwa pendidikan AI merupakan bagian organik dari literasi digital yang perlu dimiliki setiap individu, termasuk anak-anak. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar AI, anak-anak akan lebih siap untuk berinteraksi dengan dunia yang semakin dipengaruhi oleh teknologi ini.
Meski demikian, mengajarkan AI kepada anak SD juga memiliki beberapa tantangan, seperti risiko ketergantungan teknologi yang dapat mengurangi waktu bermain di luar dan menghambat perkembangan keterampilan sosial mereka.
Selain itu, AI memiliki sisi etika yang kompleks, terutama terkait privasi dan dampak sosial, yang sulit dipahami oleh anak-anak sehingga membutuhkan pengawasan ketat dari orang dewasa.
Tantangan lainnya adalah kesulitan dalam menyederhanakan konsep AI yang rumit agar mudah dimengerti oleh anak-anak, sehingga diperlukan guru atau tenaga pengajar khusus yang paham cara mengajarkan teknologi pada usia dini.
Bagaimana Mengajarkan AI pada Anak SD?ANAK BELAJAR AI CODING. foto/istockphoto
Untuk mengajarkan AI pada anak-anak di sekolah dasar, pendekatan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman mereka.
Studi yang dilakukan oleh Jiahong Su dan Yuchun Zhong dalam studi berjudul Artificial Intelligence in Early Childhood Education: Curriculum Design and Future Directions (2022) menyarankan pendekatan yang lebih interaktif dan berbasis pengalaman agar anak-anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan namun tetap efektif.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Salah satu metode yang dianggap paling efektif adalah project-based learning atau pembelajaran berbasis proyek. Metode ini memungkinkan anak-anak untuk bekerja pada proyek yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti proyek lingkungan atau seni, yang mengintegrasikan teknologi AI.
Misalnya, dalam proyek pelestarian laut, anak-anak dapat belajar bagaimana aplikasi AI dapat digunakan untuk memprediksi pola pergerakan sampah di laut atau membantu memonitor kesehatan ekosistem laut.
Dengan pendekatan berbasis proyek, anak-anak belajar tidak hanya tentang teknologi AI, tetapi juga bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah nyata.
2. Penggunaan Alat dan Platform Digital yang Ramah Anak
Platform seperti Teachable Machine atau AI for Oceans memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk terlibat langsung dengan teknologi AI.
Melalui platform ini, anak-anak dapat membuat model AI mereka sendiri, seperti mengenali gambar atau suara, tanpa perlu mengetahui bahasa pemrograman yang rumit. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bereksperimen dan memahami bagaimana AI bekerja, sambil tetap menjaga kesenangan dalam belajar.
3. Pembelajaran Kolaboratif
Dalam studi tersebut, juga disarankan agar pembelajaran dilakukan secara kolaboratif. Anak-anak dapat bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama, seperti membuat robot yang bisa melakukan tugas tertentu atau merancang proyek berbasis AI.
Pembelajaran yang melibatkan kerjasama antar teman sekelas ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah secara efektif, yang sangat dibutuhkan di masa depan.
Selain itu, Lukman Hakim, fungsional PTP ahli Madya, Direktorat PPG dalam tulisannya juga menyampaikan AI dapat digunakan untuk menggantikan beberapa tugas guru, seperti memberikan pengajaran yang dipersonalisasi melalui sistem tutor cerdas.
Namun, peran guru tetap penting, terutama dalam membimbing siswa agar dapat berkolaborasi dengan teknologi dan mengembangkan keterampilan sosial serta emosional yang diperlukan untuk mengatasi tantangan pembelajaran.
Selain itu, dalam penerapan AI di kelas, ada berbagai teknologi seperti virtual mentors yang berfungsi sebagai pengganti instruksi kelas tradisional, voice assistants yang memudahkan pencarian informasi, dan smart content yang menawarkan bahan bacaan terbaru.
Teknologi-teknologi ini memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan independen dalam belajar, namun tetap memerlukan dukungan dari guru dan orang tua.
tirto.id - Edusains
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Iswara N Raditya