tirto.id - Desember 2024, barangkali momen terakhir bagi Riah Tarigan merasakan makan semeja bersama suaminya, Iptu Tomi Samuel Marbun. Lekat dalam ingatan Riah ketika melihat tingkah sang suami yang tak biasa. Konon, Samuel Marbun mengeluh tanpa menjelaskan alasannya kepada Riah.
Sebagai istri, Riah lantas menyuapi sang suami. Momen itu menjadi terakhir kalinya Riah beradu fisik dengan sang suami. Kini, tiga bulan berlalu, Riah hidup dirundung duka dalam kesendirian.
Tomi yang merupakan mantan Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, itu, kini tak tahu keberadaanya.
Iptu Samuel Marbun ditugaskan satuannya menjalankan misi mengejar kelompok bersenjata atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pada 16 Desember 2024.
Saat mengahadiri Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (17/3/2025), Riah tak kuat menahan tangis saat diminta menjelaskan kronologi kehilangan sang suami.
“Sedikit bercerita kronologi yang saya alami, dari sebelum setelah itu saya mendapatkan mendapatkan kabar suami saya sudah kejadian, selanjutnya sampai pencarian yang tidak membuahkan hasil,” kata Riah sambil menangis, Senin.
Sebelas Desember 2024, Riah melihat suaminya melakukan persiapan mulai dari persenjataan hingga pakaian yang dibawa sebelum menjalankan misi.
“Setelah itu pada saat kami makan siang pada suatu hari kami makan siang, saya enggak tau kenapa dia, tiba-tiba suami saya mengeluh sambil saya suapi. Dia bilang ‘aduh didesak-desak terus ini’,” kenang Riah.
Empat hari kemudian, Samuel Marbun sempat mengajak Riah berbicara empat mata. Namun, rencana itu urung dilakukan karena berbagai kesibukan. Sebelum berangkat, Samuel Marbun sempat meminta mentransferkan uang Rp30 juta untuk keperluan operasional.
Riah memprotes. Mengapa harus menggunakan uang pribadi untuk operasi kepolisian. Namun, Samuel Marbun kukuh meminta uang lekas ditransferkan.
Banyak Kejanggalan
Pasca mengetahui kehilangan suaminya, Riah merasakan banyak kejanggalan. Pasalnya, pada 18 Desember, saat pertama kali kabar sang suami hilang, utamanya saat Wakapolres Teluk Bintuni, Kompol Ade Luther Far-Far, mengabari longboat yang ditumpangi Samuel Marbun terbalik di sungai.
Kompol Ade tak menjelaskan secara terperinci ketika ditanya siapa yang menyaksikan insiden nahas itu.
“Datang ke rumah saya sekitar jam 01.30 siang menginfo kalau suami saya longboat-nya terbalik. Terus saya tanya siapa yang lihat?,” katanya.
“Terus dia bilang, Bapak Waka bilang, ‘Dek informasinya belum jelas, tetapi katanya tim yang sudah, di longboat yang satunya mereka lihat perahu, perahunya Tomi terbalik, tetapi orangnya enggak ada. Itu informasi yang saya dapat,” lanjutnya bercerita.
Di sisi lain, Kapolres Teluk Bintuni, AKBP Choiruddin Wachid, mengatakan kepada Riah bahwa suaminya tergelincir dari longboat. Lagi-lagi, Riah merasa janggal. Sebab, mengapa tak ada pertolongan langsung yang diberikan kepada suaminya.
“Si Tomi ini duduk di belakang longboat, duduk di paling belakang, terus mungkin dia salah pijak atau bagaimana akhirnya dia tergelincir, dan tidak ada yang melihat. Tanggal 18 itu sampai malam tidak ada pencarian,” urai Riah bertanya-tanya.
Tak sampai situ, cerita lain disampaikan oleh Kanit Resmob Polres Teluk Bintuni, Brigpol Roland Manggaprouw, yang ikut dalam operasi tersebut. Riah mengatakan bahwa Roland menyebut suaminya hanyut terbawa arus sungai. Roland yang merupakan rekan semisi Samuel Marun, mengeklaim sempat berusaha menolong. Namun, kepala Roland terbentur kayu hingga pusing dan gagal menyelamatkan Samuel.
“Penjelasan Pak Roland dia mau menolong, dia mau berenang ke arah sana, tapi mukanya tertumbuk kayu yang membuat dia pusing sehingga tidak sampai ke titik suami saya,” tutur Riah.
Curiga dengan keterangan tersebut, Riah kemudian menelepon anggota lain yang ada di lokasi untuk menanyakan kronologi versi lain. Namun, anggota itu enggan bercerita dengan alasan tidak berani.
“Bagaimana menurut pengelihatan kamu? (tanya Riah). Saya tidak tahu ibu, untuk kronologi mungkin ibu bisa tanya ke pak Roland karena Pak Roland yang waktu itu lihat,” kenang Riah menceritakan percakapannya.
“Terus saya bilang tapi saya mau denger versi kamu lalu dia bilang ‘saya tidak berani ibu’. Itu menjadi tanda tanya kepada saya. Kenapa anggota tidak berani berbicara?,” tambah Riah.
Upaya Pencarian
Upaya pencarian Samuel sempat dilakukan via udara dengan menyewa pesawat kecil pada 19 Desember 2024. Riah mengaku tidak menemukan tanda-tanda Samuel hanyut di area tersebut.
“Di situ pada saat saya melihat dari pesawat itu tidak ada tanda-tanda hanyut karena itu pesawat sudah terbang rendah tapi tidak ada tanda-tanda hanyut,” jelas Riah.
Upaya pencarian Tomimenggunakan biaya pribadi keluarga. Keluarga menyewa biaya helikopter senilai Rp494 juta dan Pesawat Cesna senilai Rp260 juta.
Saat pencarian berlanjut beberapa hari kemudian, Riah mendapatkan pesan suara dari istri Kapolres yang menyatakan bahwa tim pencari hampir diserang kelompok bersenjata. Informasi ini kemudian menyebar ke masyarakat, menyebabkan relawan lokal takut untuk ikut mencari.
Konon, Riah bertemu Roland sembari membuktikan kesaksiannya bahwa dia terbentur kayu saat kejadian. Namun, Riah mengaku tak melihat keanehan di wajahnya. Pasalnya, tak ada bekas luka akibat benturan kayu.
“Saya lihat mukanya, saya perhatikan. Di situ saya tidak dapat tanda lecet atau memar sedikit pun,” tukas Riah.
Riah juga mengaku heran mengapa istri-istri anggota yang memberikan dukungan kepadanya justru diperingatkan akan dipanggil dan dilarang ke rumahnya untuk memberi dukungan morel.
“Lalu yang membuat saya juga kecil hati karena ibu ibu anggota Reskrim datang ke rumah memberikan support itu sangat manusiawi dan wajar menurut saya berikan support mereka ikut dalam tim doa seperti itu,” pungkasnya.
tirto.id - Hukum
Reporter: Rahma Dwi Safitri
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama