SaaS Jadi Primadona Investor, Siapkah Indonesia Bersaing?

17 hours ago 7

tirto.id - Meningkatnya penetrasi internet memberikan peluang bagi industri Software as a Service (SaaS) untuk terus berkembang di Indonesia. SaaS adalah jenis layanan cloud computing yang bertujuan untuk memberikan layanan aplikasi secara online kepada pengguna.

Menukil penjelasan dalam laman East Ventures, cloud computing merupakan teknologi yang memungkinkan pemprosesan data dan jaringan dari yang sebelumnya mengandalkan infrastruktur fisik menjadi di internet.

Layanan cloud computing sendiri mencakup infrastruktur (IaaS, yang merupakan utilitas digital seperti bandwidth internet dan tempat penyimpanan data); platform (PaaS, mengacu pada layanan yang mengelola beberapa aplikasi secara bersamaan); dan software (SaaS).

SaaS memanfaatkan teknologi cloud computing untuk memudahkan setiap orang mengakses suatu aplikasi tanpa perlu melakukan instalasi di perangkat pribadi kita (cloud- based software). Sehingga, model penerapan bisnis SaaS tidak memerlukan perangkat keras atau hardware.

SaaS bekerja melalui model pengiriman cloud, di mana pengguna dapat mengakses aplikasi perangkat lunak melalui internet alih-alih menginstalnya di perangkat lokal mereka. Penyedia perangkat lunak meng-hosting aplikasi dan data terkait menggunakan server, database, jaringan, dan sumber daya komputasi miliknya, atau ISV (Independent Software Vendor) mengontrak penyedia cloud untuk meng-hosting aplikasi di pusat data penyedia.

Hasyim, dkk (2022) dalam jurnal berjudul The Role of SAAS Application in Business Activities E-Commerce mengungkap banyak perusahaan yang menggunakan SaaS karena beberapa alasan seperti, dapat menghemat waktu perusahaan dalam melakukan instalasi dan perbaikan jika ada kerusakan.

Penggunaan layanan SaaS juga dapat menekan biaya operasional daripada ketika perusahaan mengelola server atau software sendiri yang memerlukan biaya tambahan. Selain itu mempermudah user-nya dalam mengaksesnya, karena dapat diakses melalui browser saja.

Selain itu, menukil penjelasan dalam laman AWS, vendor SaaS mengelola alat perangkat keras, perangkat lunak, dan aplikasi di pusat data atau lingkungan cloud-nya sendiri. Sehingga, klien atau pengguna tidak perlu lagi memikirkan cara memelihara layanan atau cara mengelola infrastruktur yang mendasarinya.

Di level global perkembangan industri SaaS sendiri berkembang pesat. Industri ini memiliki tingkat pertumbuhan 12 kali lipat sejak 2010 dan diproyeksikan mencapai 307,3 miliar dolar AS pada 2026, seperti yang diperkirakan Growthpal.

Lalu, bagaimana peluang industri SAAS di Indonesia?

Penetrasi Internet Tinggi Industri SaaS Diprediksi Tumbuh

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengumumkan jumlah pengguna internet Indonesia terus mengalami peningkatan dari 2018 hingga 2024.

APJII mencatat pada 2018 pengguna internet di Indonesia menyentuh angka 64,8 persen, angka ini terus bertumbuh pada tahun-tahun berikutnya hingga pada tahun 2024 angka pengguna internet tercatat menembus angka 79,5 persen atau diperkirakan sebanyak 221,5 juta orang menggunakan internet di Indonesia.

Angka penetrasi internet yang tinggi di kalangan masyarakat memantik perusahaan rintisan untuk mengadopsi perangkat lunak berbasis cloud. Survei yang dilakukan Tech in Asia menyebut terdapat 64 persen perusahaan rintisan di Indonesia telah mengadopsi perangkat lunak berbasis cloud.

Riset yang dilakukan oleh Boston Consulting Group, (BCG) mengungkap pasar cloud publik Indonesia masih berada dalam tahap pembentukan, namun memiliki potensi besar untuk tumbuh dan menambah nilai bagi perekonomian.

BCG memperkirakan dampak ekonomi keseluruhan yang kumulatif dari sumber langsung, tidak langsung, dan yang ditimbulkan antara 2019 dan 2023 dari pasar cloud publik di Indonesia mencapai 36 miliar dolar AS.

Jika dihitung secara tahunan jumlah tersebut setara dengan 0,5 persen dari PDB tahunan, dan serupa dengan 25 persen dari dampak ekonomi tahunan dari industri minyak kelapa sawit atau 10 persen dari pertambangan energi.

Lebih spesifik, dalam tingkat tahunan, BCG mencatat bisnis SaaS di Indonesia tumbuh sebesar 31,9 persen. Pesatnya pertumbuhan ini membuat bisnis SaaS di Indonesia diprediksi akan bernilai 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp14,8 triliun pada 2025.

software engineersoftware engineer. foto/istockphoto

Tren positif juga terpancar dari hasil riset yang dilakukan oleh RedSeer, seperti yang dikutip dari East Ventures memperkirakan bahwa pasar SaaS Indonesia akan tumbuh dari 200 juta dolar AS pada 2020 menjadi lebih dari 1 miliar dolar AS pada 2025.

Saat ini berdasarkan catatan Tech in Asia sendiri tercatat telah ada 82 perusahaan SaaS di Indonesia dengan beragam jenis layanan seperti Human Resources Information System (HRIS), akutansi, perpajakan, pemasaran dan lainnya.

Salah satu tartup SaaS terkemuka di Indonesia adalah Mekari yang berada di bawah naungan PT Mid Solusi Nusantara. Mekari menawarkan solusi automasi bisnis berbasis cloud untuk mendukung perkembangan berbagai bisnis di Indonesia, mulai dari usaha skala kecil hingga skala besar melalui penggunaan teknologi.

Pada 2022 Mekari berhasil mendapatkan pendanaan putaran seri E sejumlah Rp720 Miliar (50 juta dolar AS), yang dipimpin oleh Money Forward Inc. Mekari memiliki 5 produk unggulan mulai dari produk Talenta sebagai software payroll dan HRIS terautomasi, Jurnal sebagai software akuntansi online terintegrasi, KlikPajak sebagai software pengelolaan pajak online, Mekari Flex sebagai software personalisasi benefit, dan Qontak sebagai software CRM omnichannel.

Ada juga Moka yang merupakan salah satu perusahaan startup berbasis SaaS yang cukup berhasil di Indonesia. Moka adalah platform terintegrasi di Indonesia yang terdiri atas POS (aplikasi kasir), toko online, pembayaran, manajemen inventori, program loyalitas, pembukuan, pengadaan bahan baku, dan pinjaman uang.

Sejak diluncurkan pada 2015, layanan Moka kini telah bisa dijangkau di 37 kota dan 200 area di seluruh Indonesia. Lima tahun kemudian yaitu pada 2020, Moka kemudian bergabung dalam ekosistem Gojek.

SIRCLO juga menjadi salah satu perusahaan startup berbasis SaaS yang sukses mendapatkan tempat di Indonesia. Produk pertama yang dikembangkan SIRCLO sebagai SaaS berupa platform pembuatan website toko online yang langsung jadi dan berbasis template siap pakai. Layanan ini ditujukan untuk membantu local brands skala kecil hingga menengah untuk membangun brand mereka.

Peluang dan Tantangan Industri SaaS di Indonesia

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menyebut teknologi SaaS merupakan komponen penting dalam pengembangan startup berbasis teknologi.

Ia mengibaratkan jika internet adalah backbone, pendanaan adalah darah, maka industri SaaS adalah otot yang mampu menggerakkan startup digital lebih cepat. Mereka tetap butuh cloud dan sistem software yang mampu menyimpan data sekaligus menjadi layanan bagi pelanggan ataupun software internal.

Software seperti Dropbox, One drive, dan lainnya mampu menjadi mesin penggerak dari laju startup digital,” ujarnya saat dihubungi Tirto, Jumat (14/3/2025)

Huda memprediksi industri SaaS di Indonesia masih akan terus berkembang namun memang akan terbatas pada pemain yang sudah settle dan mempunyai pangsa pasar yang cukup besar.

“Nama besar dan ekosistem yang complete merupakan modal utama industri SaaS. Hal ini yang saya lihat salah satu hambatan pemain SaaS lokal bisa masuk,” katanya

Mengutip artikel berjudul “Daud vs Goliat: cara startups SaaS Indonesia bisa menang” yang diunggah East Ventures, Alfan Hendro, Co-Founder dan CEO dari RevScaler, menyebut pemain lokal bisa lebih unggul ketika berhadapan dengan kompetitor global, karena bisa mengintegrasikan situasi dan masalah lokal.

Ia mencontohkan, aplikasi pemesanan kendaraan lokal sudah mengetahui tentang kebijakan ganjil-genap di Indonesia, sampai ke area dan jalan mana saja, dan memasukkannya sebagai fitur bawaan sejak diluncurkan, sementara pemain global tidak.

Selain itu, East Ventures juga memberikan tips terkait apa yang bisa dilakukan startup SaaS lokal Indonesia untuk bisa bersaing dengan kompetitor global. Di antaranya, jadi penggerak pertama, lebih gesit menyesuaikan pasar lokal, manfaatkan status lokal dan dukungan pemerintah serta merger dan akuisisi.


tirto.id - Teknologi

Reporter: Alfitra Akbar
Penulis: Alfitra Akbar
Editor: Anggun P Situmorang

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |