tirto.id - Istilah pernikahan lavender atau lavender marriage populer di media sosial belakangan ini. Istilah ini dipakai warganet untuk menggambarkan pernikahan palsu atau pernikahan kedok. Lantas, apa itu arti lavender marriage?
Istilah lavender marriage sering kali digunakan warganet untuk menuduh figur publik atau orang terkenal yang dianggap menikah sebagai kedok. Kebanyakan penilaian warganet hanya berdasarkan penilaian sepihak.
Pernikahan kedok yang dimaksud dalam lavender marriage adalah pernikahan untuk menutupi orientasi seksual pasangan. Orang yang dituduh terlibat lavender marriage sering kali dinilai sebagai penyuka sesama jenis.
Lavender marriage bisa terjadi pada siapa saja karena alasan apa saja. Lavender marriage umumnya hanya diketahui pasangan yang terlibat atau orang-orang terdekat saja.
Pasangan yang terlibat lavender marriage bisa mendaftarkan pernikahannya secara sah pada negara. Mereka juga menjalani kehidupan pernikahan selayaknya pasangan suami istri lainnya.
Apa Arti Lavender Marriage?
Lavender marriage berasal dari bahasa Inggris yang artinya pernikahan lavender. Melansir majalah Youth Aspiring,lavender marriage adalah pernikahan antara laki-laki dengan perempuan yang menyukai sesama jenis.
Lavender marriage dilakukan pria gay dengan lesbian, pasangan biseksual dengan homoseksual, pasangan gay dengan transgender, dan sebagainya. Lavender marriage biasanya untuk menutupi orientasi seksual pasangan yang terlibat pernikahan.
Istilah lavender marriage pertama kali diperkenalkan oleh media Inggris sekitar tahun 1895. Kata "lavender" dalam lavender marriage merujuk pada warna bunga lavender.
Warna lavender dulunya dikaitkan dengan simbol kaum homoseksual dan lesbian. Posisi warna tersebut mirip seperti bendera warna pelangi yang menjadi simbol LGBT saat ini.
Kaum homoseksual di Inggris kala itu tidak seterbuka sekarang. Bahkan, melansir Lavender Menace, tokoh-tokoh publik seperti penulis yang homofobik memiliki reputasi tinggi di masyarakat karena dianggap bijaksana.
Hal ini membuat sebagian besar masyarakat Inggris kala itu menganggap homoseksual adalah tabu dan tercela. Kondisi ini menyebabkan banyak kaum homoseksual mengalami diskriminasi dan kesulitan membaur di masyarakat.
Di sisi lain, mereka juga dituntut mengikuti tahapan hidup yang dijalani kebanyakan orang, seperti menikah dan punya anak. Hal inilah yang kemudian membuat beberapa orang homoseksual melakukan lavender marriage.
Lavender marriage idealnya disepakati oleh kedua pihak yang terlibat. Namun, ada kalanya lavender marriage hanya dilakukan oleh salah satu pasangan, sehingga ia hanya melakukan pernikahan kedok secara sepihak.
Pasangan yang menyetujui lavender marriage sering kali merelakan aktivitas seksual dari kehidupan mereka. Sebagian pasangan lavender marriage menganggap pasangan mereka bukan sebagai suami/istri, namun lebih kepada teman hidup, saudara, dan sahabat.
Hal inilah yang kemudian membuat hubungan pada lavender marriage rentang menjadi rumit. Sulitnya menemukan batasan hingga risiko perselingkuhan bisa menjadi pemicu utama perselisihan antara pasangan lavender marriage.
Lavender marriage paling terkenal adalah pernikahan aktris Janet Gaynor. Janet Gaynor adalah aktris lawas yang populer di Amerika Serikat (AS), pada 1930-an.
Ia menikah dengan desainer kostum dari perusahaan media besar MGM, Adrain. Melansir QNews, keduanya diduga terlibat lavender marriage, karena Janet diduga sebagai seorang biseksual, sedangkan Adrain adalah homoseksual.
Terlepas dari perbedaan orientasi seksual itu, pernikahan antara Janet dan Adrain berjalan langgeng dan memiliki seorang putra. Keduanya bersama hingga Adrian meninggal pada 1959.
Kenapa Orang Melakukan Lavender Marriage?
Masih menurut Youth Aspiring, orang-orang melakukan lavender marriage untuk hidup bahagia atau hidup aman. Pasalnya, beberapa pasangan terpaksa melakukan lavender marriage untuk menutupi orientasi seksual mereka yang kurang diterima masyarakat.
Lavender marriage sering kali terjadi di wilayah-wilayah yang kurang menerima pasangan sesama jenis dan mayoritas homofobia. Pasangan penyuka sesama jenis yang perlu melindungi reputasi mereka umumnya akan melakukan lavender marriage agar bisa hidup nyaman.
Belum lagi adanya tuntutan keluarga di berbagai budaya yang mengharuskan pemuda menikah secepatnya. Lavender marriage bisa menjadi solusi selain pernikahan platonik.
Sebagian lagi, melakukan lavender marriage karena alasan lain, seperti mencapai kehidupan pernikahan selayaknya kebanyakan orang, tanpa diskriminasi. Pasalnya, pernikahan sesama jenis memiliki kekurangan di sejumlah negara, khususnya dari segi legalitas administrasi hingga izin memiliki anak.
Baca juga artikel terkait VIRAL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy
tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya