Belanja Ramadhan: E-Commerce Laku Keras, Tenaga Kurir Diperas

10 hours ago 7

tirto.id - Sina (24) terkejut ketika melihat orderan di tokonya membludak. Sekitar dua minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri, pesanan tas yang dia datangkan dari luar negeri sampai tak bersisa di gudang.

Pemudi asal Jakarta ini memang mulai kembali lagi aktif menjajakan beragam perlengkapan fesyen setahun belakangan. Setelah sempat hanya mengandalkan media sosial seperti Instagram, sekarang dia membuka toko di salah satu e-commerce terbesar yang ada di Indonesia. Namun, ia tidak menyangka, pada periode Ramadhan, pembelinya akan membludak.

“Untuk peningkatan lumayan banyak banget sih. Karena nominal transaksinya pun juga jauh lebih tinggi. Jadi, sekitar 70 persen (kenaikan pemasukan) itu ada dibandingkan dengan hari-hari biasa seperti kemarin,” terangnya ketika berbicara dengan Tirto, Selasa (11/3/2025).

Mengingat barang yang dijual juga menggunakan sistem pre-order (PO), dia dan rekan-rekannya juga mulai kewalahan menanggapi pertanyaan konsumennya terkait kapan barang pesanan mereka dapat dikirimkan. Namun, dia maklum mengingat konsumen tentu ingin barangnya cepat sampai sebelum hari raya.

“Tapi memang Ramadan ini beda. Karena mungkin orang punya tujuan atau mungkin punya target, untuk pengen terlihat baru, pengen terlihat glow up dan sebagainya,” cerita dia.

Dia mengaku sampai tidak memasarkan dulu sejumlah produknya, akibat tidak bisa menjamin ketersediaan barang. “Kita nggak expect akan terjadi sampai seperti ini,” sambungnya.

Kebanjiran pesanan seperti cerita Sina, juga mestinya dirasakan banyak penjual daring (online) lain. Head of Communications Tokopedia and TikTok E-commerce, Aditia Grasio Nelwan, menjelaskan, di periode sekitar Ramadhan, baik sebelum, saat maupun setelahnya, memang terjadi peningkatan pembelian.

Pada 2025, setidaknya di momen menjelang Lebaran, sejumlah produk mengalami peningkatan pesanan. Produk seperti perlengkapan umrah, bahkan mengalami peningkatan pesanan sampai 9x lipat.

“Beberapa kategori produk dengan jumlah pesanan paling tinggi di Tokopedia maupun ShopTokopedia jelang Ramadhan 2025, yaitu makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga, fesyen muslim, kecantikan dan perawatan diri, serta elektronik.” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Tirto, Rabu (12/3/2025).

Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Budi Primawan, menyebut bahwa secara historis, ada tren peningkatan transaksi e-commerce yang signifikan setiap memasuki bulan puasa hingga lebaran. Lonjakan penjualan di e-commerce saat Ramadhan, sebenarnya bahkan terjadi di hampir semua kategori produk. Namun, memang ada beberapa kategori produk yang menjadi penggerak utama. Kategori produk tersebut lebih kurang sama dengan apa yang dijelaskan Aditia dari Tokopedia.

“Produk fesyen terutama busana muslim laris seiring tradisi lebaran sementara belanja kebutuhan pangan meningkat tajam untuk keperluan sahur, buka, dan hampers lebaran. Gadget dan elektronik rumah tangga pun diminati, terutama saat ada diskon THR,” terangnya kepada Tirto, Selasa (11/3).

Menurut Budi, para pelaku industri akan memanfaatkan data tren tahun-tahun sebelumnya untuk memaksimalkan strategi di Ramadhan 2025. Ini mencakup penyediaan stok kategori favorit, waktu promo di jam prime time (waktu utama atau waktu puncak) Ramadhan, hingga pemanfaatan fitur live shopping (belanja langsung) yang kian populer.

Platform-platform e-commerce memang juga kian ambisius membuat promosi di Ramadhan 2025 ini. Tokopedia misalnya. “Toko Ijo” ini, lewat kampanye ‘Ramadhan Ekstra Seru 2025’, menawarkan gratis ongkos kirim (ongkir), flash sale 50 persen, dan diskon Rp100 ribu setidaknya sampai 25 Maret mendatang.

Sementara “Toko Oren”, Shopee, lewat kampanye ‘Big Ramadhan Sale’ menawarkan promosi serupa. Berdasar keterangan resmi yang diterima Tirto, penawaran seperti gratis ongkir, THR kaget diskon sampai 100 persen, dan Shopee Tanam berkah melimpah, digelontorkan oleh perusahaan e-commerce ini, khusus selama momen Ramadhan 2025.

“Pemerintah bersama asosiasi juga menginisiasi program belanja Ramadhan, seperti bazar online idEA, guna mendongkrak konsumsi domestik selama puasa hingga Lebaran,” tambah Budi.

Budi menambahkan, berbagai program dan promosi dari para penyedia platform e-commerce ini diharapkan mendongrak pertumbuhan penjualan pada Ramadhan 2025 hingga angka dua digit.

Target pertumbuhan ekonomi digital Tahun 2024Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja secara daring di salah satu situs belanja di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (6/2/2024).ANTARA FOTO/Auliya Rahman/nym.

Sebab, dari tahun ke tahun, selama Ramadhan, selalu terjadi pertumbuhan penjualan dari e-commerce. Tahun 2022 misalnya, nilai penjualan e-commerce selama bulan puasa sampai lebaran menembus lebih dari Rp90 triliun. Estimasi kasarnya, tahun-tahun berikutnya nilai transaksi di berbagai marketplace mencapai lebih dari Rp100 triliun setiap tahunnya.

Kenaikan nilai transaksi ini tidak lepas dari pergeseran perilaku konsumen yang makin dimanjakan dengan kepraktisan dan berbagai promo menarik dari e-commerce. Sehingga, belanja di toko daring pun kian digemari.

“Dengan tren belanja online yang kian mengakar, potensi penjualan e-commerce Ramadhan 2025 diperkirakan kembali memecahkan rekor tahun-tahun sebelumnya,” tutur Budi.

Meski Waspada, Konsumen Tetap Akan Aktif Belanja di Momen Ramadhan 2025

Usaha jor-joran para pelaku industri untuk menarik konsumen pada momen Ramadhan 2025 juga bukannya tanpa alasan. Belakangan, kondisi perekonomian nasional memang sedang menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya karena daya beli masyarakat yang masih mengalami tekanan. Kendati begitu, minat belanja daring dinilai masih akan terus bergeliat.

“Periode Ramadhan dinilai penuh peluang karena konsumen cenderung tetap belanja demi kebutuhan perayaan,” ujar Budi dari asosiasi e-commerce.

Ramadhan diyakini tetap menghasilkan lonjakan konsumsi rutin, karena faktor budaya dan kebutuhan religius.

Berdasar hasil survei Jakpat, masyarakat terlihat mengalokasikan dana lebih untuk belanja selama Ramadhan 2025. Dalam laporan bertajuk “Future Insights into Ramadan and Eid 2025”, 52 persen responden mengalokasikan dana lebih besar untuk bulan puasa, dibanding bulan lainnya. Terdapat 38 persen responden mengaku mengalokasikan dana lebih dibanding Ramadhan tahun 2024.

“Akan ada lebih banyak daya beli pada bulan Ramadhan tahun ini dibandingkan dengan bulan non-Ramadhan dan Ramadhan tahun lalu,” begitu salah satu simpulan laporan tersebut.

Sebagai perbandingan, survei Snapchart terkait belanja masyarakat pada Ramadhan 2025, menyebut 75 persen responden memperkirakan pengeluaran mereka akan meningkat selama Ramadhan tahun ini.

Menariknya, survei pada Februari 2025, yang melibatkan 1.800 responden ini, menunjukkan kalau 89 persen responden akan melakukan efisiensi bujet saat berbelanja. Mereka akan mencari produk dengan potongan harga atau diskon paling besar (46 persen) dan membeli produk yang menawarkan harga lebih murah (43 persen). Hanya sekitar 12 persen yang tetap akan membeli kebutuhan Ramadhan tanpa mempertimbangkan harga.

E-commerce juga diperkirakan akan menjadi tempat berbelanja kebutuhan pada Ramadhan 2025. Dari sekitar 1.000 orang yang mengalokasikan dana pada Ramadhan 2025 di survei Jakpat, di hampir semua kategori produk, responden memilih belanja secara daring.

Hal ini sejalan dengan temuan survei GoodStats, yang merekam bahwa 61,1 persen dari 1.000 orang responden survei punya kebiasaan belanja di marketplace selama bulan Ramadhan. Survei ini menemukan bahwa pakaian (32,6 persen) adalah produk yang paling populer dibeli secara daring. Mengikuti di bawahnya makanan (29.2 persen), alas kaki (15,2 persen), serta hadiah lebaran (13 persen).

Sementara survei Tirto terhadap sekitar 1.300 responden mendapatkan 888 responden (66,47 persen) mengaku berencana membeli baju baru untuk lebaran tahun 2025. Dari jumlah tersebut sekitar 61,04 persen berencana berbelanja di e-commerce.

Kebanyakan dari responden (42,23 persen) juga tidak ragu untuk mengalokasikan dana lebih besar untuk membeli baju baru pada Ramadhan 2025.

Kerja Keras Kurir di Balik Keuntungan Berlipat E-commerce

Sayangnya, geliat belanja masyarakat di e-commerce saat bulan penuh berkat, tak sepenuhnya dibarengi dengan perbaikan kesejahteraan kurir paket. Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo), M. Feriadi Soeprapto, mengatakan, peningkatan pengiriman masih akan terjadi hingga mencapai puncaknya pada 5 hari sebelum (H-5) Lebaran 2025. Dengan kondisi ini, jam kerja kurir (overtime) jelas akan meningkat lantaran target kiriman paket untuk masing-masing kurir juga mengalami peningkatan.

“Kalau jumlah kiriman meningkat, overtime bisa terjadi. Namun, kalau overtime itu kelewat tinggi, mungkin lebih baik dengan menambah jumlah tenaga kerja,” ujar dia, melalui pesan singkat, kepada Tirto, Selasa (11/3/2025).

Hal ini pun diamini Abdullah Rokhim yang merupakan kurir mitra J&T Express, perusahaan jasa pengiriman di bawah PT Global Jet Express dan Fajar Resa Pratama, kurir Shopee Express yang telah berstatus dedicated atau kurir kontrak.

Kata Rokhim, di hari-hari biasa dirinya hanya perlu mengantar sekitar 100 paket per hari, namun jumlah tersebut meningkat hingga dua kali lipat saat Ramadhan, menjadi sekitar 200 paket. Bagi para kurir, pengantaran paket dibagi berdasar kawasan atau setidaknya per RW dan laki-laki 47 tahun itu kebagian bertugas di wilayah Pasar dan Rusun Pasar Rumput, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Dengan kondisi itu, ia pun harus pintar-pintar mengatur waktu kerjanya sendiri. Sebab, tak hanya barang bawaan yang cukup banyak, seringkali dia juga harus berhadapan dengan konsumen yang sulit ditemui.

Saat paket sampai, selalu saja ada konsumen yang tidak bisa mengambil barang yang ia pesan atau bahkan sengaja membatalkan pesanannya di tempat karena menggunakan sistem pembayaran di tempat (cash on delivery/COD). Padahal, paket-paket yang tidak diambil itu harus dibawanya lagi keesokan hari, sehingga membuat barang bawaannya semakin berat.

“Ada customer yang pesan paket besar-besar, gitu ya, kalau di J&T itu nggak lihat kondisi. Kita kan pakai motor. Banyak yang saya bilang baik-baik, sebaiknya (konsumen) ambil (paket) sendiri di gudang atau pakai jasa angkutan lain. Artinya, saya orderkan bajaj, atau apa, tapi nggak ada yang mau. Nggak umum lah, masa 40 kilo saya bawa pakai motor? Sementara, kan saya nggak cuma bawa paket dia aja,” keluh Rokhim, soal paket dengan bobot jumbo yang juga harus diantarkannya kepada konsumen sembari berbincang dengan Tirto, Rabu (12/3/2025) malam.

Karenanya, agar tak menambah beban bawaan di keesokan harinya, bapak tiga anak itu rela menghabiskan waktunya menunggu konsumen mengambil barang di depan tempat penjualan token listrik Rusun Pasar Rumput hingga jam 11 malam atau bahkan sampai hari berganti.

Kendati pekerjaannya kian bertambah sejak 1 Ramadhan 1446 hijriah atau 1 Maret 2025, Rokhim belum mendapat penjelasan dari kantor cabang J&T tempat dia bekerja. Padahal, dari kantor pusat J&T, meski samar-samar dia telah mendengar akan ada kenaikan upah per pengiriman.

“Kita lagi nunggu. (Sekarang) tarif masih seperti normal, Rp1.800 per paket. Itu pun kalau diterima paketnya, kalau nggak diterima paketnya, ya kita nggak dapet apa-apa. Kalau konsumen cancel, ya kita nggak dapet apa-apa, (yang) COD,” imbuh dia.

Padahal, pada tahun lalu, menjelang Ramadhan, dia telah terinfo kalau tarif pengantaran naik menjadi Rp5.000 per paket. Namun, kini tak cuma kenaikan tarif pengantaran saja, Rokhim pun belum mengetahui apakah pada Lebaran tahun ini ia akan mendapat Bonus Hari Raya (BHR) seperti yang dijanjikan pemerintah atau tidak.

“Belum (dengar). Justru bulan Puasa ini kan ada tambahan per paketnya sekian, entah berapa-berapanya belum ada info. Apalagi Bonus Hari Raya. Belum terinfo itu sekarang. Harusnya udah ada info,” tutur kurir yang telah bermitra selama 1,5 tahun dengan J&T tersebut.

Sementara itu, nasib lebih baik dirasakan kurir kontrak Shopee Express, Fajar Resa Pratama. Sebab, meski selama Puasa target pengantarannya bisa mencapai 300 paket per hari, dari yang sebelumnya hanya sekitar 150-200 paket, upah yang diperolehnya telah didasarkan pada Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta. Artinya, setidaknya lelaki 35 tahun itu mengantongi penghasilan sekitar Rp5,4 juta. Selain itu, dia juga rutin mendapat insentif yang cair setiap tanggal 15 per bulannya. Sedangkan pada Bulan Suci, ia juga mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) dari Shopee Indonesia.

“Insentifnya tergantung (pengantarannya). Itungannya, saya juga nggak ngerti, tapi sampai 5.000 berapa paket per bulan, (insentif) sekian dalam sebulan,” kisahnya, kepada Tirto, Rabu (12/3/2025).

Ilustrasi Kurir ShopeeIlustrasi kurir shopee. foto/IStockphoto

Sedangkan bagi kurir yang berstatus mitra Shopee Express, lanjut Fajar, pada Ramadhan tahun ini diperkirakan akan mendapat insentif sekitar Rp700 ribu-Rp1,4 juta tergantung pada kinerja pengantarannya.

Dengan statusnya sebagai mitra, kesejahteraan kurir paket memang belum menjadi prioritas perusahaan jasa pengiriman maupun platform e-commerce. Sehingga, tak heran jika kemudian pemerintah harus ‘sedikit memaksa’ perusahaan untuk memberikan BHR kepada para kurir paket agar dapat berlebaran. Kendati, syarat yang harus dipenuhi untuk mendapat BHR juga dinilai cukup sulit.

Berdasar Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/3/HK/04.00/III/2025 tentang pemberian BHR bagi pengemudi dan kurir online, para pengemudi dan kurir daring yang produktif dan berkinerja baik, akan diberikan BHR secara proporsional sesuai kinerja dalam bentuk uang tunai sebesar 20 persen dari rata-rata pendapatan bersih bulanan selama 12 bulan terakhir. Sedangkan bagi pengemudi dan kurir daring yang tidak termasuk dalam kriteria sebelumnya, BHR akan diberikan sesuai kemampuan perusahaan aplikator.

“Saya lihat, mungkin karena peraturan ini dibuat dengan terburu-buru. Di tahun depan, mestinya harus disediakan atau ada budget khusus untuk BHR atau insentif khusus hari raya bagi kurir,” kata Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC), M. Tesar Sandikapura, kepada Tirto, Selasa (11/3/2025).

Sementara itu, Pakar Ketenagakerjaan sekaligus Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar, melihat belum terjaminnya kesejahteraan kurir tak hanya dari segi upah dan tunjangan, melainkan juga dari jam kerja yang tak pasti dan nihilnya jaminan sosial. Menurutnya, demi mengejar target pengantaran paket, tak jarang kurir paket yang masih berstatus mitra bekerja lebih dari 8 jam dalam sehari. Padahal, idealnya manusia mengalokasikan waktu 8 jam per hari untuk bekerja, 8 jam untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan 8 jam sisanya untuk beristirahat atau tidur.

“Jangan sampai 24 jam, 20 jam kerja. Nah, diatur misalnya 15 jam (termasuk lembur). Kalau pekerja formal kan tadi 12 jam, 8 jam tambah 4 jam lebur, kan gitu,” ujar dia, kepada Tirto, Rabu (12/3/2025).

Di sisi lain, kelengkapan K3 (keselamatan, kesehatan, dan keamanan) kurir paket bahkan jauh dari kata memadai. Baik perusahaan jasa pengiriman maupun e-commerce hanya membekali kurir dengan helm dan jaket. Padahal, seharusnya kurir dapat menggunakan sarung tangan dan sepatu atau alas kaki yang memadai untuk menghindarkannya dari dampak serius apabila terjadi kecelakaan kerja.

Apalagi, sampai saat ini belum ada aturan yang mewajibkan perusahaan e-commerce atau jasa pengantaran memberikan jaminan sosial termasuk jaminan kesehatan, ketenagakerjaan dan keselamatan kerja bagi kurir paket.

“Kan sekarang (kurir) pakai jaket, pakai helm doang. Sarung tangannya tidak, sepatunya asal-asalan dan sebagainya juga. Kan ini kaitannya dengan bagaimana tubuh itu kan langsung terdampak, karena dia tiap hari bawa motor. Itu harus diatur, tentang jam kerja, tentang K3, tentang jaminan sosial. Itu harus ditekankan, harus dimasukkan dalam perjanjian kemitraan,” tegas Timboel.

Di sisi lain, untuk menyambut peningkatan jumlah pengiriman saat Ramadhan 2025, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir alias JNE telah melakukan persiapan maksimal berupa optimalisasi operasional, efisiensi distribusi, serta kolaborasi dengan berbagai mitra usaha. SVP Marketing Group Head JNE, Eri Palgunadi, tak menampik jika peningkatan volume pengiriman selama periode Ramadhan dan Lebaran hingga berkali-kali lipat dapat terjadi. Sehingga, kondisi ini membuat aktivitas di gudang logistik, pusat sortir dan armada pengiriman turut meningkat.

Karenanya, untuk memastikan tak ada kendala dalam hal layanan, JNE menerapkan sistem penyesuaian operasional, termasuk penambahan shift kerja serta optimalisasi jadwal pengantaran kepada para kurir. Kendati begitu, penyesuaian jam kerja dilakukan dengan tetap memperhitungkan faktor kesehatan dan keseimbangan kurir selama menjalankan ibadah puasa. Dalam hal ini, fleksibilitas operasional diterapkan agar para kurir tetap dapat menjalankan ibadah dengan nyaman tanpa mengurangi kualitas layanan kepada pelanggan.

“Di JNE, kami sangat menghargai peran para kurir sebagai garda terdepan dalam layanan kami. Oleh karena itu, selama Ramadhan, kami memastikan kesejahteraan mereka tetap terjaga melalui berbagai aspek, di antaranya JNE memberikan THR kepada karyawan, termasuk kurir, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kami memastikan pembayaran THR dilakukan tepat waktu,” jelas Eri, dalam jawaban tertulisnya kepada Tirto, Selasa (11/3/2025).

Sementara itu, sebelumnya Menteri Ketenagakerjaan (Manaker), Yassierli, mengatakan bahwa BHR bagi pengemudi dan kurir online merupakan titik temu dan wujud komitmen pemerintah serta perusahaan layanan berbasis aplikasi untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang masuk dalam golongan gig alias pekerja lepas.

Sebelum mengimbau perusahaan aplikator dan jasa pengiriman, Kementerian Ketenagakerjaan telah melakukan audiensi yang panjang dengan seluruh stakeholder, mulai dari mitra pengemudi dan kurir online, perusahaan aplikator, hingga kementerian/lembaga (K/L) terkait.

“Kita melakukan komunikasi, simulasi. Apa yang kita cantumkan dalam SE ini adalah titik temu dan ada komitmen dari aplikator. Kita melihat ini adalah sebuah bentuk kekeluargaan. Kita ingin membangun hubungan industrial dengan nilai-nilai Pancasila,” ujar Yassierli, dalam konferensi pers, di Kantornya, Selasa (11/3/2025).


tirto.id - News

Penulis: Alfons Yoshio Hartanto & Qonita Azzahra
Editor: Farida Susanty

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |