Cara dinosaurus bertelur merupakan bagian penting dalam memahami kehidupan dan perilaku hewan purba yang hidup jutaan tahun lalu. Para ilmuwan telah lama menyimpulkan bahwa dinosaurus berkembang biak dengan bertelur berdasarkan temuan fosil telur, sarang, dan embrio. Bukti ini ditemukan di berbagai belahan dunia dan menjadi dasar kuat dalam studi paleontologi modern.
Baca Juga: Korelasi Kepunahan dan Siklus Reproduksi Dinosaurus
Ilmuwan bisa membuktikan cara makhluk purba bertelur melalui penemuan fosil cangkang telur yang terawetkan dengan baik. Sejauh pengetahuan yang diketahui secara luas, semua dinosaurus bereproduksi dengan cara bertelur tanpa bukti adanya dinosaurus melahirkan. Penemuan embrio hewan purba tersebut di dalam telur fosil memperkuat kesimpulan ini.
Cangkang telur hewan ini memiliki struktur berpori yang memungkinkan pertukaran oksigen. Struktur ini mirip dengan telur burung dan reptil modern. Kesamaan tersebut menunjukkan hubungan evolusi yang erat antara dinosaurus dan burung.
Perbedaan Jumlah Telur Antar Spesies
Cara hewan purba ini bertelur berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Sauropoda berukuran besar seperti dinosaurus berleher panjang rupanya bertelur dalam jumlah banyak, bahkan bisa mencapai puluhan butir. Hewan tersebut biasanya meletakkan dan meninggalkan telur-telur ini di sarang kecil.
Strategi ini meningkatkan peluang bertahan hidup keturunan meski tanpa perawatan induk. Predator pada masa itu sangat banyak sehingga bertelur dalam jumlah besar menjadi keuntungan evolusioner. Praktik serupa masih dapat kita temukan pada beberapa reptil modern.
Ukuran dan Bentuk Telur
Cara dinosaurus bertelur juga tercermin dari ukuran dan bentuk telurnya. Telur theropoda umumnya berbentuk lonjong dengan ukuran bervariasi. Sementara itu, telur sauropoda cenderung lebih bulat dan relatif seragam.
Menariknya, ukuran tubuh hewan besar ini tidak selalu sebanding dengan ukuran telurnya. Beberapa theropoda justru menghasilkan telur terbesar yang pernah ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan metabolisme lebih berpengaruh daripada ukuran tubuh induk.
Baca Juga: Penemuan Telur Dinosaurus di Argentina dengan Bentuk Unik
Perilaku Mengerami pada Dinosaurus
Cara hewan ini bertelur tidak selalu diikuti dengan meninggalkan sarang. Beberapa dinosaurus, terutama yang berkerabat dekat dengan burung, menunjukkan perilaku mengerami telur. Ilmuwan kerap menemukan fosil oviraptorosaurus di atas sarang dengan posisi tubuh melindungi telur.
Penelitian terhadap lebih dari 40 sarang menunjukkan telur tersusun secara melingkar dengan bagian tengah kosong. Susunan ini memungkinkan induk duduk tanpa menghancurkan telur. Pola tersebut menjadi bukti awal perilaku inkubasi kontak seperti pada burung modern.
Ukuran sarang dinosaurus sangat beragam, mulai dari sekitar 0,3 meter hingga mencapai 3 meter lebarnya. Semakin besar tubuh dinosaurus, kian besar pula sarang yang dibuat. Pola ini menunjukkan adanya penyesuaian antara ukuran tubuh dan strategi reproduksi.
Lama Proses Penetasan Telur
Cara dinosaurus bertelur juga dapat kita pahami melalui durasi inkubasi telur. Studi ilmiah oleh Gregory Erickson dan rekan-rekannya menganalisis garis pertumbuhan pada gigi embrio dinosaurus. Metode ini memberikan data akurat mengenai waktu penetasan.
Hasilnya menunjukkan telur Protoceratops menetas dalam waktu sekitar 2,8 bulan. Telur Hypacrosaurus membutuhkan waktu lebih lama, yakni sekitar 5,8 bulan. Data ini membuktikan bahwa masa inkubasi dinosaurus relatif panjang dari reptil masa kini.
Strategi Perlindungan Telur di Sarang
Cara hewan ini bertelur rupanya juga berkaitan erat dengan strategi perlindungan telur. Dinosaurus besar menyusun telur membentuk lingkaran agar berat tubuh tidak merusaknya. Dinosaurus menggunakan ruang tengah sarang untuk duduk atau melindungi telur dari cuaca.
Ilmuwan menemukan fosil Citipati osmolskae di Gurun Gobi yang memperlihatkan dinosaurus mati di atas sarangnya. Posisi lengan yang terentang menunjukkan usaha melindungi telur. Temuan ini memperkuat bukti adanya naluri parental pada dinosaurus tertentu.
Warna dan Tekstur Telur Dinosaurus
Ukuran dan bentuk bukan satu-satunya perbedaan pada fosil telur dinosaurus. Analisis Nature tahun 2018 menemukan variasi warna dan pola pada cangkang telur berbagai jenis dinosaurus. Telur theropoda cenderung biru atau hijau terang. Sedangkan sauropoda berwarna cokelat, krem, atau putih.
Perbedaan warna ini tidak hanya membedakan jenis dinosaurus. Warna dan pola juga berfungsi melindungi telur dari predator. Beberapa corak membantu kamuflase di lingkungan alaminya.
Selain itu, tidak semua telur dinosaurus bercangkang keras. Beberapa spesies awal rupanya memiliki cangkang lunak seperti kulit. Jenis telur ini jarang terawetkan namun diperkirakan umum pada tahap awal evolusi dinosaurus.
Hubungan Evolusi dengan Burung Modern
Cara reptil raksasa ini bertelur untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya di era Mesozoikum memberikan petunjuk penting tentang asal-usul burung. Perilaku mengerami, struktur sarang, dan bentuk telur menunjukkan kesinambungan evolusi. Penelitian dalam jurnal Biology Letters menyatakan bahwa perilaku duduk di atas sarang kemungkinan berevolusi pertama kali pada dinosaurus.
Burung modern mempertahankan banyak perilaku tersebut hingga kini. Oleh karena itu, studi tentang telur dinosaurus menjadi kunci memahami transisi evolusi dari dinosaurus menuju burung. Fakta ini menjadikan topik reproduksi dinosaurus sangat penting dalam ilmu pengetahuan.
Baca Juga: Peneliti Temukan Jamur Lichen Oranye di Atas Fosil Dinosaurus
Cara dinosaurus bertelur menjadi bukti penting bahwa hewan purba ini memiliki strategi reproduksi yang beragam dan kompleks. Melalui fosil telur, sarang, dan embrio, para ilmuwan dapat merekonstruksi perilaku hewan yang sudah punah ini dalam merawat maupun meninggalkan keturunannya. Pemahaman tentang cara dinosaurus bertelur tidak hanya menjelaskan masa lalu, tetapi juga membantu menyingkap hubungan evolusi antara dinosaurus dan burung modern. (R10/HR-Online)

1 week ago
19

















































