Ciri-Ciri Tawadhu dalam Islam, Pengertian, dan Contohnya

1 week ago 24

tirto.id - Tawadhu artinya dalam Islam yaitu rendah hati. Akhlak mulia ini menjadi lawan dari sikap takabur atau sombong. Bagaimana ciri-ciri tawadhu yang dapat diamalkan?

Menurut buku Akidah Akhlak Kelas VIII (Kemenag, 2020), pengertian tawadhu adalah sikap dan perbuatan manusia yang menunjukkan adanya kerendahan hati, tidak sombong dan tinggi hati, serta tidak mudah tersinggung. Orang yang melakukan tawadhu tidak melihat diri sendiri lebih baik dari hamba Allah lainnya.

Tawadhu artinya menunjukkan sikap tenang dan sederhana. Pelakunya akan bersungguh-sungguh menjauhi rasa takabur hingga sum'ah yang beramal hanya untuk mendapat pujian. Salah satu akhlak terpuji ini mesti diteladani oleh setiap umat Islam yang ingin memperoleh kebaikan dalam agama dan muamalahnya di lingkungan sosial.

Ciri-Ciri Sikap Tawadhu

Dilansir laman NU Online, ciri-ciri tawadhu hadir dalam perilaku seseorang. Berikut beragam sikap yang menunjukkan ciri tawadhu:

1. Seseorang tidak suka atau tidak berambisi menjadi populer.

Ia tidak berminat menjadi sosok terkenal yang sering dipuji orang lain. Popularitas tidak menjadi prioritas dalam hidup. Sebaliknya, dia akan ikhlas saat beramal semata-mata mencari ridho Allah dan tidak membutuhkan pengakuan manusia.

2. Selalu menjunjung tinggi kebenaran

Orang yang tawadhu akan menerima setiap kebenaran. Ia tidak memilah kebenaran sekalipun disampaikan oleh orang dengan status sosial yang lebih rendah darinya.

Bagi orang yang tawadhu, kebenaran apapun harus diterima. Hal ini sejalan dengan ucapan sahabat Ali bin Abi Thalib yang menyatakan, "Jangan melihat siapa yang mengatakan, lihatlah apa yang dikatakannya".

3. Mau bergaul dengan siapa pun

Orang tawadhu bergaul dengan semua orang, termasuk kalangan fakir miskin dan mencintai mereka. Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan dalam mencintai kaum fakir dan miskin. Beliau tidak membedakan mereka dalam pergaulan.

4. Mudah dalam membantu orang lain

Muslim yang tawadhu senantiasa membantu orang lain yang memerlukan bantuan. Ia tidak membeda-bedakan siapa yang akan dibantunya, baik sederajat atau tidak. Dia berusaha meringankan beban orang lain.

Dalil tentang Tawadhu

Sikap tawadhu mendapatkan perhatian dalam Islam. Akhlak ini dapat ditemukan perintahnya di dalam Al-Qur'an dan hadis. Berikut dalil-dalil mengenai tawadhu:

1. Surah Al-Furqan ayat 63

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqan:63)

2. Surah Maryam ayat 32

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًا

Artinya: “Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)

3. Hadis riwayat Muslim

Rasulullah ﷺ bersabda:

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).

4. Hadis riwayat Muslim

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Artinya: “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

Contoh Sikap Tawadhu

Contoh tawadhu telah diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ sebagai teladan utama bagi umat Islam. Selain itu, tawadhu menjadi akhlak mulia yang dimiliki setiap Nabi alaihi salam yang turun sebelumnya.

Misalnya, Nabi Musa tidak malu mencari nafkah dengan perkerjaan yang dianggap rendahan. Ia juga pernah membantu memberi minum hewan ternak demi membantu dua perempuan yang ayah mereka sudah renta.

Nabi Daud juga demikian. Ia makan dari upaya yang dihasilkannya melalui kerja keras sendiri. Ada pun Nabi Zakaria, ia merupakan bekerja sebagai tukang kayu. Para Nabi tetap mendapatkan kemuliaan di tengah sikap tawadhu yang mereka lakukan.

Nabi Muhammad ﷺ juga menampakkan sikap tawadhu dalam akhlaknya, Meski statusnya seorang Rasul Allah, Nabi Muhammad ﷺ mau memberikan salam pada anak kecil ataupun orang-orang yang mempunyai status sosial lebih rendah. Gambaran akhlak rendah hati tersebut diceritakan dalam hadis berikut:

أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يزور الأنصار ويسلم على صبيانهم ويمسح رؤوسهم

Artinya: “Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshar. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.” (HR. Ibnu Hibban no. 459. Sanad hadits ini shahih menurut Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Nabi Muhammad ﷺ tidak malu mengerjakan aktivitas yang dilazimi kerap dilakukan perempuan. Misalnya, ia membantu istri, memperbaiki baju yang sobek, dan lainnya. Meski kesibukannya cukup dalam berdakwah dan mengurus umat, beliau tetap diliputi sikap tawadhu.

Dalam sebuah hadis disebutkan,

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”

Artinya: "Urwah bertanya kepada Aisyah, 'Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?' Aisyah menjawab, 'Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember'.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban no. 5676. Sanad hadis ini shahih menurut Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Berbagai contoh tawadhu yang ditunjukkan para teladan umat sudah cukup untuk memotivasi setiap orang untuk melakukan hal yang sama. Sikap tawadhu tidak membuat seseorang menjadi terhina. Sebaliknya, ia justru bisa menjadi insan yang mulia di mata Allah dan dihormati manusia.

Imam Asy-Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliaannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

Apa Manfaat Tawadhu?

Sikap tawadhu memiliki manfaat atau keutamaan muslim yang menjalaninya. Mengutip laman PWM Jateng, berikut berbagai manfaat yang dapat dipetik:

1. Lebih dekat kepada Allah subhanahu wa ta'ala

Sikap tawadhu akan mendekatkan seseorang kepada Allah. Semakin ia merendahkan diri di hadapan Allah, maka rahmat dan keberkahan akan diberikan kepadanya.

2. Lingkungan menjadi lebih harmonis

Sikap rendah hati berhubungan dengan kebaikan lingkungan. Jika suatu lingkungan lebih banyak orang yang memiliki sikap tawadhu, keharmonisan hidup bisa dijaga. Satu orang dengan lainnya akan saling mencintai dan terjadi sikap saling mengayomi di antara mereka.

3. Membantu hubungan antarsesama menjadi lebih baik

Sikap tawadhu mendorong hubungan kekerabatan, pertemanan, dan sosial menjadi lebih erat. Orang yang rendah hati juga cenderung lebih diterima oleh lingkungan masyarakat mana pun ketimbang mereka yang menampakkan keangkuhan.


tirto.id - Pendidikan

Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |