Kisah Hidup Imam Ghazali, Perjalanan Spiritual dan Intelektual Sang Hujjatul Islam

4 hours ago 2

Kisah hidup Imam Ghazali yang merupakan salah tokoh terkemuka Islam sangat penting untuk kita ketahui. Dalam sejarah Islam, Al Ghazali berperan besar dalam cabang ilmu pengetahuan teologi, filsafat serta sufisme. 

Sebagai intelektual muslim, Imam Al-Ghazali berkontribusi besar dalam berbagai ilmu pengetahuan, terutama di bidang teologi hingga sufi. Bahkan ia mendapatkan julukan Hujjat al-Islam atau pembukti Islam.

Bahkan, dari pemikiran yang tertuang dalam karya-karyanya, beberapa ulama menganggap Al Ghazali sebagai salah seorang ulama yang sangat berpengaruh di dunia. 

Sepenggal Kisah Hidup Imam Ghazali

Al-Ghazali lahir di desa kecil Gazalah dekat Tus di Khorasan dari keluarga Muslim yang saleh. Ayahnya adalah seorang pemintal wol, dan pendidikannya sudah sejak usia dini di bawah pengawasan ayahnya, di mana ia menghafal Al-Qur’an. 

Ayah Al-Ghazali meninggal ketika ia masih kecil. Sehingga ia serta saudaranya menjadi anak asuh seorang teman ayahnya, Ahmad bin Muhammad ar-Razikani. Ia adalah seorang Sufi terkemuka yang rumahnya memperkenalkannya pada praktik Sufi dan studi hukum Islam.

Kemudian, Al-Ghazali pergi ke Jurjan dan setelah itu ke Nisapur. Di kedua kota tersebut ia mempelajari bahasa Arab, Persia, dan ilmu-ilmu Islam. 

Sementara itu, Al Ghazali adalah murid Imam Abu Nasr al-Isma’ili yang terkenal. Bahkan, hingga akhirnya ia menjadi asisten cendekiawan besar Imam al-Haramain al-Juwaini. 

Dari perjalanan menimba ilmu itu, Al Ghazali semakin menonjol sebagai seorang intelektual yang luar biasa. Bahkan ia diangkat untuk mengajar di Madrasah Nizamiyah di Baghdad, sebuah sekolah bergengsi saat itu.

Beberapa Karya yang Terkenal

Sebagai intelektual yang produktif dalam berkarya, dalam kisah hidup Al-Ghazali ia menulis sekitar 100 buku tentang berbagai subjek, termasuk teologi, filsafat, hukum Islam atau fiqh, dan mistisisme. 

Dari banyak karyanya, Maqasid al-Falasifah dan Tahafut al-Falasifah adalah yang paling terkenal. Di dalam kitab tersebut, ia membahas pendapat para filsuf Yunani dan ketidakcocokan mereka dengan keyakinan Islam. 

Bahkan, bukunya yang bernama Ihya’ ‘Ulum ad-Din menjadi teks dasar dalam spiritualitas Islam, yang mana di dalamnya menyaring pemikiran teologis dan Sufi untuk memberikan jalan menuju pencerahan spiritual bagi umat Islam.

Namun, terlepas dari pencapaiannya yang luar biasa itu, Al-Ghazali mengalami krisis pribadi yang paling serius, yakni mempertanyakan segala sesuatu yang telah didedikasikan oleh pikirannya. 

Jalan Sufisme Imam Ghazali

Kemudian, Imam Ghazali juga mempertanyakan validitas pengetahuan yang berdasarkan pada persepsi indera serta kognisi rasional. 

Karena konflik internal pemikiran ini membawanya ke jalan Sufisme. Sehingga ia pun merasa nyaman dalam cinta Tuhan dan hubungan langsung. 

Sementara itu, perjalanan spiritualnya seperti penarikan diri dari ranah publik, dan pengejaran kehidupan mistis membawanya pada realisasi pengetahuan ilahi melalui hati.

Lalu, posisi anti-filosofis Al-Ghazali, terutama mengenai sifat Tuhan dan dunia, juga sangat berpengaruh dan terlihat pada karya-karyanya.

Dari karyanya itu, Ia sangat menentang gagasan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam, seperti kekekalan alam semesta dan keterbatasan pengetahuan Tuhan. 

Tak hanya itu, Ia juga dihormati dalam spiritualitas Islam karena ajarannya tentang pentingnya memurnikan jiwa, ketulusan dalam ibadah, dan pengembangan hubungan pribadi dengan Tuhan.

Dari kisah hidup Imam Ghazali dan karya-karyanya ini, sudah tentu sangat besar manfaatnya bagi kita untuk mendalami ajaran Islam, terlebih dalam urusan ibadah. (Muhafid/R6/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |