tirto.id - Pernahkan Anda bersikap atau melihat seseorang yang tidak peduli terhadap keadaan di sekitar? Apabila perilaku tersebut berlanjut terus-menerus, itu bisa jadi menjadi indikasi dari kondisi yang dikenal sebagai apatis.
Tidak hanya berbahaya untuk diri sendiri, sikap apatis dapat merugikan orang lain. Lantas, apa itu apatis? Bagaimana pengertian apatis? Seperti apa contoh sikap apatis? Bagaimana cara mengatasi apatis?
Apatis secara etimologi berasal dari kata apatheis dalam bahasa Yunani yang berarti tanpa perasaan, acuh tak acuh. Dalam dunia psikologi, apatis dimaknai sebagai keadaan pada seorang individu yang tidak peduli atau menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial, maupun fisik.
Di sisi lain, di bidang sosial kesehatan, apatis dapat didefinisikan sebagai seorang individu yang ditandai dengan ketidaktertarikan, ketidakpedulian, atau ketidakpekaan terhadap peristiwa serta kurangnya minat atau keinginan.
Ciri-Ciri Sikap Apatis
Sebagaimana perilaku lainnya, sikap apatis memiliki sejumlah ciri-ciri yang mudah dikenali. Alwisol dalam buku Psikologi Kepribadian (2019) menjelaskan, ciri-ciri orang dengan sikap apatis adalah manifestasi kepribadian otoriter, putus asa, tidak percaya, dan kecenderungan menarik diri dari aktivitas. Beberapa tanda lain dari sikap apatis menurut Cleveland Clinic meliputi:
1. Menarik diri dari aktivitas sosial
Menarik diri dari pekerjaan, hobi, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat. Meskipun begitu, mereka terkadang masih dapat menikmati waktu bersama orang lain jika didorong atau dibujuk untuk melakukannya.
2. Mengandalkan orang lain untuk aktivitas keseharian
Mereka membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas dasar karena tidak memiliki motivasi untuk melakukannya sendiri.
3. Tumpulnya ekspresi emosi
Ekspresi emosional, baik positif maupun negatif, menjadi sangat minim. Orang apatis mungkin tidak bereaksi emosional sebagaimana mestinya terhadap situasi tertentu.
Penyebab Sikap Apatis
Pada orang normal, apatis tidak muncul secara tiba-tiba. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan munculnya sikap ini, seperti pengalaman buruk atau trauma. Berdasarkan penelitian Ridho Illahi dkk. dalam artikel jurnal "Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Disiplin Peserta Didik dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling" (2013), penyebab apatis bisa meliputi:
- Kurangnya perhatian dan kasih sayang.
- Keluarga yang tidak harmonis.
- Rendahnya motivasi.
- Permisi atau putus asa terhadap keadaan lingkungan dan prestasinya.
Penelitian juga menemukan bahwa sikap apatis yang parah (kronis) dapat disebabkan kerusakan bagian tertentu pada otak. Di antaranya yakni lobus frontal, korteks cingulate anterior dorsal (wilayah korteks serebral yang membantu kognisi dan kontrol gerakan), serta ventral striatum (bagian dari otak Anda yang berperan besar dalam perilaku sosial).
Apatis juga umum terjadi pada kondisi neurodegeneratif yang menyebabkan sel-sel saraf pusat berhenti bekerja atau mati. Penyakit neurodegeneratif biasanya memburuk seiring waktu dan tidak dapat disembuhkan. Di sisi lain, beberapa gejala atau komplikasi lain pada otak yang dapat menyebabkan apatis smeliputi:
- Penyakit pembuluh darah kecil otak (Cerebral small vessel disease).
- Degenerasi kortikobasal.
- Penyakit Huntington.
- Kelumpuhan supranuklear progresif.
- Stroke. Sekitar sepertiga kasus stroke hemoragik dan iskemik menyebabkan apatis.
- Cedera otak traumatis.
- Tumor pada bagian tertentu otak.
- Demensia vaskular.
- Kondisi psikologis seperti gangguan suasana hati dan PTSD, dapat menyebabkan apatis yang lebih ringan atau jangka pendek.
Cara Mengatasi Apatis dan Tips Menyikapinya
Apatis yang terkait dengan gangguan kesehatan dapat dibantu dengan pengobatan. Namun, beberapa kondisi, seperti Alzheimer (AD) atau demensia, tidak memiliki obat yang efektif untuk menghilangkan apatis sepenuhnya.
A. Cara mengatasi apatis dengan obat
Berikut beberapa obat yang mungkin direkomendasikan untuk mengatasi sikap apatis.
1. Penghambat kolinesterase
Penghambat kolinesterase, seperti donepezil, galantamine dan rivastigmine, dapat memperbaiki sikap apatis pada penderita AD.
2. Stimulan (psikostimulan)
Methylphenidate mampu memberikan efek positif bagi penderita apatis dengan kondisi Alzheimer, demensia vaskular, penyakit Parkinson, dan demensia frontotemporal.
3. Antidepresan
Antidepresan dapat membantu jika apatis disebabkan oleh depresi. Namun, beberapa jenis antidepresan justru bisa memperburuk sikap apatis.
B. Cara mengatasi apatis dengan dukungan psikologis
Di sisi lain, sikap apatis yang disebabkan bukan karena gangguan kesehatan dapat disikapi dengan beberapa hal berikut,
1. Dukungan dari keluarga
Keluarga dapat membantu dengan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau keluarga. Dukungan emosional dan fisik dari orang-orang terdekat sangat penting bagi individu yang mengalami apatis.
2. Melakukan hobi dan kegiatan positif
Mengajak mereka melakukan hobi atau kegiatan yang disukai dapat membantu mengembalikan minat mereka terhadap lingkungan sekitar.
3. Mengikuti kelas seni atau musik
Kelas seni atau musik dapat menjadi wadah untuk mengekspresikan diri dan merangsang emosi positif.
4. Memberikan waktu tidur berkualitas
Kualitas tidur yang baik membantu memperbaiki mood dan menyeimbangkan emosi.
5. Berikan kepada orang apatis penghargaan atas pencapaian tertentu
Memberikan penghargaan atau hadiah untuk setiap aktivitas yang berhasil diselesaikan dapat menjadi motivasi positif.
6. Konsultasi dengan psikolog
Mengunjungi psikolog atau terapis profesional dapat membantu individu dengan sikap apatis melalui terapi khusus yang sesuai dengan kondisi mereka.
tirto.id - Diajeng
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin