tirto.id - Suka menolong orang lain adalah perbuatan yang sangat baik. Namun, jika membantu secara berlebihan hingga mengabaikan kebutuhan diri sendiri, bisa jadi Anda sedang mengidap savior complex.
Seseorang dengan savior complex cenderung memiliki empati tinggi sehingga ingin selalu memberikan pertolongan. Tak sekadar menolong, ia bahkan rela mengorbankan banyak hal sehingga apa yang ia beri biasanya lebih banyak daripada yang ia terima.
Keinginan menolong dan menjadi seorang penyelamat adalah hal yang wajar dan manusiawi. Perilaku ini menjadi tidak wajar ketika Anda merasa bertanggung jawab terhadap kebahagiaan orang lain dan mengabaikan diri sendiri.
Perilaku savior complex juga bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman, bahkan dapat merugikan diri sendiri. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui tanda-tanda savior complex dan bagaimana cara mengatasinya.
Apa itu Savior Complex?
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, savior complex adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki kebutuhan untuk ‘menyelamatkan’ orang lain dengan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Savior complex juga sering disebut dengan messiah complex atau white knight syndrome.
Seseorang dengan savior complex memiliki dorongan untuk berusaha keras membantu orang lain meskipun orang tersebut tidak membutuhkan atau menginginkan bantuannya. Karena itulah savior complex bisa membuat orang lain tidak nyaman sehingga berpengaruh pada hubungan sosial.
Jika memiliki savior complex, maka Anda hanya akan merasa lega ketika masalah orang lain dapat terselesaikan dengan cara yang Anda inginkan. Biasanya, orang seperti ini tidak menyadari jika dirinya memiliki dorongan savior complex.
Savior complex sendiri bukanlah sebuah diagnosis medis resmi, tapi bisa terjadi kepada seseorang dengan kondisi mental tertentu seperti gangguan bipolar.
Savior complex erat kaitannya dengan harga diri yang rendah, kurangnya rasa percaya diri, dan rasa insecure. Penyebab savior complex sering dihubungkan dengan pengalaman masa kecil, salah satunya sudah diberi tanggung jawab untuk mengurus adik maupun keluarga di usia muda hanya karena dianggap sebagai anak tertua.
Seseorang dengan savior complex umumnya akan memiliki masalah dengan hubungan sosialnya, baik dengan teman maupun keluarga. Ia jadi sering dimanfaatkan, bahkan mungkin tidak dihormati oleh orang lain yang sebelumnya ia bantu.
Tanda-Tanda Savior Complex
Setelah mengetahui apa itu savior complex, Anda perlu mengenali ciri-cirinya. Berikut beberapa tanda savior complex:
1. Selalu Ingin Membantu Orang Lain
Ciri pertama savior complex adalah suka menolong orang lain. Jika Anda memiliki savior complex, perhatian akan selalu tertuju pada orang-orang yang kelihatannya membutuhkan pertolongan.
Jiwa penyelamat dalam diri Anda seolah selalu mendorong untuk menemukan siapa saja yang butuh bantuan. Hal ini terjadi karena adanya rasa empati yang sangat tinggi dan menolong orang lain seolah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari.
2. Berusaha Mengontrol Orang Lain
Seseorang dengan savior complex percaya bahwa dirinya bisa mengendalikan atau memengaruhi orang lain. Mereka juga meyakini bahwa hanya merekalah yang tahu apa yang terbaik sehingga cenderung tidak menghargai keputusan pihak lain.
Sebagai contoh, orang dengan savior complex akan berusaha memengaruhi orang lain agar mau mengganti pekerjaan mereka, mengubah perilaku tertentu, atau menekuni hobi baru karena yakin semua itu akan memperbaiki kehidupan mereka.
3. Tidak Bisa Menolak Permintaan Tolong Orang Lain
Orang dengan savior complex juga sulit menolak orang yang meminta bantuannya. Sekali lagi, menemukan orang yang butuh pertolongan seolah menjadi kesempatan untuk memenuhi hasrat ‘jiwa penyelamatnya’.
Sayangnya, hal ini bukanlah sesuatu yang baik. Karena sulit menolak, orang dengan savior complex berpeluang untuk dimanfaatkan dan terjebak dalam sebuah hubungan yang toxic.
4. Berkorban Secara Berlebihan
Seseorang dengan savior complex biasanya rela mengorbankan diri untuk orang lain. Ia akan dengan senang hati mengorbankan waktu, tenaga, hingga materi. Bahkan, mereka juga tak segan menempatkan diri dalam bahaya demi orang lain.
Savior complex membuat seseorang rela membuat pengorbanan besar dan menguras seluruh sumber daya yang dimilikinya. Padahal, orang lain belum tentu membutuhkan bantuannya.
5. Merasa Diri Sendiri Adalah Satu-satunya Penyelamat
Ciri savior complex lainnya adalah munculnya perasaan bahwa hanya Anda yang bisa memberikan bantuan dan memiliki solusi atas permasalahan orang lain.
Anda akan menganggap orang lain tidak mampu memberikan pertolongan sebaik Anda. Keyakinan tersebut menyiratkan rasa superioritas dan sering kali tidak disadari oleh pelakunya.
Di sisi lain, perasaan seperti ini justru akan membuat diri tertekan karena dituntut harus menyelesaikan masalah orang lain dengan cara yang dianggap sesuai.
6. Mengabaikan Kebutuhan Pribadi
Seseorang dengan savior complex cenderung meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Mereka hanya fokus melakukan sesuatu untuk membantu orang lain, tapi tidak peduli dengan kebutuhan dirinya sendiri.
Akibatnya, mereka akan mengalami burnout atau kelelahan secara fisik dan mental karena menggunakan seluruh waktu maupun energinya demi kehidupan orang lain.
Cara Mengatasi Savior Complex
Savior complex dapat menimbulkan banyak dampak negatif pada seseorang. Tak hanya burn out, tapi ia juga bisa kesulitan membina hubungan sosial yang baik dan sehat dengan orang lain, bisa jadi karena orang lain merasa tidak nyaman atau justru dimanfaatkan.
Untuk menghindarinya, berikut beberapa cara yang bisa dicoba untuk mengatasi savior complex:
1. Menyadari Perilaku Savior Complex
Langkah pertama untuk keluar dari savior complex adalah menyadari dan mengakui bahwa Anda memang memiliki kondisi tersebut. Perhatikan seluruh tanda-tandanya dan tanyakan pada diri sendiri apakah memang memilikinya.
2. Bersikap Lebih Pasif
Menolong bukan sesuatu yang buruk, tapi cobalah untuk lebih pasif. Hindari keinginan untuk mengendalikan orang lain dan tahan diri untuk tidak langsung memberikan bantuan.
Alih-alih langsung membantu, yakinkan orang lain bahwa Anda selalu ada jika mereka membutuhkan bantuan. Biarkan orang lain yang memutuskan apakah mereka akan meminta tolong atau tidak.
Kalaupun akhirnya meminta bantuan, jangan mengontrol dan merasa bahwa Andalah yang paling tahu apa yang terbaik bagi mereka. Tanyakan apa yang bisa dibantu dan berikan sesuai yang dibutuhkan.
3. Lebih Banyak Mendengar
Saat ada seseorang yang mengalami atau menceritakan masalahnya, jadilah pendengar yang baik. Anda tidak perlu buru-buru memberikan solusi atau nasihat apa pun kepadanya.
Menceritakan masalah kepada orang lain bukan berarti membutuhkan solusi, terkadang mereka hanya ingin didengar. Kembali ke poin sebelumnya, cukup meyakinkan mereka bahwa Anda selalu ada dan siap membantu jika memang diperlukan.
4. Tetapkan Batasan dalam Menolong
Ketika memutuskan untuk membantu seseorang, Anda harus bisa menetapkan batasan seberapa banyak yang bisa diberikan atau dilakukan untuk orang lain.
Batasan ini berguna untuk mencegah Anda melakukan pengorbanan yang berlebihan. Jika masih clueless, tanyakan langsung kepada orang yang ingin ditolong, misalnya bertanya “apa yang bisa aku lakukan?” kepada mereka.
Mereka mungkin akan menjawab sesuatu yang spesifik. Penuhi permintaan tersebut semampu Anda, dan setelah melakukannya, berarti tugas Anda selesai sampai di situ.
5. Pahami Bahwa Anda Tidak Bisa Mengendalikan Orang Lain
Pahami bahwa Anda tidak punya kuasa untuk mengontrol orang lain. Anda bisa memberikan bantuan, tapi segala keputusan dan pilihan tetap ada di tangan orang yang dibantu.
Memahami hal ini akan membantu Anda menghindari rasa frustasi. Pasalnya, seseorang dengan savior complex bisa merasa stres ketika orang yang mereka bantu tidak mengalami perbaikan sesuai ekspektasinya.
6. Cintai Diri Sendiri
Tak ada salahnya mengorbankan waktu dan tenaga untuk membantu orang yang Anda sayangi, tapi jangan lupa untuk memberikan waktu dan energi dalam jumlah yang sama untuk diri Anda sendiri.
Jangan pernah mengabaikan kepentingan pribadi dan tetaplah mencintai diri sendiri (self-love). Tidak perlu merasa bersalah ketika menghabiskan waktu untuk mengerjakan sesuatu yang Anda sukai dan mengesampingkan orang lain untuk sementara waktu.
7. Libatkan Terapis
Jika masih kesulitan untuk mengatasi savior complex seorang diri, jangan ragu meminta bantuan profesional. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, savior complex muncul karena adanya pengalaman tertentu di masa lalu.
Anda bisa melakukan konseling dengan terapis untuk mengetahui penyebab pasti savior complex dan bagaimana efeknya pada diri Anda maupun orang lain. Tak hanya itu, terapis juga akan membantu Anda untuk menerapkan batasan-batasan tertentu dalam hal menolong orang.
tirto.id - Diajeng
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno