Penemuan Fosil Ahvaytum Bahndooiveche, Membuka Babak Baru dalam Pemahaman Evolusi Dinosaurus

3 hours ago 5

Penemuan fosil Ahvaytum bahndooiveche di Amerika Serikat berhasil menjadi temuan penting dalam paleontologi modern. Fosil dinosaurus tersebut diperkirakan telah berusia sekitar 230 juta tahun. Hasil studi terbaru ini mampu mengungkap bahwa dinosaurus telah ada di belahan bumi utara jauh lebih awal dari yang kita yakini selama ini.

Hal ini sekaligus mematahkan pendapat lama tentang asal-usul hewan purba tersebut yang selama ini fokus di belahan bumi bagian selatan.

Baca Juga: Bagaimana Suara Asli Dinosaurus? Simak Ulasannya!

Lalu, bagaimana karakteristik fosil dari spesies purba tersebut? Untuk mengetahui lebih lanjut terkait penemuan ini, maka simak ulasan selengkapnya dalam artikel di bawah ini?

Penemuan Fosil Ahvaytum Bahndooiveche dan Karakteristiknya

Pada tahun 2013 silam, tim ilmuwan dari University of Wisconsin–Madison menemukan fosil seekor dinosaurus kecil di batuan Popo Agie, Wyoming. Setelah lebih dari sepuluh tahun melakukan penelitian mendalam, mereka berhasil mengidentifikasi fosil tersebut sebagai spesies baru yang mereka beri nama Ahvaytum bahndooiveche.

Menurut perkiraan, dinosaurus ini hidup sekitar 230 juta tahun yang lalu. Hal tersebut menjadikannya dinosaurus tertua yang pernah ditemukan di wilayah Laurasia, yaitu superkontinen purba di belahan bumi utara. Ahvaytum bahndooiveche berukuran kecil, kira-kira sebesar ayam, dengan panjang tubuh sekitar satu meter dan memiliki ekor yang panjang.

Fosil yang ditemukan terdiri atas tulang pergelangan kaki (astragalus) dan bagian atas tulang paha. Kedua bagian tulang ini menunjukkan ciri khas dinosaurus dari kelompok Saurischia, yakni cabang yang mencakup leluhur sauropoda (dinosaurus berleher panjang) dan theropoda (seperti Tyrannosaurus dan burung modern).

Meskipun tengkoraknya belum ketemu, analisis morfologi terhadap tulang yang tersedia sudah cukup untuk mengidentifikasikannya sebagai anggota awal dari kelompok Sauropodomorpha. Sauropodomorpha ialah salah satu subkelompok utama dalam Saurischia.

“Ahvaytum bahndooiveche pada dasarnya sebesar ayam tapi dengan ekor yang sangat panjang. Kita biasanya mengira dinosaurus itu raksasa, tapi mereka tidak memulai hidupnya seperti itu. Penemuan ini menunjukkan bahwa dinosaurus sudah ada di belahan bumi utara jauh lebih awal daripada yang kita kira sebelumnya. Ini mengubah cara kita memahami evolusi dan penyebaran dinosaurus di seluruh dunia,” kata tim peneliti University of Wisconsin Geology Museum, Dave Lovelace.

Keterkaitan dengan Perubahan Iklim Besar

Dave Lovelace menyoroti keterkaitan penemuan fosil Ahvaytum bahndooiveche dengan perubahan iklim besar (Carnian pluvial episode). Yaitu periode saat iklim global menjadi basah dibandingkan sebelumnya.

“Iklim pada periode itu jauh lebih basah daripada sebelumnya, mengubah gurun luas dan panas menjadi habitat yang lebih ramah bagi dinosaurus awal. Perubahan ini kemungkinan besar memicu diversifikasi dan penyebaran dinosaurus di berbagai wilayah,” kata Lovelace.

Penanggalan radiometrik presisi tinggi pada batuan di area fosil memastikan usia dan memberikan gambaran tentang lingkungan hidup dinosaurus tersebut. Kala itu, wilayah Wyoming merupakan daerah semi-arid dengan curah hujan tinggi sehingga mampu menciptakan fauna baru seperti dinosaurus.

Baca Juga: Pelari Andal, Inilah Wujud Dinosaurus Tercepat di Dunia

Memiliki Nilai Budaya yang Mendalam

Penemuan Ahvaytum bahndooiveche juga mempunyai nilai budaya yang mendalam. Nama Ahvaytum dan spesies bahndooiveche berasal dari bahasa suku Shoshone yang artinya “dinosaurus dari masa lalu” dan “anak air muda”.

Nama ini diambil sebagai penghormatan kepada masyarakat adat yang merupakan pemilik tanah tempat fosil berada. Proses pemberian nama ini melibatkan kolaborasi erat antara tim ilmuwan dan anggota komunitas suku setempat.

“Kerja sama yang berkelanjutan antara Dr. Lovelace, timnya, distrik sekolah kami, dan komunitas merupakan salah satu hasil terpenting dari penemuan dan penamaan Ahvaytum bahndooiveche. Ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan dapat menghargai dan melibatkan budaya lokal secara bermakna.” Kata Amanda LeClair-Diaz selaku Koordinator Pendidikan Indian sekaligus anggota suku Eastern Shoshone.

Membuka Pemahaman Baru Tentang Evolusi Dinosaurus

Penemuan Ahvaytum bahndooiveche membuka babak baru dalam pemahaman tentang evolusi dan penyebaran awal dinosaurus. Fosil ini memberikan bukti penting bahwa dinosaurus telah hadir di Laurasia. Wilayah superkontinen di belahan bumi utara, sejak tahap awal evolusi mereka.

Sebelumnya, para ilmuwan berpendapat bahwa dinosaurus pertama kali berevolusi di Gondwana, superkontinen di belahan bumi selatan, dan baru menyebar ke Laurasia beberapa juta tahun kemudian. Namun, keberadaan Ahvaytum bahndooiveche yang berusia sekitar 230 juta tahun kini menantang teori tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa dinosaurus kemungkinan telah berevolusi dan beradaptasi di kedua belahan bumi secara bersamaan atau hampir bersamaan.

Baca Juga: Duonychus: Dinosaurus Mirip Kukang yang Mengejutkan Dunia Ilmiah

Demikian ulasan terkait penemuan fosil Ahvaytum bahndooiveche. Para ilmuwan berharap studi terbaru ini akan mendorong eksplorasi lebih lanjut di wilayah barat Amerika Utara dan daerah lainnya. Yakni daerah yang berpotensi menyimpan fosil dinosaurus awal dan belum terungkap hingga kini. Dengan adanya penemuan fosil ini, para ilmuwan ini mampu memperjelas gambaran terkait evolusi dinosaurus. Tidak hanya itu saja, studi ini juga dapat mengisi celah penting dalam sejarah kehidupan di muka Bumi. Semoga bermanfaat, ya! (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |