Apa yang Bikin Orang Tergila-gila pada Kibor Mekanik?

3 hours ago 2

tirto.id - Dunia teknologi belakangan ini boleh saja identik dengan segala hal berbau digital. Akan tetapi, di tengah ramainya perbincangan tentang kecerdasan buatan dan internet of things, menyeruaklah sebuah tren yang, sedikit banyak, bisa dibilang anakronistis. Tren yang dimaksud adalah penggunaan mechanical keyboard atau kibor mekanik.

Seperti namanya, basis dari kibor mekanik adalah teknologi mekanika. Pegas yang dipasang pada tiap tuts menjadi instrumen utamanya. Suara yang muncul saat tuts-tuts tersebut ditekan, level presisi, serta kustomisasi yang nyaris tanpa batas, membuat kibor mekanik menjadi idola bagi mereka yang, "ironisnya", justru sudah tenggelam jauh di dalam dunia digital.

Ada kalanya kibor mekanik hanya menjadi target buruan para penggemar barang-barang retro serta gamer kelas wahid. Namun, lambat laun, perangkat satu ini sukses menjadi fenomena kultural. Harganya memang terbilang mahal. Satu unitnya bisa dibanderol hingga Rp150 juta. Namun, itu tak jadi penghalang bagi mereka yang kadung jatuh cinta.

Lantas, apa sebenarnya yang membuat kibor mekanik begitu dicintai. Yang lebih penting lagi, apakah memang perangkat satu ini layak dihargai selangit?

Sejarah Singkat Kibor Mekanik

Cerita kibor mekanik bermula pada dekade 1970-an, seiring dimulainya era baru komputer. Jika sebelumnya komputer hanya bisa ditemukan di laboratorium, memasuki dekade tersebut, komputer sudah jamak dimiliki oleh individu. Untuk mendukung era baru tersebut, International Business Machines (IBM) Corporation mengembangkan kibor dengan tuts mekanik sebagai sarana input perintah yang bisa diandalkan.

Kibor mekanik pertama, IBM Model F, diperkenalkan secara resmi pada 1981. Yang membuat kibor ini begitu spesial adalah penggunaan pegas tekuk (buckling spring) pada tiap tutsnya. Desain ini disambut hangat oleh para pengguna sebab ia mampu menghasilkan suara klik yang terdengar begitu menyenangkan. Saking populernya, Model F (serta suksesornya yaitu Model M) pun akhirnya menjadi standar kibor berkualitas pada era tersebut dan banyak dipakai konsumen, baik di kantor maupun rumah.

Meski demikian, kibor mekanik sebenarnya tidak didesain untuk pengguna kasual. Kibor tersebut diciptakan untuk para profesional, seperti juru ketik serta ilmuwan komputer, yang sangat membutuhkan akurasi serta ketahanan.

Sayangnya, kibor mekanik perlahan kehilangan pamor, terutama sejak munculnya kibor membran pada dekade 1990-an, yang jauh lebih murah. Kibor membran inilah yang umum digunakan sampai sekarang.

Jika kibor mekanik menggunakan satu pegas tekuk kecil untuk setiap tutsnya, kibor membran menggunakan karet. Kibor keluaran terbaru itu jauh lebih murah dan, pada akhirnya, menjadi standar industri yang mendahulukan keterjangkauan harga ketimbang kualitas.

Ilustrasi KomputerIlustrasi Komputer. FOTO/iStockphoto

Memasuki dekade 2000-an, boleh dibilang, kibor mekanik bisa dibilang tinggal kenangan. Mereka yang pernah menggunakannya pada masa lalu mungkin masih menyukai kualitasnya, tetapi sudah tidak lagi cocok untuk diproduksi dan dipasarkan secara massal. Walau demikian, kibor mekanik tidak pernah benar-benar mati.

Di antara lautan kibor membran, ada segelintir orang yang tetap mempertahankan kibor mekanik karena kualitasnya memang lebih superior. Biasanya, mereka yang memilih menggunakan kibor mekanik adalah para gamer profesional serta pemrogram komputer. Dua profesi itu memang membutuhkan kibor yang akurat dan tahan banting untuk menjalankan pekerjaannya. Mereka-mereka inilah, beserta para penggemar barang retro, yang akhirnya menjadi tulang punggung kebangkitan kibor mekanik.

Nyawa Kedua Kibor Mekanik

Medio 2010-an menjadi momentum kebangkitan kibor mekanik. Adalah para gamer perakit PC yang pertama kali membuat kibor jenis ini populer kembali. Mereka, yang memang membutuhkan respons dan akurasi lebih cepat dan akurasi lebih tinggi, pada akhirnya memilih kibor mekanik sebagai "senjata" andalannya.

Tren tersebut dengan cepat dibaca oleh produsen perangkat keras, macam Razer dan Corsair. Mereka pun kemudian memproduksi kibor mekanik khusus gim, lengkap dengan lampu-lampu serta opsi kustomisasi.

Di saat hampir bersamaan, para profesional di bidang IT, yang banyak menghabiskan waktu di depan komputer, juga mulai merasakan adanya kebutuhan untuk mengustomisasi kibornya. Di forum-forum dunia maya, seperti Geekhack dan Reddit, mulai muncul perbincangan soal tuts, teknik menyolder, sampai set keycaps. Pertumbuhan komunitas daring ini pun berimbas pada meningkatnya permintaan akan kibor mekanik serta kelengkapannya.

Dari sana, perusahaan-perusahaan teknologi, seperti Keychron, Ducky, dan Leopold, menjadi pemain besar. Tak cuma untuk para "pemain lama", jenama-jenama tersebut juga menjadi pilihan bagi para newbie yang harga kibor mekaniknya baru di angka ratusan ribu sampai jutaan rupiah (belum sampai belasan atau puluhan juta).

Kustomisasi kibor mekanik pun berkembang lagi. Tak sekadar hobi, ia berevolusi menjadi sebuah karya seni. Ada yang mencetak sendiri koper kibor dengan printer 3D, bereksperimen dengan berbagai jenis material, serta menyulap kibornya sehingga memiliki tema yang terinspirasi dari budaya pop.

Di sisi lain, terdapat pula yang lebih memilih untuk menyelam ke aspek teknis, seperti cara meningkatkan efisiensi ketukan serta keergonomisan perangkat. Inilah yang membuat komunitas kibor mekanik menjadi begitu hidup.

Bisa dibilang, popularitas kibor mekanik saat ini sudah mirip dengan yang terjadi pada dekade 1980-an. Bedanya, jenis penggunanya kini lebih bervariasi. Para pengguna klasik, misalnya pemrogram, masih menggunakan kibor jenis ini karena kenyamanannya saat dipakai. Para pemain gim menggunakannya karena lebih responsif dan presisi dalam memberi perintah. Sementara itu, jiwa-jiwa kreatif lainnya memilih kibor mekanik untuk menyalurkan hasrat seninya.

Ilustrasi KomputerIlustrasi Komputer. FOTO/iStockphoto

Pro & Kontra Kibor Mekanik

Pertanyaan soal alasan kibor mekanik begitu dicintai sudah terjawab. Lantas, apakah popularitasnya di era digital saat ini sepadan dengan harganya?

Sebenarnya, mahal tidaknya harga sesuatu sangatlah subjektif. Ada yang bilang, harga suatu barang bergantung pada seberapa besar seseorang sudi mengeluarkan uang untuk mendapatkannya. Maka tak heran, kita sering menemukan benda-benda dengan harga tak masuk akal, misalnya sepeda motor Yamaha 125Z yang sekarang dihargai ratusan juta, padahal dahulu harganya sama dengan motor bebek 2-tak biasa. Dengan kata lain, harga suatu benda selalu bisa "digoreng" sesuai keinginan pasar.

Lantas, apakah harga kibor mekanik, yang bisa mencapai puluhan juta rupiah, tersebut juga merupakan hasil "gorengan"? Well, tentu saja tidak.

Sejak kemunculan kibor membran, sudah terlihat betapa tidak ekonomisnya harga kibor mekanik sehingga industri pun beralih ke yang lebih modern. Kibor mekanik "dari sononya" mahal karena biaya material dasar tutsnya cukup tinggi. Itu belum termasuk jenis bahan pembuatannya, misalnya ada yang dibikin dari kayu atau metal.

Belum lagi pelbagai modifikasi lain, seperti keberadaan lampu sebagai penghias serta tuts-tuts yang dilukis sedemikian rupa sehingga kibor bisa bertema tertentu. Pada dasarnya, harga kibor mekanik yang selangit selaras dengan kualitas produk yang ditawarkan. Itulah yang membuatnya begitu dicintai.

Meski demikian, kibor mekanik pun tidak bisa dibilang lebih baik dibanding kibor membran. Dari segi harga, misalnya, kibor membran jelas unggul. Lalu, tidak semua orang sebenarnya bisa menikmati suara kibor mekanik yang, oleh para pemujanya, selalu disebut satisfying.

Tak sedikit pula orang yang menyesal sudah membeli kibor mekanik. Salah satunya seorang pekerja bank asal Banjarnegara, Dika. Kepada Tirto, Dika mengaku membeli kibor mekanik demi menuntaskan rasa penasarannya. Akan tetapi, setelah menggunakannya, laki-laki 35 tahun itu "tidak merasakan kesan mendalam" sebagaimana yang dirasakan pemuja kibor mekanik.

"Aku sebenarnya bukan expert atau bagaimana, beli juga karena penasaran. Soalnya, temanku yang memang pehobi pernah bilang kalau 'sekali mencoba kibor mekanik, gak akan kembali ke kibor membran'. Tapi, pas barangnya sampai, aku gak merasakan kesan mendalam," tutur Dika.

Menurut Dika, memang ada perbedaan yang jelas antara kibor mekanik dan membran. Namun baginya, hal yang membedakan antara dua jenis kibor tersebut tidak terlalu penting.

"Kibor mekanikku, Yunzii YZ75 Pro pakai brown switch, dan kibor membran Logitech-ku, seri MK275, bisa melakukan hal yang sama. Perbedaan ada di suara dan feeling saat mengetik. Tapi ternyata itu semua gak sepenting itu buat aku," jelasnya.

Bahkan, Dika menyebut keunggulan kibor membran yang cukup underrated, yaitu soal ketahanan baterai. "Yang aku pakai dua-duanya wireless. Kibor membran Logitech-ku pakai baterai AAA awet banget. Yang mekanik kudu dicas pakai USB Type C sekitaran 1 minggu sekali," tutupnya.

Pada intinya, masing-masing kibor, baik mekanik maupun membran, sama-sama punya kelebihan. Apabila Anda merasa perlu dan mampu membeli kibor mekanik, ya, jelas tidak ada salahnya. Namun, bertahan dengan kibor membran pun bukan sesuatu yang memalukan.


tirto.id - Teknologi

Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadli Nasrudin

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |