tirto.id - Beberapa hari ini terakhir menjadi waktu tersibuk bagi Presiden terpilih, Prabowo Subianto, menjelang pelantikannya pada Minggu, (20/10/2024) mendatang. Selama dua hari terakhir, sejak Senin (14/10/2024) hingga Selasa (15/10/204) kemarin, Prabowo memanggil satu-per-satu calon menteri, calon wakil menteri dan kepala badan negara di kediamannya Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, untuk diinterview dan dimintai kesanggupannya mengawal pemerintahannya ke depan.
Total ada sebanyak 108 orang berlatar belakang politisi, akademisi, profesional hingga aktivis dipanggil Prabowo selama dua hari. Rinciannya sebanyak 49 orang dipanggil di-interview Prabowo menjadi calon menteri sementara 59 lainnya diseleksi untuk menjadi calon wakil menteri dan kepala badan atau lembaga negara.
“Sebetulnya hari ini hanya mengkonfirmasi, saya konfirmasi, saya yakinkan mereka bersedia atau tidak bantu saya di bidang yang saya tawarkan kepada mereka. Alhamdulillah semuanya menyatakan sanggup. Saya memberi beberapa penekanan kira-kira arah kebijakan kita,” kata Prabowo di kediamannya Senin (14/10/2024).
Dari puluhan calon menteri dan wakil menteri dipanggil Prabowo, tampak masih dihiasi wajah-wajah lama atau menteri yang saat ini masih tergabung dalam kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi). Total ada sebanyak 16 menteri Jokowi yang dipersiapkan untuk membantu Prabowo di pemerintahan selanjutnya.
Ke-16 menteri Jokowi yang dipanggil Prabowo antara lain Menteri ATR/BPN, Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo, Menteri BUMN, Erick Thohir, dan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Kemudian ada Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, Menteri Hukum dan HAM, Supratman Andi Agtas, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Menteri Investasi, Rosan Roeslani, Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.
Selain menteri, sejumlah wakil menteri era Jokowi juga turut dipanggil kembali Prabowo. Mereka juga digadang-gadang akan masuk kabinet Prabowo-Gibran mendatang. Para wakil menteri Jokowi itu diantaranya Wakil Menteri Pertahanan, M Herindra, Wakil Menteri ATR, Raja Juli Antoni, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo.
Selain itu ada pula Wakil Menkominfo, Angga Raka Prabowo, Wakil Menteri Investasi, Yuliot Tanjung, Wakil Menkominfo, Nezar Patria, Menkominfo, Budi Arie Setiadi, Wakil Menaker, Afriansyah Noor, Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono dan Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara.
Jauh sebelum nama-nama itu beredar, Prabowo sebelumnya sudah menyatakan sebagian menteri yang ada di kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin akan masuk ke dalam jajaran kabinetnya nanti. Sinyal itu disampaikan dalam pidatonya saat Apel Kader Partai Gerindra di Indonesia Arena, Jakarta Pusat, pada akhir Agustus 2024 lalu.
"Pak maaf Pak, karena bapak memilih orang-orang hebat, maka sebagian dari mereka nanti masuk kabinet saya," kata Prabowo pada pidatonya dalam penutupan Rapimnas Partai Gerindra di Indonesia Arena, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8/2024).
Campur Tangan Jokowi di Pemerintahan Prabowo
Analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai dominasi para menteri Jokowi di pemerintahan Prabowo ke depan tidak lepas dari campur tangan mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Ini bisa dibaca setelah terjadinya dua pertemuan pribadi antara Jokowi dan Prabowo sebelum pemanggilan para calon menteri dan wakil menteri itu dilakukan.
Pertemuan antara Jokowi dan Prabowo pertama diketahui terjadi pada Selasa (8/10/2024) malam dan berlangsung secara tertutup. Jokowi melalui akun Instagram @jokowi bahkan turut membagikan momen pertemuannya di sela santap malam di salah satu restoran di kawasan Gelora Bung Karno, Selasa malam (8/10/2024). Pertemuan itu berlangsung santai dan menghabiskan waktu hingga dua jam lamanya.
Pertemuan kedua berlangsung pada Minggu (13/10/2024). Kali ini Prabowo menemui Jokowi secara langsung di kediamannya, Sumber, Banjarsari, Solo. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar pukul 14.15 hingga 15.44 WIB tersebut turut dihadiri Wakil Presiden Terpilih 2024-2029 sekaligus putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
“Ini menandai keterlibatan Jokowi dalam susunan kabinet Prabowo, bahkan wacana pertemuan Prabowo-Megawati yang tak kunjung terjadi juga dimungkinkan adanya peran Jokowi,” kata Dedi kepada Tirto, Rabu (16/10/2024).
Presiden Joko Widodo bersama Prabowo Subianto di IKN Penajam Paser Utara. . foto/Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Keterlibatan Jokowi, kata Dedi, tidak bisa terbantahkan. Terlebih, dalam kabinet Prabowo cukup banyak tokoh loyalis Jokowi yang kembali terlibat meskipun dari sisi kinerja boleh dikatakan mengecewakan. Misalnya saja nama-nama seperti Wahyu Sakti Trenggono, Pratikno yang masuk kategori tokoh lebih sibuk bekerja untuk Jokowi secara personal dibanding urusan negara.
‘Pun demikian dengan Budi Arie atau Raja Juli Antoni. Semuanya terlibat dalam timses Gibran, sehingga memungkinkan masuknya mereka ke kabinet Prabowo karena faktor Jokowi,” jelas Dedi.
Analis Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo, mengakui ada spekulasi bahwa dominasi menteri di era Jokowi mengarah kepada cawe-cawe Jokowi terhadap pembentukan kabinet Prabowo ke depan, apalagi wakil Prabowo, Gibran Rakabuming Raka, notabene merupakan putra sulungnya Jokowi.
“Jadi sangat mungkin memang Pak Jokowi punya peran yang besar terhadap penentuan nama-nama di kabinetnya Pak Prabowo ini,” kata Kunto kepada Tirto, Rabu (16/10/2024).
Akan tetapi, kata Kunto, perlu juga dilihat misalnya kenapa banyak menterinya Jokowi yang masih masuk ke dalam kabinetnya Pak Prabowo. Pertama, karena memang para menteri-menteri tersebut merupakan ketua-ketua umum partai. Ia mengarah kepada Zulhas, Bahlil Lahadalia, AHY, dan beberapa tokoh lainnya yang notabene bagian dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung Prabowo saat Pilpres kemarin.
Di sisi lain, Kunto melihat ada pertimbangan-pertimbangan lain dari Prabowo kenapa tetap menggunakan menteri-menterinya Jokowi di pemerintahan baru. Ia mencontohkan, penunjukan Sri Mulyani dalam bidang keuangan pemerintah.
“Misalnya Sri Mulyani dengan kemampuan untuk nyari utangannya gitu kan. Atau kemampuan untuk mengatur fiskalnya dengan penghematan anggaran kementerian yang sangat banyak,” kata dia.
Narasi Keberlanjutan & Kepentingan Prabowo
Lebih jauh, Kunto berpendapat bahwa sepenuhnya ini tidak bisa dikatakan sebagai cawe-cawe dari Jokowi. Jika ingin diidentifikasikan dengan cawe-cawe, maka perlu melihat parameter nama-nama menteri Jokowi yang masuk di kabinet Prabowo bisa dilihat dua hal.
“Kita tahu sebenarnya alasannya lebih karena dalam tanda petik keberlanjutan atau memang karena memang menteri nama-nama itu diperlukan untuk kepentingannya Pak Prabowo,” tutur Kunto.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, mengatakan, setiap penyusunan kabinet memang ada banyak dimensi bisa dilihat. Paling utama, kata dia, ketika muncul nama- menteri era Jokowi ini ada dimensi teknokratik.
“Kenapa? Karena para menteri Jokowi ini punya pengalaman dan berada sama dengan pak Prabowo di Kabinet Jokowi,” kata Agung saat dihubungi Tirto, Rabu (16/10/2024).
Agung mengatakan, Prabowo tahu betul kualitas kerja masing-masing menteri Jokowi/ Alhasil, ketika nama-nama tersebut dilibatkan, maka dimensi teknokrat itu yang lebih kuat di luar dari dimensi lain apakah itu soal politik, di luar soal politik atau sebagiannya.
Agung melanjutkan, secara politik Jokowi juga punya pengaruh besar kepada Prabowo. Selain kontribusi selama Pilpres, Jokowi juga sudah menunjukan bagaimana tingkat kepuasan kerjanya tinggi yang berada di kisaran 70-80 persen. Angka itu menurutnya bukan angka yang biasa di akhir masa pemerintahan presiden periode kedua.
“Dan kesuksesan itu yang ingin ditiru oleh pak Prabowo dan pengaruh itu basisnya selain pengaruh-pengaruh lain. Jadi ketika muncul nama-nama menteri Jokowi lagi di massa pak Prabowo saya kira itu menjadi logis karena ada dimensi teknokratik nya dan juga alasan politiknya,” jelas dia.
Di sisi lain, keterlibatan Jokowi dalam pembentukan kabinet Prabowo ke depan menurut Agung tidak lepas dari narasi keberlanjutan yang selama ini menjadi janji kampanye Pilpres Prabowo-Gibran. Maka, mau tidak mau pak Jokowi juga ikut mengawal itu supaya narasi itu bisa dilakukan dan bukan sebatas wacana.
“Apalagi kalau kita liat menteri-menteri ekonominya kalau kita lihat pak Jokowi banget. Menteri menteri itu sudah teruji. Jadi kalau sudah ada di depan mata buat apa dibuat yang baru kan begitu. Repot juga butuh waktu lagi, menjaring lagi, susah. Mending yang udah ada dan teruji,” tutur Agung.
Jokowi sendiri menilai pemanggilan 16 nama menteri dan beberapa wakil menteri di Kabinet Indonesia Maju yang dilakukan Subianto, sebagai bukti keberlanjutan. Jokowi bahkan meyakini Prabowo telah mempertimbangkan dengan matang dengan memanggil para tokoh tersebut sebelum dilantik menjadi menteri.
"Ya itu yang namanya keberlanjutan ya itu," kata Jokowi usai meresmikan Gedung Amanah, Aceh, Selasa (15/10/2024).
Meski demikian, Jokowi menegaskan bahwa pemilihan menteri untuk kabinet Prabowo-Gibran adalah murni hak prerogatif Prabowo. Ia meminta semua pihak untuk menghormati keputusan Prabowo."Itu adalah hak, hak prerogatif presiden terpilih Bapak Presiden Jenderal TNI Purnawirawan Prabowo Subianto. Itu hak prerogatif. Siapapun yang dipilih kita semuanya menghargai," katanya.
Calon Presiden Joko Widodo (kanan) dan Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan usai pengundian nomor urut Pemilu Presiden 2019 di Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan calon Presiden dan Wapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendapatkan nomor urut 01, dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat nomor urut 02. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/kye/18
tirto.id - News
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Andrian Pratama Taher