Inilah Mengapa Sampah Plastik Bisa Membuat Lingkungan Jadi Rusak

4 hours ago 2

tirto.id - Sampah plastik telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi lingkungan kita. Meskipun plastik merupakan bahan yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari karena sifatnya yang ringan, tahan lama, dan murah, sifat inilah yang juga menjadikannya sulit terurai di alam. Inilah mengapa sampah plastik bisa membuat lingkungan menjadi rusak.

Plastik membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terdegradasi, sehingga ketika tidak dikelola dengan baik, sampah plastik akan menumpuk dan mencemari berbagai ekosistem, mulai dari daratan hingga lautan.

Akibatnya, sampah plastik tidak hanya merusak keindahan lingkungan tetapi juga mengancam kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat sampah plastik begitu merusak bagi lingkungan? Mari kita bahas lebih dalam.

Sampah Plastik di Indonesia

Strategi pengelolaan sampah di TPA SidoarjoFoto udara alat berat memindahkan sampah dari truk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Griyo Mulyo Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (3/1/2025). ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nym.

Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendata bahwa jumlah timbunan sampah nasional sebanyak 31,9 juta ton per 24 Juli 2024. Pengelolaannya pun jauh dari kata layak, yang mana 35,67% sisa sampahnya tak dapat dikelola, termasuk salah satunya adalah sampah plastik.

Plastik adalah jenis sampah yang acapkali merepotkan karena membutuhkan waktu bahkan hingga ratusan tahun agar terurai di alam.

Penting untuk mengetahui mengapa sampah plastik bisa membuat lingkungan menjadi rusak. Plastik seringkali mengandung zat aditif yang membuatnya lebih kuat, fleksibel, dan tahan lama. Namun, zat aditif ini pulalah yang dapat memperpanjang umur sampah plastik, dengan beberapa perkiraan berkisar setidaknya 400 tahun untuk terurai.

Pemerintah Indonesia berencana menghentikan impor sampah plastik mulai tahun 2025 ini. Pasalnya, negara ini menjadi pengimpor sampah plastik paling besar di dunia pada tahun 2022, hingga 194 ribu ton.

Kebijakan pun ini diambil sebagai usaha untuk mengatasi membludaknya kapasitas TPA di beberapa wilayah dengan cara mendorong penggunaan sampah plastik rumah tangga untuk industri daur ulang.

Namun hal ini tak setali tiga uang dengan fakta di lapangan. Diketahui kapasitas pengolahan sampah masih kurang, ditambah lagi tingkat pemilahan sampah di tingkat rumah tangga dan masyarakat masih rendah di mana seringkali sampah plastik dicampur aduk dengan sampah organik.

Kondisi ini menyulitkan penyerapan sampah plastik ke industri daur ulang. Sehingga, parahnya akan berakhir di tempat-tempat yang rentan tercemar seperti sungai, hutan dan laut.

Mengapa Sampah Plastik Bisa Membuat Lingkungan Menjadi Rusak?

Aksi lingkungan di Konsulat Jenderal JepangSejumlah aktivis lingkungan membentangkan poster saat berunjuk rasa di depan Konsulat Jenderal Jepang, Jalan Sumatera, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/4/2024). Aksi yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa bersama Ecoton itu bertujuan mendorong pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/rwa.

Hamparan sampah plastik, seperti botol-botol bekas, bungkus jajanan, atau kantong-kantong plastik bukan hanya menjadi pemandangan yang mengusik.

Sisa-sisa plastik itu sayangnya tak bisa lenyap begitu saja seperti bangkai yang dimakan belatung. Plastik menjadi biang bagi banyak masalah lingkungan, biota laut dan ekosistem secara menyeluruh.

Plastik Adalah Jenis Polimer yang Susah Didaur Ulang

Polusi sampah ini–yang kebanyakan dihasilkan dari sisa konsumsi manusia–menjadi ancaman serius karena plastik tersusun dari beberapa jenis polimer yang berbeda. Karenanya, sulit untuk mendaur ulang plastik secara bersamaan karena tingkat lelehnya yang berbeda suhu. Sehingga plastik perlu dipisah-pisahkan sesuai jenisnya.

Menurut seorang profesor kimia dari Departemen Kimia Universitas Princeton, Erin Stache mengungkapkan bahwa plastik sebenarnya hampir mustahil didaur ulang.

Erin Stache memaparkan bahwa barang-barang yang terbuat dari plastik, seperti kantong plastik koran, tutup cangkir kopi, botol detergen, botol mineral, Tupperware, hingga pipa PVC yang meskipun terbuat dari material yang sama, tak bisa diproses dengan daur ulang yang serupa.

Satu produk plastik seperti botol sampo misal, mengandung jenis polimer plastik yang berbeda. Seperti plastik dalam perekatnya, atau tutupnya yang berbeda pigmen warna. Sehingga menurutnya rumit untuk mengurai satu jenis produk plastik.

Plastik Berisiko Sebabkan Produksi Racun yang Lain

Artikel yang dirilis Tyler Packaging menyebutkan limbah sampah yang diimpor Indonesia juga berdampak pada sosial. Limbah plastik di Indonesia menyebabkan kadar racun dioksin dalam telur ayam meningkat hampir 70 kali lipat.

Polusi Sampah Menyebabkan Krisis Iklim

Unjuk rasa aktivis lingkungan di konjen Jepang dan Australia Seorang anggota Polri berjaga saat sejumlah aktivis lingkungan melakukan unjuk rasa di depan Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/6/2024). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/aww.

Polusi sampah juga pada akhirnya juga berkontribusi terhadap krisis iklim. Polusi sampah ini mengacu pada akumulasi berbagai jenis limbah yang dibuang ke lingkungan, terutama di tempat-tempat yang tidak seharusnya menjadi tempat pembuangan sampah.

Produksi plastik merupakan salah satu proses manufaktur yang paling banyak menggunakan energi di dunia.

Material ini terbuat dari bahan bakar fosil seperti minyak mentah, yang diubah melalui panas dan bahan tambahan lainnya menjadi polimer. Data dari Organisation for Economic Co-operation and Development mengungkapkan bahwa pada tahun 2019, plastik menghasilkan 1,8 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca, yakni 3,4 persen dari total emisi global.

Sampah Berbahaya Bagi Kesehatan

AKSI DARURAT PENCEMARAN MIKROPLASTIKAktivis lingkungan hidup dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) membentangkan poster tulisan saat melakukan aksi darurat pencemaran mikroplastik di sungai kawasan Keputran, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (9/7/2020). ANTARA FOTO/Moch Asim/aww.

Problem lingkungan ini menurut sebuah buku yang mendokumentasikan kerusakan lingkungan berjudul “Silent Spring” (1962), Rachel Carson, memberikan pemahaman akan dampak buruk polutan kimia, termasuk plastik, pada ekosistem dan kesehatan manusia.

Penelitian ini juga menjelaskan hubungan antara degradasi lingkungan dan aktivitas manusia, termasuk penyebaran limbah plastik dan polusi plastik.

Mikroplastik yang Mengancam Kesehatan

Sampah plasik bisa terpecah-pecah begitu sampai alam bebas misalnya terpapar sinar matahari, terkoyak angin, atau dihempas gelombang laut.

Sampah plastik ini menjadi partikel-partikel kecil, yang tersebar di setiap sudut dunia. Dari kolam kecil tempat berenang, sampai palung yang dalam di lautan.

Ketika plastik terurai menjadi mikroplastik dan hanyut di perairan lepas, plastik tersebut hampir mustahil untuk diambil kembali.

Mikroplastik bakal terus terurai menjadi potongan-potongan yang semakin kecil. Sementara itu, potongan itu berubah menjadi serat mikroplastik yang ditemukan di sistem air minum dan bahkan serat plastik ini melayang di udara.

Maka tidak mengherankan jika para ilmuwan menemukan mikroplastik pada organ manusia. Partikel-partikel kecil itu ada di dalam darah, paru-paru, hingga di dalam tinja.

Baru-baru ini juga geger soal sebuah studi yang menemukan kandungan mikroplastik dalam kantong teh. Mikroplastik sendiri merupakan sebutan untuk partikel plastik kecil atau fiber yang ukurannya kurang dari 5 mm.

Dampak dari mikroplastik yang masuk ke dalam banyak bahan makanan, hingga dalam organ hewan, tentu membahayakan jika sampai dikonsumsi manusia. Tubuh yang telah terkontaminasi mikroplastik bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

Membahayakan Satwa Liar

Menyingkirkan sampah sungai di Madiun

Petugas gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo menyingkirkan sampah yang tersangkut di pilar jembatan Sungai Madiun, Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (31/10/2024). ANTARA FOTO/Siswowidodo/foc.

Sudah tak terkira jumlahnya hewan-hewan yang mati akibat plastik, mulai dari burung, ikan, hingga organisme laut. Inilah mengapa sampah plastik bisa membuat lingkungan menjadi rusak.

Laporan World Wide Fund for Nature (WWF) yang dirilis pada tahun 2022 mengungkapkan hampir 2.100 spesies, termasuk yang berstatus terancam punah, telah terdampak oleh plastik.

Sebagian besar kematian hewan-hewan itu disebabkan karena memakan plastik di alam liar atau terjerat sampah plastik.

Tak sedikit ditemukan anjing laut, paus, kura-kura, dan hewan lainnya terjerat alat penangkap ikan bungkus-bungkus plastik di laut.

Mikroplastik ini juga dimakan oleh banyak jenis hewan laut termasuk ikan, udang, dan kerang yang bakal hadir di piring makan manusia. Dalam banyak kasus, mikroplastik ini masuk ke sistem pencernaan dan ditemukan telah menyumbat saluran pencernaan atau menusuk organ, yang bisa menyebabkan kematian.

Plastik juga dikonsumsi oleh hewan darat, termasuk gajah, hyena, zebra, harimau, unta, sapi, dan mamalia besar lainnya. Hal ini menyebabkan kerusakan sel dan hati serta gangguan pada sistem reproduksi pada hewan.

Apa Dampak bagi Manusia dari Lingkungan yang Rusak karena Sampah Plastik?

Pengolahan sampah destinasi wisata di TPST 3R CikolePekerja memasukkan sampah plastik ke dalam mesin press di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, dan Recycle (TPST-3R) Cikole di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (10/1/2025). ANTARA FOTO/Abdan Syakura/nz

Pada mulanya, plastik ditemukan oleh ahli kimia Belgia bernama Leo Baekeland, terbuat dari bahan bakar fosil yang berusia lebih dari satu abad. Kemudian sehabis Perang Dunia II, produksi plastik meningkat pesat seiring dengan kebutuhan zaman modern.

Sampah plastik pun kini menjadi permasalahan kerusakan lingkungan karena mendominasi jenis sampah yang kian menumpuk.

Di kemudian hari sampah plastik ini bakal mencemari tanah, air, udara, bahkan hingga bisa merasuk ke tubuh manusia dan hewan.

Jika lingkungan sudah rusak, apa dampak bagi manusia dari lingkungan yang rusak karena sampah plastik?

  • Bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik dapat meresap ke dalam tanah, mengubah komposisinya dan mengurangi kesuburannya. Hal ini dapat membahayakan tanaman dan hewan yang bergantung pada tanah yang sehat untuk bertahan hidup, dan pada akhirnya berdampak rantai makanan karena manusia yang mengonsumsinya.
  • Sampah seringkali berakhir di sungai, danau, dan lautan, mencemari sumber air dengan bahan kimia berbahaya, plastik, dan sampah lainnya. Air yang tercemar memengaruhi kualitas persediaan air minum.
  • Saat sampah terurai, ia melepaskan gas berbahaya yang menyebabkan polusi udara yang dihirup manusia.
  • Limbah berbahaya seperti bahan kimia, baterai serta limbah elektronik yang dibuang bersama sampah melepaskan racun dan bisa menyebabkan risiko kesehatan serius
  • Penumpukan limbah plastik, terutama di daerah perkotaan, akan menciptakan tempat berkembangbiak penyakit yang membahayakan kesehatan.
  • Polusi sampah mengurangi keindahan pemandangan alam, pantai, dan taman, sehingga kurang menarik untuk kegiatan rekreasi.

Kreativitas olahan sampah plastik menjadi berkahMamat (tengah) beserta anggota kelompok Wiralodra berpose menunjukan salah satu hasil kerajinan dari bahan limbah plastik di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (26/8/2024). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Pada awal ditemukan plastik memang menjadi solusi praktis. Sifat plastik yang ringan dan tahan lama begitu efisien dipakai untuk segala hal, seperti dipakai untuk kebutuhan transportasi hingga pengobatan.

Tetapi, makin ke sini, plastik kian diproduksi untuk sekali pakai, khususnya kantong plastik dan bungkus makanan. Solusi yang terintegrasi dari berbagai macam pihak, tentu penting untuk mulai dilakukan untuk mengatasi perkara plastik ini.


Kontributor: Dina T Wijaya
Penulis: Dina T Wijaya
Editor: Yulaika Ramadhani

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |