tirto.id - Pasangan calon (paslon) Pilgub DKI Jakarta, Ridwan Kamil-Suswono, disebut berjanji akan menjual saham Pemprov DKI di perusahaan minuman beralkohol, PT Delta Djakarta.
Hal ini disampaikan oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Fahira Idris. Senator Dapil Jakarta itu salah satu tokoh yang hadir dalam kampanye akbar RK-Suswono di Lapangan Cendrawasih, Jakarta Barat, Kamis (14/11/2024) lalu.
Saat berorasi, Fahira sempat mengatakan RK-Suswono bakal menutup pabrik PT Delta Djakarta dalam 100 hari kerja pertama bila terpilih. Belakangan, ia meralat ucapannya, dan menyatakan maksudnya adalah RK-Suswono akan menjual saham Pemprov DKI di perusahaan minuman beralkohol itu.
"Bukan menutup [pabrik PT Delta Djakarta], tetapi mencabut saham PT Delta. Menutup kepemilikan saham," ucapnya melalui pesan singkat kepada Tirto, Jumat (15/11/2024).
Fahira mengeklaim warga Jakarta menginginkan Pemprov DKI melepaskan saham PT Delta Djakarta. Namun, Pemprov DKI hingga sekarang tak juga melepaskan saham pabrik yang memproduksi bir merk Anker tersebut. Maka itu, Fahira mengapresiasi RK-Suswono yang diklaim berani melepas saham PT Delta Djakarta jika terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.
"Bagi saya, komitmen ini adalah langkah berani yang patut diapresiasi,” tutur Fahira.
"Kita tahu, pasangan RIDO (Ridwan Kamil-Suswono) didukung mayoritas parpol di DPRD DKI Jakarta, sehingga pengambilan keputusan untuk menjual saham bir di DPRD InsyaAllah tidak akan menemui kendala," lanjutnya.
Janji kampanye RK-Suswono ini sebetulnya bukan terobosan baru yang digaungkan calon pemimpin Jakarta. Sebelumnya, Eks Gubernur DKI, Anies Baswedan, ketika kampanye Pilkada DKI 2017 juga berjanji akan melepas saham PT Delta Djakarta jika terpilih.
Namun, hingga selesai menjabat Gubernur DKI periode 2017-2022, Anies tak kunjung merealisasikan janji kampanyenya tersebut. Padahal, Anies berulang kali mengatakan kepemilikan saham DKI di perusahaan minuman beralkohol adalah hal yang tidak pantas. Anies melihat investasi pemprov DKI di PT Delta Djakarta tidak berdampak signifikan pada kesejahteraan rakyat.
Pemprov DKI Jakarta memiliki saham di PT Delta Djakarta sejak 1970 pada era Gubernur Ali Sadikin. Pemprov DKI Jakarta memiliki 26,25 persen saham di PT Delta Djakarta Tbk. Saham mayoritas dikuasai oleh San Miguel Malaysia dengan 58,33 persen. Sejak 1984, PT Delta Djakarta menjadi perusahaan yang masuk dalam Bursa Efek Jakarta. Perusahaan bir San Miguel Corporation pada 1990-an mulai ikut berperan dalam Delta Djakarta.
Jejak kiprah PT Delta Djakarta bisa ditarik sampai ke zaman kolonial. Mulanya korporasi ini bernama Archipel Brouwerij Compagnie yang eksis sejak 1932. Di zaman Jepang, setelah orang-orang Belanda minggat ke Australia dan jadi tawanan perang, pabrik bir ini diambil alih oleh Jepang. Setelah Jepang kalah, orang-orang Eropa berkuasa kembali atas pabrik ini.
Di masa-masa nasionalisasi, perusahaan bir ini yang termasuk dinasionalisasi Pemerintah Indonesia. NV Archipel Brouwerij Compagnie pun memakai nama PT Delta Djakarta.
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil (kanan) bersama istri Atalia Praratya (kiri) berbincang di atas kapal di perairan Teluk Jakarta, Jakarta, Minggu (10/11/2024). Ridwan Kamil melakukan kampanye bersama istri Atalia Praratya di sejumlah pulau di Kepulauan Seribu yaitu Pulau Untung Jawa, Pulau Kelapa, Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Pada 2021, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Riza Patria, berdalih proses penjualan saham di PT Delta Djakarta terganjal persetujuan DPRD DKI. Riza mengaku tak mengetahui secara detail berapa harga saham yang ditawar oleh Pemprov DKI kepada DPRD.
Namun, pada Maret 2021, Badan Pembina Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) DKI menaksir keuntungan menjual saham PT Delta Djakarta yang akan diperoleh Pemprov mencapai Rp800 miliar. Saat itu dengan hitungan asumsi harga Rp3.800 per lembar saham.
DPRD DKI memang berulang kali menolak permintaan pemprov untuk menjual saham di PT Delta Djakarta. Ketua DPRD DKI periode 2019-2024, Prasetyo Edi Marsudi, bahkan sempat menegaskan tidak akan mengizinkan pemprov melepas saham PT Delta Djakarta selama ia masih menjabat sebagai pimpinan Kebon Sirih–markas DPRD DKI.
“Selama saya menjabat, saya tidak akan setuju karena tidak ada penyertaan modal. Keuntungan mereka (PT Delta Tbk) Rp300 berapa miliar,” ujar Prasetyo di Jakarta, Senin (1/8/2022).
Pimpinan DPRD DKI kala itu menilai pendapatan asli daerah (PAD) DKI dari penjualan bir tergolong tinggi. Dividen yang diterima Pemprov DKI dari produksi PT Delta Djakarta tidak bisa dibilang sedikit.
Pada 2023, BP BMUD DKI Jakarta mencatat dividen atau pembagian laba dari perusahaan minuman beralkohol ini mencapai Rp68,31 miliar atau urutan ketiga di daftar dividen tertinggi untuk Pemprov DKI tahun lalu.
RK-Suswono Memutar Lagu Lama
Analis politik dari Trias Politika, Agung Baskoro, menilai janji kampanye RK-Suswono untuk menutup kepemilikan saham Pemprov DKI di PT Delta Djakarta merupakan upaya mencari simpati dari ceruk pemilih religius perkotaan, khususnya dari kalangan muslim.
Mereka mengkapitalisasi sentimen larangan mengonsumsi minuman beralkohol yang diyakini umat Islam agar dapat aliran dukungan tunggal dari ceruk pemilih ini.
“Bukan [saya simpati] kepada paslon lain dalam konteks ini Pramono-Rano, karena dalam beberapa meta-analisis lembaga survei kredibel memang menempatkan Pramono-Rano sementara unggul dibanding RK-Suswono,” ucap Agung kepada reporter Tirto, Jumat (15/11/2024).
Selain itu, Agung mengingatkan bahwa kontestasi pilkada tidak bisa lepas dari sosok King and Queen Maker atau penyokong paslon. Mereka adalah tokoh-tokoh nasional yang dirasa punya efek elektabilitas jika terang-terangan mendukung paslon pilkada tertentu.
Di Pilgub DKI, Agung menilai sosok itu di antaranya adalah Jokowi, Presiden Prabowo Subianto, Eks Gubernur DKI Anies Baswdan, dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menurut Agung, sudah jelas Ahok akan mendukung Pramono Anung dan Rano Karno yang sama-sama kader PDIP. Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, yang kalahitu menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, sempat kurang setuju dengan janji kampanye Anies yang ingin melepas saham Pemprov di PT Delta Djakarta.
Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil (kanan) dan Suswono (kiri) menyampaikan orasi politik saat Kampanye Akbar di Cengkareng, Jakarta, Kamis (14/11/2024). Dalam kampanye akbar pertama tersebut Ridwan Kamil dan Suswono mengatakan akan merealisasikan janji kampanyenya. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/tom.
Di sisi lain, RK-Suswono tampak didukung Jokowi dan Prabowo Subianto yang juga adalah Ketua Partai Gerindra. Agung melihat, janji kampanye RK-Suswono berarti untuk menarik simpati Anies dan pendukungnya. Saat menjabat, Anies memang didukung ormas Betawi dan ormas Islam untuk melepas saham Pemprov di perusahaan bir.
“RK-Suswono membuat wacana atau isu bahwa mereka lebih baik daripada Anies karena berani memunculkan wacana menjual saham PT Delta Jakarta, yang kita tahu tidak dilakukan oleh Anies sampai akhir kepemimpinan,” ucap Agung.
Analis Sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, menyatakan janji kampanye Anies dan RK sama-sama bukan terkait obsesi menjual saham PT Delta Djakarta, tapi semata mengincar ceruk suara pemilih konservatif. Janji menjual saham Pemprov di PT Delta Djakarta dinilai sebagai janji kampanye yang sangat populis.
“Bahkan Ridwan Kamil memberikan janji yang lebih besar dari Anies. Jika Anies hanya janji menjual saham, RK sampai berjanji untuk menutup PT Delta,” ujar Musfi kepada reporter Tirto, Jumat.
Janji itu menjadi pesan simbolik bahwa RK seolah mengatakan dapat melakukan yang lebih baik dari Anies. Terlihat jelas, kata Musfi, RK mengincar suara kelompok konservatif yang dipercaya membantu Anies memenangkan Pilgub Jakarta 2017. Namun, lewat janji menjual saham Pemprov DKI di PT Delta Djakarta, RK akan terbentur dua persoalan mendasar.
Pertama, Anies saja yang dekat dengan kelompok konservatif tidak dapat merealisasikan janji menjual saham Pemprov di PT Delta Djakarta. Belum lagi bicara penolakan dari DPRD Jakarta. Dengan pendapatan yang besar dari PT Delta, sulit membayangkan DPRD Jakarta akan menyetujui janji RK.
Masalah kedua, RK dinilai sudah keliru mengidentifikasi seberapa besar kekuatan potensi suara politik kelompok konservatif di Jakarta. Memang benar kelompok ini berperan dalam kemenangan Anies di 2017, tapi itu bukan kemenangan yang signifikan. Anies baru menang di putaran kedua, itu pun setelah pendukung Agus Harimurti Yudhoyono berlabuh ke Anies.
Menurut Musfi, bergabungnya Prabowo ke kabinet Jokowi pada 2019 membuat kekuatan suara kelompok konservatif menjadi sangat jauh berkurang. Ini terbukti dengan tidak adanya demonstrasi besar seperti sebelumnya di palagan Pilkada Jakarta. Tidak pula ada terdengar suara tokoh-tokoh Aksi 212 yang biasa muncul seperti kontestasi sebelumnya.
“Bukti konkret lainnya adalah Pilpres 2024. Jika kelompok konservatif sangat berpengaruh, tidak mungkin suara Anies-Muhaimin kalah di Jakarta, faktanya yang menang di Jakarta itu Prabowo-Gibran,” terang Musfi.
Analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, sependapat dengan pandangan Musfi. Ia menilai Anies tidak terbukti signifikan menang pilgub akibat dorongan dari kelompok konservatif. Janji melepas saham di PT Delta Djakarta akhirnya memang jadi salah satu materi kampanye RK-Suswono.
Dedi melihat, popularitas isu penolakan produsen minuman beralkohol di Jakarta memang digaungkan Front Pembela Islam (FPI). Tidak bisa dipungkiri, meskipun FPI sudah tidak ada lagi, tetapi massa simpatisan Rizieq Shihab masih cukup besar di Jakarta.
Hal ini menjadi alasan RK-Suswono mengangkat tema ini untuk kampanye. Kendati demikian, Dedi menilai peluang janji kampanye ini untuk terwujud akan sangat sempit.
“Rasanya akan sulit, terlebih Ridwan-Suswono didukung oleh mayoritas parpol yang sejauh ini terbukti paling keras menolak [melepas saham PT Delta Djakarta],” ucap Dedi.
tirto.id - Politik
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Irfan Teguh Pribadi