tirto.id - Pada Ramadhan, umat muslim wajib menunaikan zakat. Bagi Fitriyanto (59), zakat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan sarana untuk membersihkan harta dan jiwa. Apalagi, zakat fitrah yang ditunaikan jelang Idulfitri menjadi pengunci, penyempurna, dan pamungkas ibadah-ibadah yang telah dilakukannya selama Bulan Suci.
“Enggak cuma zakat fitrah aja. Sedekah sama infaq selama Ramadhan juga dianjurkan karena bisa jadi penyempurna ibadah. Meskipun, sebenernya zakat, infaq, sedekah ini enggak harus dilakuin pas Ramadhan aja. Bisa kapan aja kalau pas ada rejeki,” ujar dia melalui sambungan telepon kepada Tirto, Jumat (7/3/2025).
Berbagai keutamaan itulah yang memantapkan Fitriyanto untuk terus menunaikan zakat, infaq, dan sedekah. Meski, dia mengakui bahwa banyak pengeluaran keluarga yang diperketat pada Ramadhan kali ini. Sebab, seorang buah hatinya baru saja menempuh pendidikan tinggi dan seorang lagi tengah di pengujung masa studi di perguruan tinggi.
Dia mesti menyiapkan dana besar, sedangkan pekerjaannya kini semakin tak menentu. Sejak Pandemi COVID-19 sampai saat ini, pesanan kusen-kusen pintu, jendela, maupun rak atau lemari berbahan aluminium perlahan menurun. Itu membuat pendapatannya juga kian mengecil tiap tahunnya.
“Jadi, mau enggak mau ya ada yang dikurangi. Tapi, yang pasti enggak akan ngurangi jatah buat bayar zakat, infaq, sama sedekah. Kami [Fitriyanto dan istri] sudah sepakat ada celengan khusus buat itu,” tegas ayah lima anak itu.
Alih-alih menggunakan perantara Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) untuk menyalurkan dermanya, Fitriyanto lebih memilih memberikannya sendiri kepada orang-orang yang membutuhkan. Menurutnya, menyalurkan zakat dan sedekah sendiri lebih tepat sasaran dan cepat.
“Selain emang enggak tahu juga gimana caranya kalau lewat Baznas. Jadi, ya udahlah, langsung aja. Asal sebelum ngasih, saya sama istri seleksi sendiri juga. Insyaallah tepat,” kata lelaki asli Semarang, Jawa Tengah, itu.
Panitia Lembaga Amil Zakat (LAZ) menerima zakat fitrah dari warga di Masjid Raya Nurul Islam, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (11/5/2021). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.
Berzakat di Tahun Sulit
Perekonomian Indonesia kiwari memang tengah menunjukkan tren pelambatan. Hal itu tercermin dari deflasi yang kembali terjadi pada Januari dan Februari 2025—masing-masing sebesar 0,76 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan 0,09 persen (mtm).
Badan Pusat Statistik (BPS) dan pemerintah berdalih bahwa deflasi itu terjadi karena adanya diskon tarif listrik 50 persen untuk pelanggan dengan rentang daya listrik 450-2.200 volt ampere (VA). Sementara itu, para pakar dan pengusaha sepakat bahwa deflasi terjadi karena kemampuan konsumsi masyarakat sudah sangat rendah.
Belum lagi, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) juga terus berlanjut. Baru-baru ini, kasus PHK terbesar dicatatkan oleh PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex.
Meski begitu, pada Ramadhan 1446 Hijriah ini, Baznas tetap menargetkan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) mencapai Rp509,5 miliar. Target itu naik 18,4 persen dibandingkan target tahun sebelumnya yang sebesar Rp430 miliar. Jumlah tersebut juga menjadi bagian total target nasional Ramadhan bersama dengan Baznas provinsi/kabupaten/kota dan lembaga amil zakat (LAZ) lain sebesar Rp9,1 triliun.
Ketua Baznas, Noor Achmad, menyampaikan bahwa di tengah kondisi yang sulit, zakat mengajarkan masyarakat bahwa berbagi adalah jalan menuju keberkahan. Baznas menggaungkan tagline “Cahaya Zakat” untuk mendorong masyarakat berpartisipasi dalam membayar zakat.
Sehingga, saat semakin banyak orang yang melaksanakan kewajiban zakatnya, kian banyak pula manfaat yang diberikan untuk umat yang membutuhkan.
“Kita meyakini bahwa Allah akan menambah terus rezeki kita dan Baznas bukan hanya sekedar lembaga filantropi biasa saja, melainkan lembaga filantropi ketuhanan. Di mana, kami memberikan kebaikan tidak hanya berupa material saja, melainkan dengan mengedukasi masyarakat mengenai zakat,” ujar Noor dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (8/3/2025).
Sementara itu, untuk mencapai target pengumpulan ZIS, Baznas akan mengoptimalkan digitalisasi dan kemudahan layanan. Kendati demikian, Noor mengakui bahwa Baznas juga membutuhkan dukungan dari banyak pihak untuk mencapai target pengumpulan ZIS 2025.
"Seperti Ramadhan sebelumnya, kami menyediakan konter Ramadhan dan gerai zakat Baznas yang tersebar di kantor-kantor kementerian, perusahaan BUMN maupun swasta, dan di mal-mal. Juga ada layanan jemput zakat dan doa zakat virtual," imbuh dia.
Selain itu, Noor juga tak lupa mengajak seluruh pihak, mulai dari masyarakat, pemerintah, maupun swasta, untuk menunaikan zakatnya sekaligus berinfaq dan bersedekah. Menurutnya, jika banyak pihak turut serta dalam pengumpulan ZIS, akan lebih banyak pula manfaat ZIS yang dapat disalurkan kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan.
"Di saat-saat semacam ini, di saat-saat kegalauan dunia, di saat-saat orang mulai pesimis di dunia ini, akan seperti apa dunia? Akan mulai pesimis tentang kehidupan, justru insyaallah dengan kekuatan Allah SWT kita zakat. Kita sampaikan kepada masyarakat, tidak ada yang gelap di hadapan Allah SWT," kata Noor.
Peneliti Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS), Tira Mutiara, mengatakan bahwa ZIS merupakan instrumen keuangan syariah yang memiliki manfaat untuk masyarakat.
Menurutnya, pengumpulan ZIS secara historis selalu mencatatkan pertumbuhan. Bahkan, ketika terjadi penurunan daya beli masyarakat imbas Pandemi COVID-19, sifat kedermawanan masyarakat Indonesia masih tinggi.
Hal itu terbukti dari peringkat teratas yang disabet Indonesia dalam World Giving Index selama tujuh tahun berturut-turut, sejak 2018-2024.
“Sebanyak sembilan dari 10 orang Indonesia menyumbangkan uang untuk amal dan lebih dari 6 dari 10 orang menyumbangkan waktu mereka [sebagai sukarelawan],” papar Tira melalui pesan teks kepada Tirto, Jumat (7/3/2025).
Petugas Baznas menyerahkan bantuan paket sembako kepada penerima manfaat di Kampung Cijuhung, Desa Margaluyu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (26/2/2025). ANTARA FOTO/Abdan Syakura/tom.
Selain pendapatan, terdapat faktor penentu lainnya yang berpengaruh terhadap perilaku berdonasi, di antaranya adalah faktor religiusitas; lingkungan keluarga, teman, tokoh agama, dan tokoh masyarakat; dan kebiasaan berdonasi atau rutinitas.
Pada Ramadhan, pertumbuhan ZIS dinilai akan lebih tinggi karena masyarakat muslim meyakini bahwa ibadah yang dilakukan saat Ramadhan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Perkembangan teknologi dan informasi juga menjadi salah satu faktor tumbuhnya pengumpulan dan penyaluran ZIS di Tanah Air. Sebab, dengan bantuan teknologi, masyarakat bisa menunaikan ZIS kapan saja dan dari mana saja.
IDEAS, seturut Tira, memproyeksikan bahwa kuantitas zakat fitrah tahun ini akan tumbuh di kisaran 476,3-536,8 ribu ton beras—setara Rp6,8-7,5 triliun—yang dibayarkan oleh 190,5-214,7 juta orang muzakki alias orang-orang yang wajib membayarkan zakat.
“Jadi, terdapat kemungkinan besar pengumpulan ZIS secara keseluruhan tahun ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu,” sambung Tira.
Sementara itu, dengan jumlah penduduk miskin yang masih sebanyak 8,57 persen (24,06 juta orang) dari total penduduk, penyaluran ZIS memiliki peran strategis dalam mendukung agenda pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebab, ZIS berperan menolong, membantu, dan membina mustahik alias penerima zakat ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera. Apalagi, dalam dimensi ekonomi, ZIS memiliki dua konsep utama: pertumbuhan ekonomi berkeadilan dan mekanisme inklusivitas perekonomian.
“Jika dikaji lebih dalam, kedua dimensi di atas memiliki hubungan positif dengan parameter pembangunan manusia yang terdiri atas kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Bagi yang melakukan pemberian ZIS, berimplikasi sebagai salah satu meningkatkan Iman kepada Allah SWT. Sedangkan sebagai penerima ZIS, akan meminimalisir kesulitan materi yang dialami,” jelas Tira.
Pertumbuhan ZIS
Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Irfan S. Beik, mengatakan bahwa sama halnya dengan banyak negara di dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tak merata. Sehingga, rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5 persen hanya dirasakan oleh sebagian penduduk kelas menengah atas dan atas saja.
Sedangkan, penduduk kelas menengah bawah dan kelompok masyarakat miskin menjadi kelompok yang terdampak pelambatan ekonomi nasional.
Namun, hal itu tak sepenuhnya buruk karena seiring dengan tumbuhnya kesadaran untuk berderma, masyarakat dengan kemampuan konsumsi masih tumbuh dapat menyumbang kenaikan pengumpulan ZIS. Pengumpulan ZIS diperkirakan masih dapat tumbuh di kisaran 10-15 persen secara moderat atau mencapai lebih dari 15 persen secara ambisius.
“Tapi, ini masih proyeksi ya. Karena, yang di kelas menengah ke atas itu masih banyak yang survive dan bertahan. Dan bahkan, mereka menikmati pertumbuhan yang 5 persen itu. Juga ditambah kesadaran di kelompok yang atas. Kesadaran itu juga terus tumbuh dan berkembang,” kata Irfan saat dihubungi Tirto.
Irfan menjelaskan bahwa tumbuhnya pengumpulan ZIS disertai pula dengan peningkatan penyaluran ZIS kepada masyarakat yang membutuhkan. Dari catatan Baznas, jumlah pengumpulan ZIS pada 2023 mencapai Rp32,3 triliun—naik dari 2022 yang sebesar Rp22,5 triliun dan 2021 yang sebesar Rp14,1 triliun.
Dari segi penyaluran, ZIS yang telah tersalurkan secara nasional sebesar Rp21,63 triliun pada 2021. Penyaluran ZIS meningkat signifikan pada 2022 menjadi Rp21,64 triliun dan Rp31,20 triliun pada 2023.
ZIS yang terkumpul itu berasal dari sektor formal yang terdiri dari lembaga pengelola zakat, seperti Baznas dan LAZ. Itu belum termasuk dari sektor informal, seperti masjid dan musala yang juga mengumpulkan dan menyalurkan ZIS di lingkungan sekitarnya. Kata Irfan, masih besarnya minat masyarakat untuk menyalurkan ZIS melalui lembaga informal inilah yang kemudian membuat penyaluran ZIS tidak tercatat seluruhnya.
“Dari sisi kelembagaan, bagaimana profesionalitas, akuntabilitas [agar] bisa terus ditingkatkan, termasuk penyaluran tadi melalui lembaga formal agar allocation to collection ratio atau ACR [rasio penyaluran zakat] bisa sangat efektif,” tutur dia.
Relawan menunjukkan bantuan makanan dan minuman gratis yang akan diberikan kepada warga di Bundaran Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). ANTARA FOTO/Moch Asim/foc.
Di sisi lain, gerakan-gerakan yang mencoba melemahkan zakat juga masih menjadi tantangan untuk meningkatkan pengumpulan ZIS di Indonesia. Menurut Irfan, salah satu gerakan yang melemahkan zakat adalah pernyataan beberapa kelompok yang mengatakan bahwa zakat penghasilan atau zakat maal adalah bid’ah (perbuatan yang tidak dicontohkan Rasulullah SAW).
Padahal, dalam Islam, zakat penghasilan justru menjadi wajib dikeluarkan oleh orang-orang yang telah memenuhi syarat dan mencukupi nisab (batas minimum harta yang sudah wajib mengeluarkan zakat).
“Gerakan itu terus meluas jadi buat orang-orang yang bakhil, yang pelit, itu senang dengan pendapat-pendapat begitu. Itu jadi pembenaran, makanya ini jadi salah satu tantangan,” ucap Irfan.
Sementara itu, meskipun pengumpulan ZIS terus mengalami pertumbuhan, realisasinya masih jauh dari potensinya yang diperkirakan mencapai Rp327 triliun. Menurut Tira dari IDEAS, hal itu terjadi karena masih terdapat masyarakat yang kurang menyadari mengenai pentingnya membayar ZIS. Selain itu, ketepatan penyaluran ZIS juga masih menjadi tantangan.
Karenanya, kerja sama berbagai pihak sangat diperlukan untuk memaksimalkan pengelolaan ZIS. Selain itu, beberapa kebijakan dibutuhkan untuk memaksimalkan pengumpulan ZIS agar mencapai potensinya, seperti kebijakan yang memberikan ruang bagi lembaga zakat dalam mengelola ZIS hingga pemberian insentif pajak bagi perusahaan yang aktif dalam program ZIS untuk mendorong sektor swasta lebih terlibat dalam kegiatan sosial ini.
“Dalam penyaluran, mekanisme distribusi zakat fitrah dapat dilakukan melalui kerjasama dengan simpul keagamaan seperti masjid dan pesantren, serta instansi administrasi daerah seperti ketua RT setempat. Tujuannya agar ZIS tersalurkan tepat sasaran dan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyaluran ZIS,” tukas Tira.
tirto.id - News
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi