tirto.id - Siti Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama Rasulullah SAW sekaligus salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Sebagai sosok yang dikenal karena kebijaksanaan, keteguhan, dan kedermawanannya, ia berperan besar dalam mendukung dakwah Rasulullah SAW, baik secara moral maupun materi. Kisah Siti khadijah yang penuh keteladanan ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua.
Bersama Rasulullah SAW, Siti Khadijah menghadapi berbagai tantangan, termasuk penolakan dan penganiayaan dari masyarakat Mekah. Berikut adalah biografi Siti Khadijah dan perjalanan hidupnya yang bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Biografi Siti Khadijah
Kisah Khadijah binti Khuwailid, lahir di Makkah pada tahun 555 M dalam keluarga kaya. Ia dikenal akan kecantikan, kecerdasan, dan keahliannya dalam berbisnis. Setelah mewarisi usaha perdagangan ayahnya yang sukses, ia pun menjadi salah satu perempuan terkaya di Makkah.
Sebagai istri pertama Rasulullah SAW dan pemeluk Islam pertama, ia memainkan peran penting dalam mendukung dakwah Nabi. Sebelum menikah, Nabi Muhammad bekerja sebagai rekan bisnis Khadijah dan dikenal karena kejujurannya. Kesaksian budaknya, Maisarah, semakin meyakinkan Khadijah akan kepribadian Muhammad.
Akhirnya, mereka menikah dengan mahar 20 unta muda, saat Khadijah berusia 40 tahun dan Rasulullah 25 tahun. Dari pernikahan ini, lahir Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Selama 25 tahun, Khadijah setia mendampingi perjuangan Rasulullah, memberikan dukungan moral, materi, dan kasih sayang. Ketika wahyu pertama turun di Gua Hira, ia menenangkan Rasulullah dan membawanya kepada pamannya, Waraqah bin Naufal, yang membenarkan kenabiannya.
Kepergian Khadijah setelah tiga tahun masa kenabian meninggalkan duka mendalam bagi Rasulullah. Tahun wafatnya dikenal sebagai Tahun Kesedihan, dan Allah menghibur Rasulullah SAW dengan peristiwa Isra Miraj.
Kisah Siti Khadijah Sebagai Pebisnis Sukses
Sebagai pengusaha, Kisah Khadijah istri Rasulullah tidak hanya memiliki modal materi, tetapi juga jiwa kewirausahaan yang kuat. Ia cermat dalam memilih mitra bisnis berdasarkan kejujuran dan tanggung jawab. Manajemen bisnisnya berbasis kejujuran, amanah, dan menghindari persaingan tidak sehat.
Khadijah juga dikenal dermawan, selalu membantu orang miskin dan tidak ragu mengorbankan hartanya demi dakwah Rasulullah. Ia memiliki tiga prinsip utama dalam bisnis: mengelola modal dengan baik, berbagi rezeki melalui sedekah, dan mampu melihat peluang untuk investasi produktif.
Kisah Romantis Siti Khadijah yang Melamar Rasulullah SAW
Salah satu kisah romantis Nabi Muhammad dan Khadijah adalah saat lamaran. Dengan keyakinan dan ketulusan, ia mengutus seseorang untuk menyampaikan keinginannya menikah dengan beliau. Saat lamaran berlangsung, Khadijah dengan penuh keberanian menyatakan sendiri pernikahannya, bahkan memberikan mahar dari hartanya sendiri.
Abu Thalib, yang mewakili Nabi Muhammad, mengumumkan bahwa Khadijah menerima lamaran tersebut dan menyerahkan maskawin berupa 20 unta betina serta 40 ekor kambing. Meski beberapa orang Quraisy heran dengan keputusan Khadijah, Abu Thalib menegaskan bahwa seorang pria sejati tidak menilai pernikahan dari mahar yang tinggi.
Setelah itu, diadakan walimah, dan Rasulullah SAW pun memulai kehidupan rumah tangga bersama Khadijah, istri yang penuh cinta dan pengorbanan.
Kisah Siti Khadijah Sebagai Muslim Pertama
Ini adalah kisah mengharukan Siti Khadijah. Sebagai muslim pertama, Siti Khadijah dengan setia mendukung dakwah Rasulullah SAW. Meskipun ia seorang saudagar kaya, ia tetap rendah hati, menjadi makmum bagi suaminya, serta selalu memberikan ketenangan dan solusi di saat sulit. Khadijah membuktikan bahwa keimanan dan peran perempuan dalam Islam tidak terbatas.
Ia menggunakan hartanya untuk membantu perjuangan Nabi, menjadikannya teladan dalam pengorbanan dan keteguhan iman. Kesetiaannya menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam menyebarkan kebaikan dan mempertahankan keyakinan.
Kisah Siti Khadijah yang Rajin Bersedekah Pada Fakir Miskin
Siti Khadijah adalah sosok dermawan yang tidak pernah menghitung atau mengeluhkan harta yang ia keluarkan demi perjuangan Rasulullah SAW. Ia mengorbankan seluruh kekayaannya untuk mendukung dakwah Islam, tanpa ragu atau pamrih. Meski secara fisik kehidupannya tampak semakin sederhana, jiwanya justru dipenuhi kebahagiaan. Ia melepaskan kemewahan duniawi demi meraih keindahan ukhrawi.
Khadijah dengan tulus menyediakan rumahnya sebagai pusat dakwah, mengantar makanan untuk Nabi, serta memberikan ketenangan saat beliau cemas setelah pertama kali bertemu Malaikat Jibril. Ia juga membiayai perjuangan Rasulullah, bahkan saat kaum Quraisy memboikotnya. Pengorbanan dan kedermawanannya terus berlanjut hingga akhir hayatnya, menjadikannya teladan bagi seluruh umat Islam.
Kisah Wafatnya Siti Khadijah di Bulan Ramadhan
Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, wafat pada usia 65 tahun, saat usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Kisah wafatnya Siti Khadijah ini tepatnya pada 11 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah. Beliau menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Rasulullah SAW. Selama 25 tahun pernikahan mereka, Nabi Muhammad tidak menikah dengan wanita lain hingga wafatnya Khadijah.
Begitulah kisah Nabi Muhammad dan Siti Khadijah. Wafatnya Khadijah menjadi duka mendalam bagi Rasulullah, menandai tahun tersebut sebagai 'Amul Huzni (tahun kesedihan).
tirto.id - Diajeng
Kontributor: Risa Fajar Kusuma
Penulis: Risa Fajar Kusuma
Editor: Dhita Koesno