tirto.id - Mengasuh anak tak hanya butuh ilmu, tapi juga kesabaran, apalagi jika anak sudah memasuki fase terrible two. Lalu, apa itu terrible two dan bagaimana cara menghadapinya?
Seorang anak akan mengalami beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Mulai dari bayi yang tak bisa apa-apa hingga akhirnya memiliki banyak kemampuan di usia dua tahun.
Bagi orang tua, menghadapi toddler tentu menjadi tantangan tersendiri karena pasti ada saja tingkah ‘ajaib’ mereka. Namun, justru di usia inilah mereka menginjak masa-masagolden age sehingga orang tua pun harus pandai-pandai dalam menghadapinya.
Apa itu Fase Terrible Two?
Terrible two adalah sebuah istilah yang merujuk pada anak usia dua tahun dengan perilaku dan suasana hati yang cenderung buruk/negatif. Dalam bahasa Inggris, kata terrible sendiri memang diartikan dengan sangat buruk atau buruk sekali.
Biasanya fase ini dimulai ketika anak berusia sekitar 18-24 bulan. Di fase ini, anak berusia dua tahun bisa marah-marah, mengamuk, suasana hati yang berubah-ubah, tantrum, dan memiliki perilaku menentang.
Mereka mungkin akan menangis karena tidak bisa memakai baju favorit karena sedang dicuci atau marah karena Anda memotong roti secara horizontal, bukan vertikal. Bagi orang dewasa, hal-hal ini sangatlah sepele, tapi tentu tidak dalam pandangan anak berusia dua tahun.
Hal ini terjadi karena anak usia 2 tahun sudah memiliki kesadaran diri dan mulai memiliki keinginan sendiri. Mereka yang awalnya sangat bergantung pada orang tua akan beralih menjadi lebih mandiri, meskipun pada akhirnya opini mereka sering tidak sejalan dengan sudut pandang Anda sebagai orang dewasa.
Walau dinamakan terrible, fase ini bukanlah pertanda buruk dan sangat normal terjadi pada anak-anak. Terrible two bisa menjadi pertanda bahwa anak Anda berkembang sesuai dengan usianya.
Meski demikian, ada pula sebagian anak berusia dua tahun yang melewati fase terrible two dengan lebih tenang dan tidak sering tantrum. Anak-anak seperti ini biasanya memiliki kemampuan bicara dan berbahasa yang lebih baik sehingga mampu mengutarakan keinginan mereka dengan lebih jelas.
Penyebab Terrible Two
Setelah memahami apa itu fase terrible two, Anda juga perlu mengetahui penyebabnya. Berikut beberapa hal yang menyebabkan anak mudah tantrum di usia dua tahun:
1. Keinginan Eksplorasi
Munculnya fase terrible two dipicu oleh perkembangan yang terjadi pada anak itu sendiri. Anak berusia dua tahun umumnya sudah bisa berjalan, bicara, bahkan sudah memiliki opini sendiri.
Dengan kemampuannya tersebut, anak dua tahun mulai ingin mengeksplorasi banyak hal. Akan tetapi, mereka belum paham mana hal yang aman atau berbahaya sehingga sering menguji kesabaran para orang tua.
2. Keinginan Mandiri yang Tidak Dibarengi Skill
Saat menginjak usia dua tahun, anak-anak juga ingin mandiri dan melakukan semuanya seorang diri, tapi sayangnya hal ini tidak diiringi dengan kemampuan yang memadai.
Sebagai contoh, anak ingin membuat roti isi selai tanpa bantuan orang tua dan mengalami kesulitan. Hal ini mungkin akan membuat mereka frustrasi dan berakhir dengan marah atau menangis.
3. Kemampuan Berbahasa yang Masih Kurang
Anak usia dua tahun memang sudah mulai bisa bicara, tapi umumnya kurang bisa menyampaikan apa yang ada di pikiran mereka. Hal inilah yang sering menyebabkan salah paham antara anak dan orang tua.
Dilansir dari laman Baby Center, ada sebuah studi yang menunjukkan bahwa anak dengan keterlambatan berbahasa bisa mengalami tantrum yang lebih parah hingga dua kali lipat dibandingkan anak yang tidak mengalami keterlambatan berbahasa.
4. Perkembangan Otak dan Emosi yang Belum Sempurna
Tak hanya soal bahasa, perkembangan otak dan emosi anak usia dua tahun juga belum sepenuhnya sempurna sehingga mereka sering merasa frustrasi dan akhirnya mengamuk.
Anda mungkin pernah melarang anak bermain pisau karena itu sangat berbahaya atau mengatakan bahwa mereka tidak bisa memakai baju favoritnya karena sedang dicuci. Anda ingin anak-anak memahami alasan logis tersebut, tapi karena otak anak-anak memang belum berkembang sempurna, mereka akan sulit memahaminya.
Di saat inilah anak-anak mulai emosi dan otak mereka masih belum mampu untuk mengendalikannya. Anak usia dua tahun belum tahu bagaimana cara mengelola emosi sehingga mereka pun marah atau menangis.
Ciri-Ciri Terrible Two
Terrible two pada anak mudah diketahui dengan memperhatikan perilaku mereka sehari-hari. Berikut ciri-cirinya:
1. Tantrum
Ciri pertama adalah anak mudah tantrum, yaitu ketika anak meluapkan frustrasi dan rasa kesalnya dengan marah, menangis, atau rewel. Mereka bahkan mudah tantrum terhadap hal-hal kecil sehingga orang tua harus lebih banyak bersabar.
2. Perilaku Agresif
Saat tantrum, anak mungkin akan menunjukkan perilaku agresif yang melibatkan kekerasan fisik, misalnya memukul, menendang, menggigit, atau melempar barang.
3. Perilaku Menentang
Ciri terrible two yang juga umum terjadi adalah munculnya perilaku menentang. Anak biasanya lebih sering tidak setuju atau berkata ‘tidak’ kepada orang tua terhadap hal apa pun, termasuk saat disuruh makan atau tidur siang.
4. Mood Swing
Mood swingatau perubahan suasana hati secara tiba-tiba juga bisa terjadi pada fase terrible two. Misalnya anak Anda awalnya terlihat senang, tapi tak lama kemudian menangis dan marah-marah. Hal ini biasanya disebabkan karena mereka tidak bisa melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
5. Mulai Berebut Sesuatu
Salah satu ciri terrible two adalah anak mulai berebut sesuatu. Anak usia dua tahun umumnya sudah mengerti konsep kepemilikan. Saat bersosialisasi dengan saudara atau teman, hal ini bisa menyebabkan konflik atau pertengkaran.
Cara Menghadapi Anak pada Fase Terrible Two
Fase terrible two sangatlah normal sehingga Anda tidak perlu terlalu cemas, apalagi fase ini juga akan berlalu ketika anak mulai memasuki usia 3-4 tahun
Namun, mengingat fase ini mungkin akan menguras emosi Anda sebagai orang tua, tentu diperlukan cara-cara khusus untuk menghadapinya. Berikut beberapa cara mengatasi terrible two:
1. Pahami Anak
Hal pertama yang bisa Anda lakukan saat menghadapi terrible two adalah memahami anak. Pahamilah bahwa anak-anak tidak memiliki maksud buruk ketika marah atau tantrum.
Anak usia dua tahun bisa mudah kesal karena hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi dan mereka belum pandai mengelola emosi. Dengan memahami mereka, maka Anda sebagai orang tua pun tidak mudah terpancing untuk ikut tantrum di depan anak.
2. Jangan Berekspektasi Terlalu Tinggi
Sekali lagi, Anda sedang berhadapan dengan anak berusia dua tahun yang tentunya memiliki cara berpikir dan sudut pandang yang berbeda seperti orang dewasa.
Jadi, jangan memberikan instruksi yang terlalu rumit atau memaksa mereka memahami sesuatu. Meski anak usia dua tahun bisa berbicara dan melakukan banyak hal, bukan berarti mereka siap mengerjakan semuanya atau mudah memahami maksud Anda.
3. Coba Alihkan Perhatian
Saat mulai tantrum, tidak ada gunanya Anda mendebat atau memaksa mereka untuk mengerti alasan logis yang Anda sampaikan. Sebaiknya alihkan perhatian mereka ke hal lain agar tantrumnya mereda.
Tentu akan lebih bagus lagi jika cara ini dilakukan sebelum anak mulai tantrum. Ketika Anda merasa anak mulai menunjukkan tanda-tanda kesal dan akan marah atau menangis, segera alihkan perhatian mereka. Misalnya menawarkan suatu permainan, buku, atau melakukan aktivitas lainnya.
4. Atur Jadwal Tidur, Makan, dan Main
Seperti layaknya orang dewasa, anak usia dua tahun pun mudah tantrum ketika merasa lapar dan lelah. Oleh karena itu, Anda harus sebisa mungkin memastikan agar anak selalu berada dalam kondisi terbaik mereka.
Atur jadwal makan dan tidur anak-anak sehingga mereka tidak akan kelelahan maupun kelaparan. Usahakan untuk mengikuti jadwal ini secara konsisten sehingga anak terbiasa dengan rutinitasnya dan lebih mudah dikontrol.
5. Beri Respons yang Tepat pada Perilaku Anak
Biasakan memberikan pujian ketika anak melakukan hal yang benar atau mencapai sesuatu. Sebaliknya, ketika anak melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, jangan langsung memarahi mereka, tapi beritahu secara perlahan dan alihkan perhatian mereka ke hal lain.
Dengan cara ini, anak-anak akan belajar memahami hal-hal apa saja yang baik dan tidak baik. Pujian bisa meningkatkan rasa percaya diri anak, sedangkan tindakan Anda yang tidak langsung marah pun bisa menjadi contoh yang baik bagi anak untuk belajar mengelola emosinya.
6. Pastikan Lingkungan Sekitar Anak Selalu Aman
Cara mengatasi terrible two lainnya adalah memastikan lingkungan anak bersih dari hal-hal yang bisa memicu ‘perilaku buruk’ yang tidak Anda inginkan. Misalnya, anak-anak tidak boleh bermain pisau karena berbahaya, maka Anda pun harus memastikan bahwa pisau diletakkan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
7. Beri Pilihan pada Anak
Anak terrible two sudah menyadari bahwa mereka memiliki kuasa untuk memilih atau menentukan sesuatu. Untuk menghindari tantrum dan hal buruk lainnya, Anda bisa memberikan dua pilihan kepada anak dan biarkan mereka membuat keputusan sendiri.
Walau berbeda, kedua pilihan harus sama-sama baik dan dapat diterima oleh orang tua. Misalnya, suruh anak memilih memakai baju warna biru atau merah, bisa juga menyuruh anak-anak memilih untuk memakan buah apel atau pisang.
Memberi pilihan akan membuat anak merasa memiliki otoritas. Cara ini juga akan melatih anak untuk membuat keputusan sekaligus membuat mereka lebih mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab.
8. Jangan Sering Melarang Anak
Anak berusia dua tahun tentunya ingin mengeksplorasi banyak hal dan ingin melakukan sesuatu seorang diri. Anak-anak mungkin akan menuangkan air dari botol ke gelas atau ingin menyendok masakan dari mangkuk ke piringnya sendiri.
Dengan keterampilan motorik yang belum sempurna, mereka akan membuat sedikit ‘kekacauan’ dan banyak barang berantakan. Namun, selama hal itu tidak berbahaya, jangan melarangnya dan biarkan anak bereksplorasi.
9. Bantu Anak Mencapai Targetnya
Anda pun bisa membantu anak untuk mencapai targetnya sehingga bisa menghindari tantrum. Sebagai contoh, Anda ingin menuang susu dari botol ke gelasnya, tapi karena botolnya terlalu besar dan berat, tentu mereka kesulitan melakukannya.
Anda bisa memindahkan susu ke botol yang lebih kecil dan biarkan anak melakukan hal yang mereka inginkan. Contoh lainnya adalah ketika anak ingin memakai kaus kaki, Anda bisa membantu memakaikannya sampai batas jari atau mata kaki, lalu biarkan anak menarik kaus kaki sampai atas.
Dengan cara ini, anak bisa tetap melakukan hal yang ia inginkan dan orang tua tidak perlu melihat anaknya marah-marah karena kesulitan mencapai targetnya.
tirto.id - Diajeng
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno