Makna Tata Krama, Sopan Santun, dan Rasa Malu serta Dalilnya

3 hours ago 5

tirto.id - Pengertian tata krama, sopan santun, dan rasa malu merupakan tiga jenis perilaku atau tindakan yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, apakah ada dalil tentang tata krama, sopran santun, dan rasa malu?

Ketika menjalankan kehidupan sehari-hari, setiap manusia dituntut untuk berperilaku sesuai dengan kondisi lingkungan, adat, kebiasaan, dan aturan. Adapun tata krama dan sopan santun mampu menghindari seseorang dari pandangan buruk publik atau orang lain.

Begitu pula dengan sifat atau rasa malu yang wajib kita punya dalam berkehidupan. Dengan tiga cara berperilaku ini, Anda dapat menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang berlebihan, tidak sopan, dan hal negatif lainnya.

Pengertian dan Makna Tata Krama dalam Islam

Pengertian tata krama dalam Islam terdiri atas dua kosakata, yaitu tata dan krama. Tata memiliki arti adat, aturan, norma, hingga peraturan.

Sementara krama mempunyai arti sopan santun, kelakuan, tindakan, perbuatan. Apabila ditarik kesimpulan, tata krama merupakan adat sopan santun atau kebiasaan sopan santun.

Tata krama, adat sopan santun atau sering disebut etiket, telah menjadi bagian dalam hidup. Contoh tata krama misalnya waktu Anda masih kanak-kanak, orang tua sudah melatih untuk menerima pemberian orang dengan tangan kanan dan mengucapkan terima kasih.

Orang tua juga melatih bagaimana cara makan, minum, menyapa, memberi hormat dan berpakaian. Lama kelamaan perilaku tersebut menjadi kebiasan.

Tata krama juga bisa berarti kebiasaan, yang lahir dalam hubungan antar-manusia. Tata krama yang semula berlaku dalam lingkungan terbatas, lama kelamaan dapat merambat ke lingkungan yang lebih luas.

Tata krama pun telah menjadi bagian dari pergaulan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa tata krama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antara sesama manusia.

Penjelasan Sopan Santun dan Maknanya dalam Islam

Tata krama dan sopan santun memiliki kemiripan. Namun sopan santun adalah sikap ramah yang diperlihatkan pada beberapa orang di hadapannya dengan maksud untuk menghormati, membuat kondisi nyaman, dan harmionis.

Sikap sopan santun adalah satu kewajiban yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok mulai dari anak-anak sampai orangtua tanpa ada kecuali.

Menurut Modul Pembelajaran Kelas IX dari Kemendikbud, kesantunan seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa santun mencakup dua hal, yakni santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan.

Allah SWT mencintai sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut ini:

“Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (H.R. Ibnu Majah)

Sopan santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup sehari-hari. Kita akan dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan santun.

Orang lain pun merasa nyaman dengan kehadiran kita. Sebaliknya, jika berperilaku tidak sopan, maka orang lain tak akan menghargai dan menghormati kita.

Orang yang memiliki sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan tepat dalam berbagai keadaan.

Pengertian Rasa Malu dalam Islam dan Maknanya

Sopan santun dan rasa malu mempunyai kemiripan, namun malu adalah sikap menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan.

Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu perlu usaha, niat, ilmu serta pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari iman karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan.

Hal ini seperti disampaikan Abu Hurairah berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:

“Iman adalah pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya iman.” (H.R. Muslim)

Memiliki rasa malu bukan berarti tidak percaya diri, minder atau merasa rendah diri. Misalnya, seseorang malu berjilbab karena takut diejek teman-temannya, atau malu karena mendapat giliran maju presentasi di depan kelas.

Terhadap hal-hal yang baik dan positif tidak boleh ada perasaan malu, karena rasa malu seperti itu tidaklah tepat. Rasa malu haruslah dilandasi karena Allah SWT, bukan karena selain-Nya

Pada saat kita malu berbuat sesuatu tanyalah kepada hati kita: “Apakah malu ini karena Allah SWT atau bukan?”

Jika bukan karena Allah SWT, bisa jadi hal itu adalah sifat malas, minder, atau rendah diri. Sifat malas, minder atau rendah diri merupakan perilaku tercela yang harus dihindari.

Malu sendiri berasal dari keimanan dan pengakuan akan keagungan Allah SWT. Rasa malu akan muncul jika kita beriman dan menghayati betul bahwa Allah SWT itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Allah SWT Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Allah Swt. Semua aktivitas badan, pikiran, dan hati kita semua diketahui oleh Allah SWT.

Kumpulan Dalil tentang Tata Krama, Sopan Santun, dan Rasa Malu

Terdapat beberapa dalil tentang tata krama, sopan santun, dan rasa malu yang terdapat di dalam Al Quran. Anda bisa memanfaatkan berbagai dalil tersebut untuk ceramah, mengingatkan orang lain, dan sebagainya.

Berikut daftar dalil tentang tata krama, sopan santun, dan rasa malu.

1. Dalil tentang Tata Krama

Ada banyak dalil yang menyebutkan tentang tata krama atau cara berperilaku baik sesuai kebiasaan dan norma masyarakat. Anda bisa melihat salah satu contohnya dari Al Quran surat An-Nur ayat 27, berikut ini firman-Nya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا۟ وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat."

Berdasarkan ayat tersebut, kita dapat melihat contoh tata krama yang lazim dilakukan sebagai bentuk kebiasaan baik. Ucapan salam serta meminta izin menjadi budaya dalam Islam, khususnya ketika Anda ingin memasuki kediaman orang lain.

2. Dalil tentang Sopan Santun

Salah satu dalil tentang sopan santun dapat dipantau dari firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Isra ayat 24. Berikut ini contoh dalil yang memperlihatkan cara seseorang untuk bisa menerapkan sopan santun di lingkungan keluarga.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Artinya:

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil'.”

Berdasarkan ayat di atas, kita dapat melihat bahwa seorang anak harus menerapkan sopan santun kepada kedua orang tuanya. Anak harus santun dalam perbuatan dengan cara merendahkan diri, sehingga tidak terkesan tidak sopan.

3. Dalil tentang Rasa Malu

Beberapa dalil tentang rasa malu juga dapat dipantau melalui sejumlah ayat di dalam Al Quran. Adapun perilaku atau sifat malu ini salah satunya disebutkan dalam surat Al Ahzab ayat 53.

Berikut ini keterangan firman-Nya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتَ ٱلنَّبِىِّ إِلَّآ أَن يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَٰظِرِينَ إِنَىٰهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَٱدْخُلُوا۟ فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَٱنتَشِرُوا۟ وَلَا مُسْتَـْٔنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى ٱلنَّبِىَّ فَيَسْتَحْىِۦ مِنكُمْ ۖ وَٱللَّهُ لَا يَسْتَحْىِۦ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ

Artinya:

Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian masuk ke dalam rumah-rumah Nabi kecuali jika kalian sudah diizinkan (untuk datang menikmati) jamuan, dengan tidak menunggu-nunggu waktu (masakan)-nya. Tetapi jika kalian sudah dipanggil untuk datang, maka hadirlah. Dan jika kalian sudah nikmati makanannya, pergilah dan jangan malah memperbanyak pembicaraan (yang tidak perlu). Sesungguhnya yang demikian itu menyakiti Nabi Saw. (namun) kemudian beliau malu terhadap kalian. Dan Allah tidak malu (menerangkan) kebenaran.

Berdasarkan ayat di atas, kita dapat melihat bahwa rasa malu juga penting untuk dipraktikkan dalam berkehidupan. Contoh rasa malu pada ayat di atas menjelaskan bahwa Anda harus malu ketika sudah menikmati suguhan, namun masih masih berusaha melanjutkan percakapan.


tirto.id - Pendidikan

Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH
Penyelaras: Yuda Prinada

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |