Mengulas Tradisi Ngaruwat Bumi di Subang, Ungkapan Rasa Syukur Hasil Bumi Melimpah

16 hours ago 10

Tradisi Ngaruwat Bumi di Subang, Jawa Barat, telah berlangsung sejak lama sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah. Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk doa dan harapan masyarakat untuk kesejahteraan di tahun mendatang, tetapi juga simbol penghormatan kepada para leluhur.

Dalam bahasa Sunda, “ruwat” berarti mengumpulkan dan merawat. Dalam konteks tradisi ini, yang dikumpulkan dan dirawat adalah masyarakat serta hasil bumi yang mereka panen. Ngaruwat Bumi menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan antarwarga sekaligus menjaga warisan budaya agar tetap lestari.

Baca Juga: Melihat Tradisi Nadran di Situs Buyut Mangun Tapa Baregbeg Ciamis

Bagi yang ingin mengetahui lebih dalam tentang makna dan prosesi Ngaruwat Bumi, simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Makna Tradisi Ngaruwat Bumi di Subang, Jawa Barat

Ngaruwat Bumi merupakan upacara adat yang melambangkan ungkapan rasa syukur atas hasil bumi, penghormatan kepada leluhur, serta harapan masyarakat untuk masa depan yang lebih baik. 

Tradisi ini berasal dari bahasa Sunda, yaitu “rawat” atau “ngarawat,” yang bermakna mengumpulkan dan memelihara. Makna tersebut mencerminkan keseimbangan antara manusia dan alam serta mempererat hubungan antarwarga.

Selain sebagai wujud rasa syukur, Ngaruwat Bumi juga bertujuan untuk menolak keburukan dan bahaya yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat. Di Kampung Banceuy, Subang, Jawa Barat, tradisi ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat. 

Selain itu, acara ini juga menjadi momen kebersamaan untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan serta melestarikan nilai-nilai budaya warisan leluhur.

Sejarah Tradisi

Sejarah Tradisi Ngaruwat Bumi bermula pada tahun 1800-an ketika Kampung Banceuy mengalami bencana angin puting beliung yang menghancurkan rumah penduduk. Dalam menghadapi musibah tersebut, masyarakat berkumpul untuk mencari solusi guna mencegah kejadian serupa di masa depan.

Melalui musyawarah, mereka memutuskan untuk mengubah nama kampung sebagai langkah simbolis demi menciptakan keamanan dan keselamatan bagi masyarakat. Keputusan ini menjadi titik awal pelaksanaan Ngaruwat Bumi, yang sejak saat itu masyarakat setempat jalankan sebagai bentuk doa dan harapan untuk kesejahteraan bersama.

Hingga kini, tradisi ini tetap terjaga kelestariannya di berbagai daerah seperti Karawang, Subang, Purwakarta, Lembang, dan Bandung. Pelestarian ini mencerminkan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai identitas yang harus terus dijunjung tinggi oleh generasi mendatang.

Baca Juga: Tradisi Mapag Ramadhan di Gunung Jaha Linggasari Ciamis, Ini Tujuan dan Maknanya

Prosesi Kegiatan

Prosesi Tradisi Ngaruwat Bumi di Kampung Banceuy dimulai dengan masyarakat yang berkumpul untuk menghormati dan merayakan hasil bumi yang telah mereka peroleh. Mereka mengumpulkan berbagai hasil panen, baik dalam bentuk bahan mentah, yang masih dalam proses pengerjaan, maupun yang sudah siap digunakan.

Setelah hasil bumi terkumpul, masyarakat mengaraknya dalam sebuah prosesi yang penuh makna. Arak-arakan ini melambangkan pentingnya kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan merawat sumber daya alam. 

Melalui tradisi ini, masyarakat tidak hanya bersyukur atas rezeki yang mereka terima. Akan tetapi juga berkomitmen untuk menjaga keseimbangan alam demi kelangsungan hidup di masa depan.

Selama acara ruwatan bumi berlangsung, akan terlihat suasana yang khidmat dan sukacita bercampur dalam satu rangkaian kegiatan. Dalam kegiatan ini, mereka mengenakan pakaian tradisional dan menghias hasil bumi tersebut dengan cantik dan rapi.

Tak lupa iringan doa juga mewarnai prosesi acara tersebut. Hal ini tak lain karena kegiatan ini merupakan wujud syukur atas karunia Tuhan yang Maha Esa. Selain itu, tradisi ini juga menjadi momentum bagi generasi muda untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang harus terjaga kelestariannya.

Tujuan Tradisi

Tujuan tradisi Ngaruwat Bumi ini untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat alam yang begitu melimpah. Dalam momen ini, mereka juga memanjatkan doa sehingga menjadi ajang proses mendekatkan hubungan dengan Tuhan.

Selain itu, prosesi ini juga memiliki tujuan untuk menolak bahaya yang kemungkinan akan timbul di masyarakat. Oleh karena itu, pada prosesi ini sangat menekankan pada sebuah harapan kebaikan yang mendalam dan juga sebagai perwujudan rasa syukur atas kebaikan yang selama ini telah mereka peroleh.

Salah satu doa yang mereka panjatkan antara lain agar terhindar dari bahaya bencana alam yang akan merugikan masyarakat dan merusak lingkungan alam sekitar. Dengan adanya tradisi ini mereka sangat berharap agar peristiwa merugikan tersebut tidak terjadi nantinya.

Pelaksanaan tradisi ini lebih dari sekedar upacara tradisional, namun juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Meskipun zaman telah berkembang pesat dan mengalami perubahan, akan tetapi tradisi ini harus tetap terjaga kelestariannya. 

Baca Juga: Merawat Tradisi: Ini Deretan Upacara Adat Mapag Ramadhan di Ciamis

Selain itu, nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi Ngaruwat Bumi ini harus senantiasa berlanjut ke generasi berikutnya agar tidak punah. Warisan budaya ini bukan hanya milik masyarakat Subang saja, namun juga menjadi bagian dari kekayaan budaya di Indonesia. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |