tirto.id - Sejarah temuan Homo Soloensis menjadi salah satu bukti kehidupan masa prasejarah dan manusia purba di Nusantara. Lantas, Homo Soloensis ditemukan di mana dan bagaimanakah ciri-ciri atau karakteristiknya?
Manusia purba pada dasarnya mengalami perkembangan tertentu dan tersebar di berbagai belahan dunia. Fosil Homo Solensis dan Wajakensis sama-sama ditemukan di Indonesia, seperti dilansir dari Teks Laporan Hasil Observasi untuk Tingkat SMP Kelas VII (2020).
Setiap jenis manusia purba yang ada di Indonesia, termasuk Homo Soloensis, memiliki ciri-ciri dan karakteristiknya tersendiri. Berikut ini penjelasan tentang sejarah, lingkungan dan kehidupan, serta ciri-cirinya.
Sejarah Penemuan Homo Soloensis
Homo Soloensis ditemukan di dua tempat. Kedua lokasi tersebut sama-sama di daerah Provinsi Jawa Tengah, yakni Desa Ngandong (Kabupaten Blora) dan Sangiran (Kabupaten Sragen).
Menurut catatan Hasnawati dalam Modul Sejarah Kelas X (2020), Homo Soloensis ditemukan pada tahun 1931-1933 oleh beberapa sejarawan asal Belanda. Penemu Homo Soloensis adalah Ter Haar, Oppenoorth, dan G.H.R. Koenigswald.
Pada 1931, Ter Haar melakukan pemetaan terhadap daerah sekitar Ngandong dan menemukan beberapa fosil hewan vertebrata. Dengan melihat perkembangan ini, ia bersama dua rekannya tersebut melakukan penggalian lebih detail lagi.
Berkat penggalian rinci tersebut, mereka menemukan 2 tulang bagian atas kepala Homo Soloensis. Kemudian pada tahun 1933, mereka berhasil menemukan 11 tengkorak manusia purba, 1 pecahan parietal, dan 5 buah tulang infra-tengkorak.
Fosil manusia purba tersebut kemudian dinamakan Homo Soloensis. Istilah latin tersebut juga kerap disebut lewat berbagai kosa kata, misalnya manusia Solo, Homo Erectus Soloensis, atau Solo Man.
Oleh sebab itu, pengertian Homo Soloensis adalah manusia purba yang ditemukan di daerah Solo, Jawa Tengah. Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Blora, lokasi penemuan Homo Soloensis di Ngandong kini dijadikan situs sejarah.
Kehidupan Homo Soloensis
Homo Soloensis hidup pada zaman Paleolitikum atau Zaman Batu Tua. Manusia purba Homo Soloensis telah hidup sejak 900.000 hingga 300.000 tahun silam.
Lokasi ditemukannya Homo Solensis di daerah Ngandong juga memperlihatkan beberapa peninggalan fosil hewan mamalia purba. Selain mengonsumsi hewan, Homo Soloensis juga memakan tumbuhan.
Ketika zaman kehidupannya, Homo Soloensis bermukim di lingkungan terbuka yang cukup dingin secara iklim. Kendati begitu, manusia purba yang ditemukan di Indonesia tersebut tetap dapat bertahan hidup.
Adapun kepercayaan Homo Soloensis adalah animisme. Mereka percaya bahwa setiap hal yang ada di dunia ini memiliki roh, suatu makhluk halus yang mengandung kekuatan gaib tertentu.
Ciri-Ciri Homo Soloensis
Gambar manusia purba Homo Soloensis yang ditemukan di daerah Ngandong dapat dicirikan melalui aspek fisik dan non-fisiknya. Untuk memahami bagaimana ciri-ciri Homo Soloensis, Anda bisa membaca penjelasan berikut.
Ciri-Ciri Fisik Homo Soloensis
Secara fisik, Homo Soloensis memiliki tengkorak yang bentuknya lonjong, masif, serta tebal. Kemudian ditunjang oleh gigi geraham besar dan rahang yang kuat untuk mengonsumsi makhluk purba.
Berikut ini ciri-ciri manusia purba Homo Soloensis dalam segi fisiknya.
- Rangka tengkorak berbentuk lonjong, tebal, dan masif.
- Hidungnya lebar.
- Memiliki rongga mata yang sangat panjang.
- Gigi geraham besar dengan rahang yang kuat.
- Tonjolan yang ada di kening tebal serta melintang sepanjang pelipis.
- Volume otak berkisar 1000-1300 cc.
- Tubuh tegap.
- Tinggi badan mulai 165 sampai 180 cm.
Ciri-Ciri Non Fisik Homo Soloensis
Terdapat beberapa ciri-ciri manusia purba Homo Soloensis yang dapat dipantau dari segi non fisik. Hal ini dilihat dari kehidupan mereka di hutan yang terbuka, makanan yang dikonsumsi, dan sebagainya.
Berikut ini ciri-ciri Homo Soloensis berdasarkan aspek nonfisik.
- Semasa hidupnya mengonsumsi hewan dan tumbuhan (omnivora).
- Hidup di hutan terbuka.
- Sudah bisa menciptakan alat-alat penunjang hidup sederhana dari bahan tulang dan batu.
- Bertahan hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan.
- Diduga sebagai manusia purba pertama yang memasak menggunakan api.
- Tempat tinggalnya berpindah-pindah (nomaden) karena mengikuti buruan.
- Sudah menggunakan bahasa ketika berkomunikasi.
tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yuda Prinada