Sinopsis Novel Pasar Karya Kuntowijoyo dan Penokohan

3 weeks ago 7

tirto.id - Novel Pasar karya Kuntowijoyo pertama kali diterbitkan pada tahun 1972. Karya sastra ini termasuk dalam kategori novel sosiologis, yang menggambarkan perubahan sosial masyarakat agraris Jawa pada akhir tahun 1960-an.

Ceritanya berfokus pada proses pewarisan nilai-nilai tradisional dan perubahan sosial di sebuah kecamatan. Karakter-karakter dalam ceritanya berasal dari beragam latar belakang, seperti priayi agraris, wong cilik, birokrat, dan pedagang. Melalui interaksi mereka, khususnya saat di pasar, cerita disajikan dengan sentuhan humor.

Setelah dirilis, Pasar dengan cepat menjadi populer dan memenangkan penghargaan dalam Sayembara Mengarang Roman yang diselenggarakan oleh Panitia Tahun Buku Internasional DKI pada tahun 1972. Hingga kemudian, novel Pasar diterbitkan sebagai buku dengan tebal 274 halaman oleh Penerbit Bentang pada tahun 1994.

Kuntowijoyo dikenal sebagai sastrawan sekaligus akademisi (sejarawan) ternama di Indonesia. Ia sangat produktif dalam menulis karya sastra dan nonfiksi. Bahkan penyakit yang dideritanya pada tahun 1992 tidak menghentikan produktivitasnya.

Karya-karyanya di bidang sastra mencakup berbagai genre, termasuk cerpen, novel, puisi, hingga drama. Di bidang nonfiksi, tema-tema yang ia garap pun beragam, mulai dari analisis sosial-politik, budaya, hingga sejarah.

Beberapa karya sastra yang pernah ditulis Kuntowijoyo, antara lain Suluk Awang-uwung (kumpulan puisi, 1975), Pasar (novel, 1972), Khotbah di Atas Bukit (novel, 1976), dan Topeng Kayu (drama, 1973), Mantra Penjinak Ular (2000), dan Wasripin dan Satinah (2003).

Sinopsis Singkat Novel Pasar Karya Kuntowijoyo

Novel Pasar mengisahkan kehidupan sehari-hari di Pasar Gemolong, yang dipimpin oleh Pak Mantri, kepala pasar yang hanya memiliki satu pegawai, Paijo.

Meskipun sering dimarahi oleh Pak Mantri karena kesalahannya, Paijo tetap melakukan pekerjaannya, mulai dari menarik karcis, membersihkan pasar, dan bahkan merawat burung dara peliharaan Pak Mantri.

Konflik dalam novel ini bermula dari keberadaan burung dara Pak Mantri di pasar. Burung-burung itu dianggap sebagai hiburan bagi Pak Mantri, sementara bagi para pedagang dianggap sebagai masalah.

Pasalnya, burung-burung itu sering memakan dagangan para pedagang yang membuat mereka merasa dirugikan. Akibatnya, banyak pedagang enggan membayar uang karcis yang menjadi kewajiban mereka.

Di tengah situasi yang sulit ini, ada Siti Zaitun, pegawai di bank pasar yang sepi pengunjung. Para pedagang yang rugi akibat ulah burung dara tak lagi punya uang untuk disimpan di bank, tempat kerja Zaitun.

Masalah di pasar semakin rumit ketika seorang pengusaha kaya dan sombong, Kasan Ngali, melihat peluang untuk membangun pasar baru tanpa biaya karcis. Keberadaan pasar baru ini menarik perhatian pedagang dan mengancam eksistensi pasar lama, tempat Pak Mantri bertugas.

Konflik antara Pak Mantri dan Kasan Ngali semakin memanas, terutama ketika Kasan Ngali berusaha merebut perhatian Siti Zaitun. Kasan Ngali berusaha mendapatkan Zaitun dengan berbagai cara, termasuk membeli mobil mewah.

Dalam latar konflik inilah, Kuntowijoyo menggambarkan dinamika kehidupan masyarakat serta konflik antara tradisi dan modernitas. Dinamika ini juga terlihat dalam pertumbuhan masing-masing karakter, termasuk Pak Mantri yang berusaha bersikap tenang dan bijaksana meski merasa khawatir dengan kepindahan para pedagang dari pasar lama.

Penokohan Novel Pasar Karya Kuntowijoyo

Novel Pasar karya Kuntowijoyo menampilkan penokohan yang kompleks dengan fokus pada interaksi dan konflik antara tokoh-tokoh utama. Berikut adalah deskripsi singkat tentang penokohan dalam novel Pasar:

1. Pak Mantri

Pak Mantri merupakan tokoh menjadi pusat cerita dalam novel ini. Sebagai kepala pasar, Pak Mantri digambarkan sebagai priayi Jawa yang terpelajar. Ia memahami secara mendalam terkait adat dan tata krama pirayi Jawa.

Sebagai orang yang memegang teguh moral Jawa, Pak Mantri membenci hal-hal yang tidak patut menurut norma dan etika Jawa. Pak Mantri dengan jabatannya di pasar pun dikenal memiliki sifat baik dan berbudi, yang telah diakui oleh orang sekitarnya.

2. Kasan Ngali

Kasan Ngali merupakan seorang duda tua dan pedagang kaya raya. Ia digambarkan bertubuh gendut, kepala botak, dan suka memakai celana kolor dalam keseharian.

Kasan Ngali memiliki sifat yang mudah tergoda oleh perempuan. Oleh karena itu, kehidupan rumah tangganya pun berulang kali kawin cerai. Dengan kekayaannya, Kasan Ngali cenderung bertindak semaunya, termasuk saat ia menginginkan seorang perempuan.

3. Paijo

Paijo merupakan pegawai pemerintah, anak buah Pak Mantri. Paijo mengerjakan tugas apapun yang diperintahkan Pak Mantri, termasuk merawat burung-burung kesayangan Pak Mantri.

Paijo kerap kena marah Pak Mantri karena melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Meski demikian, Paijo selalu berusaha menghormati atasannya dan orang yang lebih tua. Paijo digambarkan mudah bergaul, setia dan kerja keras dalam bekerja.

4. Siti Zaitun

Zaitun merupakan seorang perempuan muda pegawai bank di pasar. Zaitun digambarkan cekatan, lembut, sopan dan hormat, terlebih pada Pak Mantri yang sudah dianggap sebagai ayahnya.

Meski memiliki sifat lembut dan baik hati, Zaitun bisa bersikap tegas, salah satunya ketika ia mengingatkan kesalahan Pak Mantri terkait keberadaan burung di pasar.

Baca juga artikel terkait NOVEL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah


Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yantina Debora

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |