tirto.id - Meutya Hafid terpilih sebagai Menteri Komunikasi dan Digital Kabinet Merah Putih pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka periode 2024-2029. Seperti apa sosok politisi Partai Golkar itu?
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2024-2029 telah dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Oktober 2024. Prabowo-Gibran mengucapkan sumpah jabatan dalam Sidang Paripurna MPR RI, di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Presiden Prabowo Subianto lantas menyampaikan nama kabinet di Istana Merdeka, yaitu Kabinet Merah Putih. Kemudian diikuti pengumuman nama-nama menteri. Salah satunya Meutya Hafid yang menjabat Menteri Komunikasi dan Digital.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengalami perubahan nomenklatur menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital. Hal ini dianggap relevan dengan masa sekarang. Meutya Hafid menggantikan posisi Budi Arie Setiadi yang sebelumnya menjabat Menkominfo.
Profil Meutya Hafid & Daftar Karier
Meutya Viada Hafid adalah seorang politisi Partai Golkar. Ia lahir pada 3 Mei 1978 di Bandung, Jawa Barat. Meutya Hafid anak siapa? Meutya adalah anak pasangan Anwar Hafid dan Metty Rumaety.
Selepas menempuh pendidikan SD dan SMP di Jakarta, dirinya lalu melanjutkan SMA di Crescent Girl's School, Singapura.
Lulus SMA, Meutya Hafid langsung melanjutkan kuliah dan meraih gelar sarjana di Universitas New South Wales tahun 2001. Ia juga berhasil menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Indonesia tahun 2018.
Sebelum terjun ke dunia politik dan menjadi menteri, Meutya Hafid dulunya dikenal sebagai seorang jurnalis televisi. Namanya sangat familiar, apalagi setelah menjadi korban dalam insiden penculikan dan penyanderaan di Irak tahun 2005.
Saat itu, Meutya Hafid bergabung dengan Metro TV dan ditugaskan ke Irak bersama seorang rekan. Ia sempat putus kontak dengan stasiun TV selama beberapa hari. Pada 18 Februari 2005, Meutya dan seorang kamerawan yang bernama Budiyanto dikabarkan telah disandera. Mereka akhirnya bebas pada 21 Februari 2005.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Meutya Hafid sempat menulis buku berjudul “168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak”.
Karier Meutya Hafid di dunia jurnalistik terus berkembang hingga mendapatkan Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O'Neill (2007). Nama Meutya Hafid terpilih sebagai salah satu dari lima Tokoh Pers Inspiratif Indonesia versi Mizan (2012), bersama Tirto Adhi Soerjo, Goenawan Mohamad, Rosihan Anwar, dan Andy F. Noya.
Rekam Jejak Meutya Hafid di Dunia Politik
Meutya Hafid mulai menggeluti dunia politik sekitar tahun 2010 pasca bergabung dengan Partai Golkar. Saat itu, Meutya pernah mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota Binjai mendampingi Dhani Setiawan Isma. Pasangan ini kalah.
Masih di tahun yang sama, Meutya Hafid menjadi Anggota DPR RI usai menggantikan Burhanuddin Napitupulu. Meutya Hafid tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) dan Wakil Ketua Komisi I sejak tahun 2016.
Bersama Partai Golkar, Meutya Hafid juga beberapa kali memegang jabatan penting. Ia pernah dipercaya sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri DPP Partai Golkar, Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini DPP Partai Golkar, hingga Wakil Ketua Dewan Pakar Kesatuan Perempuan Partai Golkar.
Kabar nama Meutya Hafid masuk dalam Kabinet Merah Putih sebenarnya sudah terdengar sejak beberapa waktu lalu. Berbekal pengalaman politik yang cukup panjang, Meutya Hafid digadang-gadang masuk sebagai calon menteri Kabinet Prabowo-Gibran.
Kini, Meutya Hafid terpilih sebagai Menteri Komunikasi dan Digital dalam Kabinet Merah Putih. Ia didampingi dua wakil menteri (wamen): Nezar Patria dan Angga Raka Prabowo.
tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani