5 Cara Mengurangi Emisi Karbon & Langkah-Langkah Mengatasinya

5 days ago 2

tirto.id - Emisi karbon dioksida (CO2) atau emisi karbon adalah salah satu unsur dari efek gas rumah kaca. Sederhananya pelepasan gas karbon menyerap panas, yang kemudian terperangkap di atmosfer. Dampaknya dapat menghangatkan suhu bumi, perubahan iklim hingga perubahan permukaan laut.

Adapun emisi karbon bisa berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (seperti batubara, minyak, dan gas alam), kebakaran hutan, dan proses alami seperti letusan gunung berapi. Namun aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab utama dari peningkatan emisi karbon dalam beberapa tahun terakhir.

Era industri sejak abad ke-18 disebut menandai peningkatan CO2 ke atmosfer. Dilansir Our World in Data, industri listrik menjadi penyumbang terbesar dari peningkatan CO2. Ini diikuti dengan sektor transportasi, manufaktur, dan konstruksi.

Pengukuran Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukkan bahwa karbon di dunia hingga 2024 ini mencapai setidaknya 422 parts per million (ppm). Angka itu meningkat tajam dari 365 ppm pada 2002 lalu.

CO2 yang ditambahkan ke atmosfer akan bertahan cukup lama antara 300 hingga 1000 tahun. Bisa dibilang, segala aktivitas yang memicu peningkatan emisi karbon juga akan berdampak di kehidupan-kehidupan setelahnya. Lantas bagaimana cara mengurangi emisi karbon?

Bagaimana Cara Mengurangi Emisi Karbon?

Berbagai upaya bisa dilakukan manusia untuk mengurangi emisi, yang berdampak pada pemanasan global hingga perubahan iklim. Berikut ini cara mengurangi gas emisi karbon yang bisa kita lakukan:

1. Menghemat Listrik

Produksi dan penggunaan listrik salah satu penyumbang emisi karbon terbesar secara global, sekitar 15,18 miliar ton menurut Our World in Data. Oleh karenanya, penghematan listrik bisa jadi cara mengurangi gas emisi karbon.

Misalnya mengurangi penggunaan AC, mematikan segala jenis penggunaan listrik yang tidak digunakan, hingga menyalakan dan mematikan seperlunya.

2. Menggunakan Transportasi Umum

Gas karbon merupakan salah satu zat yang dikeluarkan dari sisa pembakaran kendaraan bermotor. Oleh karenanya, perlu mempertimbangkan untuk beralih ke transportasi umum, demi mengurangi pembakaran bahan bakar dari kendaraan pribadi. Selain itu, bisa dicoba cara mengurangi emisi karbon dioksida lain dengan lebih banyak jalan kaki atau menggunakan sepeda.

3. Berkendara dengan Bijak

Jika terpaksa masih harus menggunakan kendaraan pribadi, utamakan untuk berkendara sebijak mungkin. Salah satunya mengurangi cara mengemudi agresif, karena hal itu akan memicu peningkatan konsumsi bahan bakar.

4. Kurangi Bakar Sampah

Pertimbangkan untuk mengurangi pembakaran sampah, yang akan menimbulkan sejumlah gas berbahaya, seperti karbon dioksida. Bisa dipertimbangkan juga untuk mengurangi aktivitas seperti penggunaan kantong plastik, yang tentunya akan menimbulkan makin meningkatnya sampah. Menggunakan kantong pribadi saat belanja, merupakan salah satu upaya mengurangi sampah.

5. Perbanyak Pohon

Tumbuhan pada dasarnya bisa menyerap karbon dioksida dari udara secara alami. Sebagai gantinya, CO2 yang diserap melalui proses fotosintesis itu, akan digantikan dengan oksigen. Memperbanyak atau tetap menjaga pohon tentunya bisa jadi salah satu cara untuk mengurangi emisi karbon.

Mengapa Pemerintah Perlu Mengatasi Masalah Emisi Karbon?

Indonesia adalah salah satu negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Global Carbon Project pada 2022 mencatatkan, emisi karbon di Indonesia mencapai 729 juta ton (1,8 persen dunia), sekaligus jadi tertinggi ke-6.

Angka itu tentunya wajib jadi perhatian. Penekanan karbon dioksida maupun gas efek rumah kaca, tidak bisa dilakukan hanya secara individu saja. Pemerintah tentunya mesti punya kebijakan yang mengarah pada kepedulian lingkungan. Tak terkecuali terkait cara mengurangi emisi karbon industri.

Tidak hanya Indonesia, negara-negara dunia lainnya sudah menyoroti hal tersebut. Seperti yang tercantum dalam Paris Agreement 2015, yang menjadi perjanjian mengikat secara hukum bagi seluruh negara (legally binding and applicable to all) di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) COP21 di Paris.

Salah satu tujuan utama dari Paris Agreement 2015 ialah untuk menahan "peningkatan suhu rata-rata global jauh di bawah 2 derajat celcius di atas tingkat pra-industri, serta melakukan upaya untuk membatasi peningkatan suhu hingga 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri." Emisi gas rumah kaca ditargetkan harus mencapai puncaknya paling lambat sebelum tahun 2025 dan turun 43% pada tahun 2030.

Indonesia menanggapi Paris Agreement dengan mengeluarkan Undang-undang (UU) Nomor 16/2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim).

Terkini, pemerintah melalui Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Vivi Yulaswati, menjabarkan sejumlah target.

Indonesia disebutkan berkomitmen mengurangi emisi sampai dengan 2030 ditargetkan sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri dan ditingkatkan hingga 43,2 persen apabila mendapatkan dukungan internasional.

“Kita harus bertransformasi menuju energi bersih, mulai meninggalkan coal, kemudian mengembangkan berbagai energi terbarukan. Tentunya kalau melihat dari sisi perkembangan teknologi, inovasi yang ada, investasi yang ada, tentunya ini membuka optimisme kita untuk bergerak ke arah yang lebih cleaner,” ungkap Vivi dikutip dari Antara, 4 November 2024.

Terlepas dari hal itu, pengamat memperingatkan supaya pemerintah mendorong cara mengurangi karbon dioksida

dari berbagai hal. Salah satu langkah konkret yang bisa ditempuh ialah peningkatan budaya menggunakan transportasi publik.

Pengamat tata kota Universitas Semarang (USM) Tiasa Adimagistra, meminta pemerintah untuk serius dalam membangun transportasi terintegrasi, agar budaya menggunakan transportasi umum dapat direalisasikan.

“Masyarakat harus didorong untuk menggunakan transportasi publik untuk mengurangi emisi CO2. Perlu kesadaran masyarakat untuk mau menggunakan transportasi umum,” kata Tiasa dikutip dari RRI, Oktober 2024 lalu.

“Kalau [mencontoh] negara maju, kita bisa melihat Singapura yang telah interkoneksi transportasi publiknya. Baik dari kereta, bus dan moda-moda transportasi lainnya,” tambahnya.


Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Dhita Koesno

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |