7 Alasan Penerapan Co Parenting setelah Cerai & Tipsnya

3 days ago 2

tirto.id - Co parenting menjadi pola pengasuhan anak yang banyak dipilih oleh para orang tua, khususnya yang sudah bercerai. Lalu, apa itu co parenting dan kenapa penting diterapkan pada anak-anak setelah terjadi perceraian?

Perceraian memang bukan hal yang mudah, terutama jika sudah memiliki anak. Banyak hal buruk yang bisa terjadi dalam perceraian, mulai dari kehilangan hak asuh anak, sulit bertemu dengan anak, hingga timbulnya perilaku buruk pada anak-anak.

Semua ini bisa dihindari jika pasangan yang bercerai menerapkan pola asuh co parenting yang berarti sama-sama terlibat dalam mengurus anak. Karena bagaimana pun juga, mengasuh dan mendidik anak tetap menjadi kewajiban orang tua, bahkan setelah bercerai sekali pun.

Apa itu Co Parenting?

Co parenting adalah pola pengasuhan anak yang dilakukan oleh kedua orang tua yang sudah bercerai. Co-parenting memungkinkan kedua orang tua tetap berkolaborasi secara aktif dan positif untuk mengasuh dan membesarkan anak mereka.

Jadi, meskipun hubungan pernikahan sudah berakhir dan kehilangan status suami maupun istri, hubungan kedua belah pihak sebagai orang tua tetap berlanjut. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan anak-anak mereka tetap tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan yang positif.

Co parenting hanya bisa terjadi melalui kerja sama yang baik antara kedua orang tua. Pola asuh ini tak hanya membutuhkan komitmen, tapi juga harus disertai dengan komunikasi yang baik serta sikap saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

Pola pengasuhan co parenting mungkin akan sulit bagi pasangan suami istri yang bercerai karena ada perselisihan besar. Namun, co parenting tetap menjadi alternatif yang baik karena prinsip pengasuhan ini adalah berbagi tanggung jawab dan dilakukan demi kesejahteraan anak.

Mengapa Perlu Menerapkan Co Parenting?

Co parenting memiliki beberapa manfaat yang tak hanya dapat dirasakan oleh anak, tapi juga oleh pihak orang tua. Berikut alasan kenapa co-parenting perlu diterapkan oleh pasangan yang sudah bercerai:

1. Menjaga Stabilitas Emosional Anak

Mengasuh anak bukan hanya memenuhi kebutuhan fisiknya, tapi juga mentalnya. Perceraian dapat menimbulkan dampak emosional yang signifikan pada anak. Anak bisa merasa kebingungan, kecewa, sedih, takut, bahkan bisa merasa ditelantarkan dan tidak dianggap penting.

Co parenting membantu menjaga kesehatan mental anak. Dengan pola asuh ini, ayah dan ibu akan tetap hadir dalam kehidupan anak secara konsisten sehingga anak merasa aman dan tetap dicintai.

Co parenting akan membuat anak lebih cepat beradaptasi dengan suasana kehidupannya yang baru. Hal ini tentunya dapat mengurangi risiko anak stres sehingga bisa tetap tumbuh dengan baik dan memiliki mental yang lebih sehat.

2. Membangun Komunikasi yang Sehat

Dalam co parenting, orang tua harus terus saling berkomunikasi untuk membuat keputusan bersama tentang anak-anak mereka. Komunikasi ini berguna untuk menghindari kesalahpahaman dan meminimalkan terjadinya konflik.

Co parenting juga bermanfaat untuk menjaga komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Dengan demikian, anak dapat menyuarakan apa yang ia butuhkan dan pihak orang tua bisa mengerti dan bekerja sama untuk memenuhinya.

Di sisi lain, komunikasi yang positif antara pihak ayah dan ibu juga akan berdampak pada anak-anak. Mereka akan belajar cara berkomunikasi dan keterampilan negosiasi. Hal ini akan sangat berguna dalam hal penyelesaian konflik maupun menemukan solusi yang tepat untuk semua masalah.

3. Menghindari Dampak Konflik pada Anak

Tak sedikit pasangan bercerai yang menyisakan konflik berkepanjangan yang justru berdampak pada anak. Selain kerusakan mental, anak juga bisa mengalami kemerosotan di bidang akademis, bahkan bukan tidak mungkin terjerumus dalam hal-hal yang negatif seperti pornografi hingga obat-obatan terlarang.

Pola asuhco parenting mendorong orang tua untuk berusaha menjaga hubungan baik dan menciptakan suasana yang damai meski ada perbedaan pendapat di antara keduanya. Kolaborasi yang positif inilah yang akan memberikan dampak positif bagi anak.

4. Memberikan Contoh yang Baik pada Anak

Perceraian memang bukan hal yang baik, tapi orang tua tetap bisa menjadi role model bagi anak. Co parenting memungkinkan anak-anak tetap melihat orang tua mereka bekerja sama sebagai satu tim yang kompak meskipun tengah berkonflik.

Dari sinilah anak-anak bisa belajar tentang hubungan yang sehat. Mereka juga akan paham pentingnya membangun sebuah ikatan keluarga yang langgeng dan kuat ketika sudah dewasa.

5. Menjaga Hubungan Baik Orang Tua dan Anak

Secara keseluruhan, co parenting dapat menjaga hubungan baik antar orang tua maupun antara orang tua dan anak. Tak jarang pasangan yang bercerai memiliki hubungan yang kurang baik dengan anak, bahkan banyak pula anak yang membenci orang tuanya yang bercerai.

Co parenting membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap dekat. Mereka tetap menjadi sebuah keluarga walau akan ada sedikit perbedaan dalam pola pengasuhan.

6. Menghindari Konflik Perebutan Hak Asuh Anak

Laman Ashley Andrews APC menyebutkan bahwa co parenting juga bisa untuk menghindari konflik perebutan hak asuh. Seperti yang diketahui, perebutan hak asuh anak bisa menimbulkan konflik tersendiri di masa mendatang, bahkan dapat berdampak pada psikis anak.

Co parenting membuat orang tua berkomitmen untuk tetap bekerja sama dalam mengasuh anak sehingga memungkinkan adanya hak asuh bersama. Dengan demikian, kedua belah pihak memiliki tanggung jawab dan peran yang sama dalam mengurus anak-anak mereka.

7. Kebutuhan Orang Tua Tetap Terpenuhi

Tak hanya baik untuk anak, tapi co parenting juga berdampak positif bagi orang tua. Orang tua bisa tetap bertemu dengan anak-anak mereka dan mengurangi perasaan kehilangan yang bisa muncul setelah perceraian.

Dalam co parenting juga tidak ada salah satu pihak orang tua yang benar-benar sendirian atau harus mengurus semuanya dalam membesarkan anak. Secara tidak langsung, co parenting ikut mendukung kesehatan mental orang tua karena adanya pembagian tugas dan tanggung jawab,

Jika dilihat lebih jauh lagi, co parenting membuat orang tua tetap memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, misalnya bekerja, mengejar karier, atau sekadar menekuni hobi tanpa harus menelantarkan anak-anak.

6 Tips Menjalankan Co Parenting

Co parenting tentunya tidak semudah kelihatannya dan mungkin akan menemui banyak kesulitan di tengah prosesnya. Berikut beberapa tips menjalankan co parenting untuk Anda:

1. Sembuhkan Luka Batin Terlebih Dahulu

Dilansir dari laman Better Help, orang tua wajib menyembuhkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum memulai co parenting. Setiap orang pasti merasakan luka batin saat mengalami perceraian. Bekerja sama dengan mantan pasangan dalam co parenting juga tidak akan mudah.

Karena itu, penting untuk memulihkan psikis Anda terlebih dahulu. Temukan support system dari orang-orang terdekat, bahkan libatkan terapis jika perlu. Hal ini sangat penting agar Anda bisa berhadapan dan bekerja sama dengan mantan pasangan dan agar co parenting dapat berjalan sesuai harapan.

2. Prioritaskan Anak

Dalam menjalankan co parenting, Anda harus tetap fokus pada anak-anak dan memprioritaskan kesejahteraan mereka. Singkirkan rasa marah, benci, maupun ego, dan tetaplah hadir sebagai orang tua yang baik bersama mantan pasangan Anda.

Anda dan mantan pasangan pastinya akan membuat sebuah aturan atau kesepakatan dalam co parenting. Namun, Anda juga disarankan untuk bisa selalu fleksibel dengan kesepakatan tersebut jika hal itu demi kebaikan anak.

Sebagai contoh, anak seharusnya bersama Anda saat weekend, tapi mantan pasangan Anda ingin mengajak sang buah hati karena akan ada acara di keluarga besarnya.

Jika Anda tidak memiliki rencana khusus dengan si anak dan anak Anda pun tidak keberatan, maka Anda bisa mengizinkan anak menghabiskan waktu dengan mantan pasangan Anda. Sekali lagi, semua keputusan harus tetap mempertimbangkan kepentingan dan kebaikan bagi anak.

3. Tetapkan Batasan dengan Mantan Pasangan

Co parenting berarti bekerja sama dengan mantan pasangan, tapi Anda juga harus menetapkan batasan. Hal ini menjadi sangat penting terutama ketika mantan pasangan Anda memulai hubungan baru dengan orang lain.

Terapkan sikap saling menghormati privasi dan kehidupan pribadi masing-masing. Meski harus tetap menjalin komunikasi demi anak, pastikan komunikasi tersebut hanya untuk kepentingan anak dan tidak mengganggu kehidupan pribadi masing-masing.

4. Komitmen dan Konsisten

Co parenting membutuhkan sebuah komitmen dari kedua belah pihak. Komitmen membuat Anda dan mantan pasangan lebih mudah dalam berkomunikasi, membuat kesepakatan, hingga menjalankan tanggung jawab.

Co parenting juga akan berhasil ketika Anda dan mantan pasangan sama-sama konsisten menjalankan tanggung jawab dan rencana jangka panjang yang disepakati bersama.

5. Jangan Bicara Buruk Soal Pasangan di Depan Anak

Salah satu tips co parenting yang tak kalah penting adalah jangan melibatkan anak dalam konflik Anda dengan mantan pasangan. Meskipun Anda masih memiliki masalah yang belum terselesaikan dengan sang mantan, masalah tersebut tidak perlu diwariskan kepada anak-anak.

Hindari berbicara buruk atau menjelek-jelekkan mantan pasangan di depan anak. Berbicara buruk seperti itu hanya akan menimbulkan banyak dampak negatif.

Salah satunya adalah anak akan menahan diri untuk tidak membicarakan kegiatan mereka saat bersama mantan pasangan Anda. Akibatnya, akan ada jarak emosional antara Anda dengan anak-anak.

6. Minta Bantuan Profesional

Saat menjalankan co parenting, Anda mungkin akan berhadapan dengan berbagai kendala, misalnya mantan pasangan Anda sulit diajak kooperatif dalam mengasuh anak.

Jangan ragu untuk meminta bantuan profesional sebagai mediator agar co parenting yang diterapkan tetap terarah dengan jelas. Anda juga bisa meminta bantuan konselor anak untuk membantu anak-anak lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pasca-perceraian.


tirto.id - Diajeng

Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |