Fakta Baru Dugaan Bullying Siswa SMA Berujung Maut di Garut, Kepsek Beberkan Kronologi-Polisi Periksa 5 Saksi

8 hours ago 12

harapanrakyat.com,- Kasus dugaan bullying (perundungan) siswa SMA yang berujung maut di Garut, Jawa Barat menemui babak baru. Pihak sekolah keukeuh menyebut, korban meninggal bukan karena perundungan. Sementara polisi sudah memeriksa lima orang saksi dari sekolah.

Kematian siswa SMAN 6 Garut, berinisial PN masih dalam tahap penyelidikan jajaran Satuan Reserse Kriminal Polres Garut, Jawa Barat. AKP Joko Prihatin menegaskan sudah ada lima orang yang diperiksa atas viralnya kasus ini.

Dalam keterangannya Kasat Reskrim itu telah mendalami berbagai keterangan dari pihak sekolah, termasuk teman sekolah almarhum. Polisi pun akan kembali meminta keterangan dari orang tua almarhum.

“Ada lima orang yang sudah dimintai keterangan, kepala sekolah, humas sekolahnya, guru BK, UPT PPA juga sama sudah datang ke sekolah. Untuk keluarga almarhum anggota sudah ke sana dan yang bersangkutan masih dalam keadaan berduka, sehingga kami menghormati itu,” kata Kasat Reskrim Polres Garut, AKP Joko Prihatin, Rabu (16/7/2025).

Baca Juga: Video Curhatan Orang Tua di Garut Anaknya Meninggal Diduga Korban Bully Ramai di Medsos, Ini Bantahan Sekolah

Kronologi Kasus Dugaan Bullying Siswa SMA Berujung Maut di Garut Versi Sekolah

Sementara itu, Kepala sekolah SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi mengatakan, duduk persoalan awalnya terjadi ketika PN dinyatakan tidak naik kelas. PN semasa hidupnya duduk di bangku kelas 10 atau kelas 1 SMA. 

Pihak sekolah sempat memanggil orang tua murid dan yang bersangkutan pun datang. Pihak sekolah kemudian menjelaskan, PN tidak menuntaskan 7 mata pelajaran. 

“Tidak naik kelas di kelas 10, karena 7 mata pelajaran tidak tuntas sementara untuk syarat kenaikan kelas itu 3. Sebelum rapat pleno orang tuanya dipanggil, itu hari Rabu dipanggil. Kemudian pulang ibunya sore itu dan menerima tidak naik kelas,” kata Dadang Mulyadi.

Menurut Dadang, gerak-gerik orang tua siswa berubah ketika akan pulang. Terlihat yang bersangkutan mendokumentasi mobil SMAN 6 Garut dengan latar lapang olahraga. 

Dadang menambahkan, tak mengetahui maksud dan tujuan orang tua murid tersebut. Namun besoknya ditentukan melalui rapat pleno, siswa P (semasa hidup) tidak naik kelas.

“Ibu itu juga foto mobil SMA 6 dengan lapang olahraga. Besoknya bikin status bercerita tentang anaknya yang bernasib malang di SMA 6. Kami pun tidak tahu maksudnya apa itu. Lalu besoknya rapat pleno ditentukan anak tersebut tidak naik kelas,” tambahnya.

Pihak sekolah sempat memberi solusi kepada orang tua, jika PN bisa melanjutkan sekolah di SMAN 6 Garut tetap di kelas 10 atau pindah sekolah bisa naik kelas 11. Namun sayangnya orang tua PN membuat status di media sosial Instagram bahwa SMAN 6 Garut memaksa anaknya pindah sekolah.

“Kami sempat menyatakan kepada ibunya apakah siswa mau lanjut di sini kelas 10 tidak naik atau pindah naik kelas 11. Malamnya dia bikin status, lalu malam Sabtunya ada juga IG yang menyatakan kami memaksa pindah anaknya dari SMA 6, padahal kami tidak berkata seperti itu,” jelasnya.

Tudingan Bullying Berawal dari Siswa Tak Naik Kelas

Dari rentetan peristiwa tersebut, pihak sekolah dibuat kaget dengan adanya video tentang perundungan. Padahal kenyataannya, menurut Dadang, tidak ada tindakan perundungan terhadap PN. Beberapa guru kemudian memastikan kepada teman sekelas PN, apakah ada insiden perundungan atau tidak, ternyata memang tidak ada.  

“Kemudian di akhir ada muncul pembullyan dan sebagainya, di SMA 6 tidak ada seperti itu, bahkan temannya sebagai ketua kelas juga tidak ada seperti itu. Nanti bisa dibuktikan dengan data yang lengkap,” rincinya.

Dadang menganggap munculnya narasi perundungan setelah sang anak dinyatakan tidak naik kelas. Pihak sekolah pun mengumpulkan banyak bukti dari teman, guru, dan lainnya agar bisa menemukan fakta yang sebenarnya. 

“Munculnya kata pembullyan itu setelah anak tidak naik kelas. Itu sebenarnya kronologis, yang katanya anaknya itu dikucilkan itu sebenarnya tidak ada. Buktinya ada malahan diskusi dan apanya itu, bahkan ada foto,” pungkasnya.

Perkara ini masih dalam tahap penyelidikan polisi. Petugas pun belum bisa menyimpulkan apakah kasus perundungan ini terjadi atau ada faktor lain penyebab almarhum mengakhiri hidupnya.

Baca Juga: Polres Garut Selidiki Kasus Kematian Siswa SMA yang Diduga Jadi Korban Bullying

Sebelumnya diberitakan, siswa SMAN 6 Garut meninggal dunia diduga menjadi korban bully di sekolah. Korban berinisial PN meninggal di rumahnya yang berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Bayongbong, Garut pada Senin (14/7/2025) kemarin.

Video yang memperlihatkan PN mengaku dibully teman-teman sekolahnya viral di media sosial.

Saat sejumlah wartawan berusaha menggali informasi kepada keluarga, yang bersangkutan menolak dengan alasan masih dalam keadaan berkabung. (Pikpik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |