Jangan Sembarang Pakai VPN Gratis, Bisa-Bisa Datamu Malah Dijual

6 hours ago 9

tirto.id - Seiring makin tingginya kesadaran pengguna internet akan bahaya dari aktivitas dunia maya, Virtual Private Network (VPN) pun menjelma menjadi kebutuhan, bukan lagi sekadar cara mengakali "situs yang diblokir Kominfo". Para penyedia VPN pun berlomba-lomba mempromosikan diri dengan "perlindungan terhadap anonimitas" sebagai seruan utamanya.

Ketika mendapat promosi demikian, wajar apabila banyak pengguna yang lantas menganggap bahwa semua penyedia VPN dapat melindungi data mereka sepenuhnya. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu, terutama jika kita berbicara tentang VPN gratis.

Tidak semua penyedia VPN berniat sungguh-sungguh melindungi data penggunanya. Tak jarang, mereka justru mencuri, lalu menjual data-data itu ke pihak lain.

Ilusi Privasi dengan VPN Gratis

VPN bekerja dengan cara mengenkripsi lalu lintas internet dan mengubah rutenya melalui server jarak jauh, menyembunyikan alamat IP, serta membuat segala aktivitas pengguna menjadi jauh lebih sulit dilacak oleh siapa pun. Dari sinilah muncul ilusi bahwa pengguna dapat menjelajah dengan aman secara anonim.

Namun, yang sering kali tidak disadari oleh pengguna adalah bahwa mengoperasikan layanan VPN membutuhkan sumber daya besar, termasuk server, bandwidth, dan dukungan teknis. Jika pengguna tidak membayar layanan tersebut, bagaimana perusahaan dapat mempertahankan operasinya?

Jawabannya adalah dengan memonetisasi data pengguna. Sejumlah penyedia VPN gratis mengumpulkan dan menjual data pengguna ke pengiklan. Selain itu, ada pula yang menyisipkan iklan ke lalu lintas web atau bahkan melakukan praktik yang lebih berbahaya, misalnya menyuntikkan skrip pelacakan ke peramban. Alih-alih meningkatkan privasi, praktik ini justru membuat pengguna makin rentan.

Bahkan jika penyedia VPN gratis mengklaim memiliki kebijakan tanpa pencatatan (no-logging policy) sekalipun, pengguna tetap harus waspada. Tanpa audit independen atau laporan transparansi yang jelas, tidak ada jaminan aktivitas pengguna benar-benar bersifat pribadi. Apalagi, banyak VPN yang akhirnya harus mematuhi aturan hukum setempat, yang membuat mereka wajib menyerahkan data miliknya kepada pihak berwenang.

Satu hal lain yang tak kalah penting adalah ancaman kebocoran data. Para penyedia VPN pun rentan akan serangan peretas. Misalnya, pada Januari lalu, sebuah kelompok bernama Belsen Group mengumumkan telah mencuri lebih dari 15.000 data dan kredensial VPN perangkat FortiGate.

Ilsutrasi data pribadiIlustrasi data pribadi. FOTO/iStockphoto

Bahaya Tersembunyi VPN Gratis

Selain model bisnis yang sering kali bergantung pada pengumpulan data, cakupan risiko VPN gratis sebenarnya masih lebih luas lagi. Beberapa VPN gratis diketahui mengandung malware, spyware, dan perangkat lunak berbahaya lainnya, yang justru membahayakan keamanan pengguna. Para provider nakal ini bahkan merutekan lalu lintas pengguna melalui server yang telah terkompromi dan membuat pengguna lebih rentan terhadap ancaman siber.

Selain itu, banyak VPN gratis yang tidak transparan dalam hal langkah-langkah keamanan dan kebijakan. Beberapa di antaranya bahkan tidak menggunakan protokol enkripsi yang kuat sehingga data pengguna masih dapat disadap. Ini menciptakan potensi kerentanan yang membuat pemerintah atau peretas dapat mengakses informasi sensitif.

Masalah lain adalah kinerja yang buruk. VPN gratis sering kali memiliki keterbatasan bandwidth yang signifikan, juga koneksi yang tidak stabil dan lambat. Ini membuatnya kurang ideal untuk aktivitas seperti streaming, gaming, atau komunikasi kerja yang aman.

Terakhir, masalah yang bisa dibilang paling mengkhawatirkan dari beberapa VPN gratis adalah penggunaan jaringan peer-to-peer dalam operasinya. Alih-alih menggunakan server khusus, beberapa VPN merutekan lalu lintas pengguna melalui perangkat pengguna lain.

Hal ini tidak hanya memperlambat kecepatan internet, tetapi juga menimbulkan risiko keamanan yang serius. Jika seseorang melakukan aktivitas ilegal dengan bantuan jaringan VPN, kegiatan tersebut bisa ditelusuri oleh pihak tertentu hingga kemudian sampai ke alamat IP pengguna lain, yang sebenarnya tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa.

Bisakah VPN Gratis Dipercaya?

Ini mungkin bakal terdengar mengerikan tetapi VPN berbayar sekalipun tidak semuanya bertanggung jawab. Menurut sebuah studi, 53 persen provider VPN berbayar di Android ternyata juga menjual data pengguna. Artinya, ini sebenarnya bukan cuma soal layanan gratis atau berbayar, melainkan kredibilitas.

Beberapa perusahaan VPN ternama menawarkan versi gratis dengan fungsi terbatas sebagai uji coba untuk layanan berbayar mereka. VPN freemium ini biasanya memiliki batasan akses server dan kuota data. Dengan begitu, mereka bisa memastikan layanan gratisnya tetap berkelanjutan tanpa menggunakan praktik bisnis yang tidak etis.

Saat mempertimbangkan VPN, pengguna harus meneliti kebijakan penyedia terkait pencatatan data, enkripsi, dan model pendanaan mereka. Penyedia VPN wajib secara jelas menyatakan terkait penyimpanan log, pembiayaan operasional, dan langkah-langkah keamanan yang mereka terapkan. Audit pihak ketiga dan ulasan independen juga dapat membantu memverifikasi klaim dari penyedia VPN.

Pengguna juga mesti mempertimbangkan yurisdiksi penyedia VPN. Beberapa negara memiliki undang-undang penyimpanan data ketat. Artinya, penyedia yang beroperasi di sana mungkin secara hukum diwajibkan untuk menyimpan data pengguna dan menyerahkannya kepada pihak berwenang jika diminta. Sebaliknya, VPN yang berbasis di negara ramah privasi mungkin menawarkan perlindungan lebih baik.

Jika Anda membutuhkan perlindungan privasi konsisten dan andal, layanan VPN berbayar yang bona fide tentu merupakan pilihan terbaik. Para provider bona fide, seperti ProtonVPN, NordVPN, dan ExpressVPN, lebih mungkin mematuhi kebijakan ketat terkait privasi, menyediakan enkripsi lebih kuat, serta menawarkan kecepatan dan dukungan pelanggan lebih baik.

Ilustrasi VPNIlustrasi VPN. FOTO/iStockphoto

Alternatif untuk VPN Gratis

Jika VPN berbayar dirasa masih terlalu mahal, ada beberapa cara lain untuk meningkatkan privasi daring tanpa risiko yang terkait dengan VPN gratis. Salah satu opsinya adalah menggunakan jaringan Tor, yang merutekan lalu lintas internet melalui beberapa relay terenkripsi untuk menganonimkan aktivitas pengguna. Meskipun lebih lambat dibandingkan VPN, Tor bisa dibilang lebih bisa dipercaya, terutama bagi mereka yang mengutamakan anonimitas.

Opsi lain adalah mengatur VPN pribadi di server sewaan pribadi. Cara ini memang lebih ribet karena membutuhkan pengetahuan teknis mendalam. Namun, langkah ini memungkinkan pengguna mengendalikan data mereka sendiri, alih-alih bergantung sepenuhnya pada pihak ketiga.

Tanpa memerlukan VPN, pengguna juga bisa meningkatkan keamanan digitalnya dengan menggunakan layanan DNS terenkripsi dan koneksi HTTPS. DNS terenkripsi dapat mencegah penyedia layanan internet yang hendak melacak aktivitas penjelajahan. Sementara itu, HTTPS memastikan bahwa data, yang dipertukarkan antara perangkat pengguna dan situs web, tetap aman.

Pada akhirnya, menjaga privasi daring adalah tentang membuat pilihan yang tepat. Dengan memahami risiko terkait VPN gratis dan menjelajahi alternatif yang lebih aman, kita dapat mengendalikan keamanan digital tanpa harus mengorbankan privasi demi kenyamanan.

Kemudahan yang ditawarkan VPN gratis memang menggoda. Akan tetapi, kita harus mempertimbangkan risiko yang ada. Meskipun para provider itu bisa memberikan akses dasar ke konten yang diblokir secara cuma-cuma, sering kali ada harga yang harus dibayar. Tumbal itu tidak jarang dalam bentuk privasi yang terancam, kerentanan keamanan, dan kinerja yang buruk.

Bagi yang hanya sesekali membutuhkan akses VPN, VPN freemium dari penyedia tepercaya mungkin bisa menjadi solusi. Namun, bagi orang-orang yang mengutamakan keamanan dan anonimitas daring, VPN jelas tetap pilihan terbaik.

Di era digital, ketika privasi data makin penting, dan di sisi lain rentan disalahgunakan, kita harus memastikan bahwa alat yang semestinya melindungi kita tidak justru menjadi sumber risiko dan masalah di kemudian hari.


tirto.id - Mild report

Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadli Nasrudin

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |