KPAI Soroti Kasus Pedofilia di Garut, Pemulihan 15 Orang Korban Perlu Berkala dan Sistematis

21 hours ago 12

harapanrakyat.com,- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Daerah Tasikmalaya, yang juga membawahi wilayah kerja Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyoroti soal kasus pedofilia yang dilakukan oleh oknum guru ngaji berinisial IG di Kecamatan Cikajang.

Selain jumlah korban yang bertambah dari 10 menjadi 15 anak, KPAI juga berencana menyiapkan tim untuk proses terapi dan rehabilitasi para korban.

Tersangka IG yang kini telah ditahan oleh Polres Garut, perlu hukuman berat agar kasus ini bisa menjadi cermin. Sehingga pelaku serupa bisa berpikir dua kali untuk berbuat cabul kepada anak di bawah umur.

Baca Juga: Jumlah Korban Pedofilia Oknum Guru Ngaji di Garut Bertambah Jadi 15 Anak

Ketua KPAI Daerah Tasikmalaya, Ato Rinanto mengatakan, pihaknya tengah menganalisa, termasuk menerima informasi adanya perubahan karakter terhadap korban dalam kasus pedofilia di Garut.

Perubahan karakter itu biasanya terjadi pada korban akibat trauma, sehingga perlu terapi khusus oleh tim ahli, termasuk psikolog.

“Yang biasa kami lakukan dalam analisa, kenapa anak mengalami perubahan karakter. Karena memang anak sedang trauma, jadi ada beberapa langkah untuk terapi para korban. Biasanya yang kami lakukan adalah menyiapkan tim terdiri dari tim psikolog, terapi dan tenaga ahli lainya,” kata Ato, Jumat (13/6/2025).

Penyembuhan Trauma Anak Korban Kasus Pedofilia di Garut

Proses penyembuhan trauma anak yang menjadi korban itu memerlukan tahapan, serta secara berkala. Jadi pemulihannya tidak hanya dilakukan satu kali, melainkan harus sistematis. Karena perbuatan pelaku pencabulan masih akan berbekas dalam ingatan korban.

Selain itu, lanjut Ato, peran keluarga juga menjadi salah satu penunjang anak tersebut bisa cepat pulih. Hal itu tentu akan menjadi dorongan agar korban bisa tenang menghadapi persoalan ini.

“Dilakukannya secara berkala, sistematis, terukur dan terencana. Sehingga butuh dukungan dari keluarga untuk bisa tampil memberikan kebutuhan anak-anak. Agar anak bisa tenang jiwanya menghadapi persoalan seperti ini,” tambahnya.

Lanjut Ato, dalam kasus pedofilia yang terjadi di Garut, spirit dari lingkungan keluarga, sekolah, serta pemerintah sangat penting bagi para korban.

Bukan harus dipikul hanya oleh keluarga korban saja, tetapi negara pun perlu hadir untuk bisa melakukan pemulihan korban, termasuk keluarga korban.

“Tahapan yang harus dilakukan agar anak bisa menemukan jati dirinya adalah peran keluarga. Peran orang tua untuk bisa memberikan motivasi, spirit dan penguatan kepada anak. Kami akan bersama-sama dengan tamu pemerintah untuk membantu melakukan evaluasi, rehabilitasi yang terencana, dan membuat tim yang solid dalam rangka untuk memulihkan,” jelasnya.

Baca Juga: Bejat, Oknum Guru Ngaji di Garut Diduga Cabuli 10 Murid Laki-laki sejak Tahun 2023, Kini Mendekam di Penjara

Pasca terjadi kasus pedofilia di Garut dengan jumlah korban tidak sedikit, pemerintah serta unsur lainya sangat perlu sosialisasi bahaya pedofil di seluruh lingkungan.

Karena biasanya perbuatan ini akan terjadi apabila pengawasan dari sekitar lingkungan kurang peka. Sehingga kejadian yang serupa kerap terbongkar dalam kurun waktu cukup lama.

“Pemkab wajib melakukan sosialisasi dengan pihak lain, supaya peristiwa ini tidak terjadi dikemudian hari,” pungkasnya. (Pikpik/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |