tirto.id - Agama Islam memiliki beberapa pilar iman yang harus diyakini oleh setiap muslim. Apa saja pilar-pilar keimanan tersebut dan penjelasannya?
Iman dalam Islam merupakan dasar atau pokok kepercayaan yang harus diyakini setiap muslim. Jika tak memiliki iman, seseorang dianggap tidak sah menganut Islam.
Pilar-pilar keimanan telah disebutkan dalam hadis dari Umar bin Khattab, ketika malaikat Jibril menyaru menjadi seorang laki-laki, ia bertanya kepada Nabi Muhammad:
" ... 'Beritahukan kepadaku tentang iman.' Rasulullah SAW menjawab 'Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.' Orang tadi [Jibril] berkata, 'Engkau benar'." (HR. Muslim)
Pengertian Iman dalam Agama Islam
Mengutip dari E-Modul PAI, Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana - yu’minu - imanan, yang berarti beriman atau percaya. Adapun definisi iman menurut bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan atau keteguhan hati.
Imam Syafi’i dalam sebuah kitab Al-‘Umm mengatakan, sesungguhnya yang disebut dengan iman adalah suatu ucapan, suatu perbuatan dan suatu niat, yang tidak sempurna salah satunya jika tidak bersamaan dengan yang lain.
Dilansir dari laman NU Online, berdasarkan pandangan ulama Al-Jurjani (wafat pada 816 H) dalam At-Takrifat, secara bahasa, iman adalah membenarkan dengan hati. Sementara menurut syariat, iman adalah meyakini dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan.
Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Ibnu Hazm Al-Andalusi Al-Qurthubi (wafat pada 456 H) dalam Al-Fashlu fil Milal. Hanya saja, menurut Ibnu Hazm, keyakinan hati dan pengakuan lisan itu harus berlangsung secara bersamaan.
Ia menambahkan bahwa amal perbuatan tidak termasuk ke dalam unsur definisi iman, sebagaimana yang dikemukakan para ulama lain. Amal perbuatan adalah konsekuensi dari iman itu sendiri.
Oleh karena itu, berdasarkan definisi di atas, Al-Jurjani mengatakan, orang yang bersaksi (berikrar) dan meyakini, tetapi tidak beramal, maka dia adalah fasik.
Sementara itu, orang yang bersaksi dan beramal, tetapi tidak meyakini, maka dia adalah munafik. Orang yang tidak bersaksi, meskipun meyakini dan beramal, tetaplah dia orang yang kufur.
Penjelasan 6 Pilar Iman dalam Agama Islam
Rukun iman ada enam. Rukun iman wajib dimiliki oleh setiap muslim. Beriman tapi meninggalkan salah satu dari enam rukun iman tersebut, maka gugurlah keimanannya.
Dalil rukun iman terdapat di dalam Al-Qur-an. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh,” (QS. An-Nisa: 136)
Selain itu, setiap muslim juga wajib mengimani adanya takdir. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.” (QS. Al-Qamar: 49)
Penjelasan dari masing-masing rukun iman sebagai berikut:
1. Iman kepada Allah
Orang mukmin sejati yaitu mereka beriman kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah.” (An-Nūr: 62)
Adapun beriman kepada Allah artinya setiap muslim mengimani tentang keberadaan-Nya. Selanjutnya, orang mukmin mengimani pula tentang ketuhanan (rububiyah) Allah yang berarti Dia-lah pemilik segala sesuatu, menciptakannya, memberikan rezeki, dan mengatur segala urusan.
Selain itu, iman kepada Allah juga meyakini bahwa Allah satu-satunya zat yang berhak disembah dengan berbagai jenis ibadah yang dituntunkan. Semua bentuk ibadah ditujukan hanya untuk Allah dan tidak ada sekutu lainnya. Misalnya dalam bentuk doa, salat, penyembelihan, meminta perlindungan, dan lainnya.
Terakhir, mengimani Allah juga artinya meyakini kebenaran nama-nama dan sifat Allah yang Dia tetapkan untuk diri-NYa, atau ditetapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Nama dan sifat tersebut menjadi puncak dari kesempurnaan dan keindahan.
2. Iman kepada malaikat
Iman kepada malaikat artinya meyakini Allah memiliki makhluk dan hamba yang diciptakan dari cahaya. Malaikat selalu taat dan tunduk kepada Allah.
Tidak ada yang mengetahui secara detail kekuatan malaikat dan jumlah mereka selain Allah. Mereka mempunyai sifat, nama, hingga tugas khusus dari Allah subhanahu wa ta'ala. Salah satu malaikat yang dikenal yaitu Jibril sebagai penyampai wahyu untuk Rasul Allah.
3. Iman kepada kitab
Iman kepada kitab artinya membenarnya bahwa semua kitab samawi merupakan firman Allah. Semua kitab diturunkan dari sisi Allah untuk pada rasul. Kitab-kitab ini menjadi pedoman bagi hamba untuk menggapai jalan yang benar dan diridai Allah.
Selain itu, iman ini juga bermakna bahwa seorang mukmin meyakini Al-Qur'an sebagai penyempurna syariat dari kitab-kitab terdahulu. Kitab-kitab yang diketahui yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an. Allah telah menjadikan Al-Qur'an sebagai pengganti kitab-kitab samawi dan langsung dijaga oleh-Nya.
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur`ān dan Kamilah yang menjaganya.”(Al-Ḥijr: 9)
4. Iman kepada para rasul
Pilar iman selanjutnya yaitu membenarkan bahwa rasul telah diutus Allah pada tiap-tiap umat agar mereka beribadah hanya untuk Allah. Selain itu, para rasul juga mengajak untuk mengingkari sesembahan selain Allah subhanahu wa ta'ala.
Pilar ini mesti diyakini bahwa semua rasul berjalan di atas petunjuk Allah dalam kebenaran. Mereka adalah lelaki yang bertakwa dan senantiasa memegang amanah. Mereka juga mengemban semua pesan dari Allah untuk kaumnya.
5. Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir adalah pilar keimanan yang membenarkan semua yang berkaitan dengan kedatangan hari kiamat. Kabar mengenai kiamat telah dikabarkan dalam Al-Qur'an dan sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Keimanan ini mencakup pula adanya proses setelah kiamat seperti hari dibangkitkan, adanya syafaat, penghitungan amal, hingga surga dan neraka.
6. Iman kepada takdir baik dan buruk
Iman pada takdir artinya meyakini semua kejadian pada makhluk Allah di dunia sesuai dengan dengan kodrat dan pengaturan Allah. Takdir-takdir tersebut telah ditulis pada Lauh Mahfuz sebelum adanya penciptaan manusia. Meski manusia mempunyai keinginan dan tindakan, semua itu tidak lepas dari ilmu dan kehendak Allah.
tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar