Bangsawan keturunan Simbuang dari Toraja bagian barat terkenal sebagai pendiri sejarah Kerajaan Sawitto. Dalam kisah sejarahnya, kerajaan ini meninggalkan berbagai peninggalan arkeolog yang penting. Termasuk istana, tempayan, benteng tanah, makam, masjid, dan keramik. Peninggalan-peninggalan ini menjadi saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Sawitto di masa lalu.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Huamual, Kekuasaan di Jazirah Seram Barat
Kisah Sejarah Kerajaan Sawitto
Kerajaan Sawitto adalah salah satu kerajaan yang tergabung dalam konfederasi Ajatappareng, yang terletak di pesisir barat Sulawesi Selatan. Dalam kisah sejarahnya, wilayah Kerajaan Sawitto terkenal dengan daerah persawahan yang subur.
Sebagian besar masyarakatnya mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Ini menjadikan sektor pertanian sebagai aspek penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial kerajaan tersebut.
Dalam perkembangannya, Kerajaan Sawitto mengalami pengaruh budaya Bugis melalui konflik maupun pernikahan yang dilakukan oleh para bangsawan dari berbagai kerajaan di wilayah Sulawesi bagian Selatan pada zamannya. Proses ini membawa dampak signifikan terhadap struktur politik dan budaya kerajaan tersebut.
Pemerintah Kerajaan Sawitto meninggalkan berbagai peninggalan arkeolog yang penting, termasuk benteng tanah dan istana yang menjadi saksi kejayaan kerajaan tersebut. Selain itu, terdapat pula peninggalan sejarah lainnya. Seperti makam, masjid, dan berbagai artefak lainnya yang memberikan gambaran tentang kehidupan dan budaya masyarakat Sawitto pada masa itu.
Kehidupan Masyarakat Kerajaan Sawitto
Sejarah Kerajaan Sawitto mencerminkan kehidupan masyarakatnya yang sederhana dan bergantung pada pertanian. Masyarakat kerajaan ini sebagian besar bekerja sebagai petani di wilayah persawahan yang subur dan luas, seperti di daerah Tiroang, Loloang, Rangamma, dan Langnga.
Mereka menanam berbagai komoditas pertanian, termasuk padi, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan tanaman wijen. Kehidupan mereka sangat terhubung dengan alam dan pertanian, yang menjadi sumber utama penghidupan bagi masyarakat Kerajaan Sawitto pada masa itu.
Fakta Peninggalan Arkeolog
Seperti pada ulasan sebelumnya, terdapat sejumlah peninggalan sejarah yang berkaitan dengan pemerintahan Kerajaan Sawitto. Salah satunya adalah benteng tanah yang memiliki bentuk lingkaran. Namun, seiring berjalannya waktu, benteng ini mengalami perubahan bentuk karena telah masyarakat gunakan sebagai pematang sawah dan bagian dari lahan pertanian.
Istana Kerajaan Sawitto terletak di jalan poros Pinrang – Sidenreng Rappang. Pada awalnya, bangunan istana ini terbuat dari kayu. Namun seiring waktu mengalami perbaikan dan kini sebagian besar bangunannya telah berganti dengan bahan batuan.
Baca Juga: Arca Buddha Vajrasattva, Peninggalan Penting Kerajaan Kediri
Salah satu peninggalan arkeolog yang erat kaitannya dengan masyarakat Kerajaan Sawitto adalah tempayan kremasi, yang pertama kali ditemukan di sebuah makam kuno di Kelurahan Memorang. Selain itu, terdapat juga kompleks makam di wilayah Makam La Tenri Tatta Matinroe yang merupakan situs bersejarah.
Masjid Lapamessang yang berdiri pada tahun 1750 M di Desa Lapamessang, juga menjadi salah satu peninggalan penting. Masjid ini memiliki bentuk persegi empat dengan atap tumpang, mencerminkan arsitektur tradisional pada masanya.
Selain itu, ditemukan pula keramik dari berbagai dinasti yang menjadi bukti hubungan perdagangan dan budaya Kerajaan Sawitto dengan dunia luar. Keramik yang ditemukan berasal dari Dinasti Yuan (abad ke-13 hingga 14), Dinasti Ming (abad ke-15 hingga 16), dan Sawankhalok (abad ke-14 hingga 16), yang menggambarkan pengaruh luar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sawitto.
Sejarah Politik
Dalam sejarah Kerajaan Sawitto, kerajaan ini merupakan bagian dari konfederasi Ajatappareng yang terletak di bagian barat Sulawesi Selatan. Ajatappareng adalah kawasan historis yang mencakup persekutuan lima kerajaan, yaitu Sidenreng, Suppa, Rappang, Sawitto, dan Alitta.
Kerajaan Sawitto bergabung dengan keempat kerajaan lainnya dalam konfederasi ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, menegaskan persatuan dan persaudaraan, serta membentuk kekuatan bersama dalam menghadapi ancaman dari kerajaan-kerajaan lainnya.
Sebagai bagian dari konfederasi, Kerajaan Sawitto juga membangun kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan dengan persekutuan Massenrengpulu. Selain itu, Kerajaan Sawitto bekerja sama dengan Kedatuan Suppa untuk menguasai daerah pesisir barat Sulawesi Selatan, dengan tujuan menjadikan Kerajaan Suppa sebagai pusat perdagangan terbesar di wilayah tersebut.
Kerjasama ini membawa mereka untuk menguasai berbagai wilayah seperti Leworeng, Bulu Kapa, Lemo-Lemo, Bonto-Bonto, Bantaeng, Passokorang, dan Segeri. Selain itu, mereka juga berhasil menaklukkan daerah-daerah seperti Mamuju, Baroko, Kaili Kali, dan Toli-Toli.
Konfederasi Ajatappareng ini memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat, karena lima raja yang membentuk konfederasi tersebut saling berkerabat. Hal ini dimungkinkan melalui pernikahan antar bangsawan, termasuk yang terjadi di Kerajaan Sawitto.
Selama masa berdirinya, Kerajaan Sawitto berada di bawah kepemimpinan 25 orang raja, dengan sekitar 9 di antaranya adalah perempuan. Kerajaan Sawitto menjalin pernikahan politik dengan sejumlah kerajaan lain dalam konfederasi Ajatappareng, termasuk Kedatuan Suppa, Kerajaan Alitta, dan Kerajaan Sidenreng.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama Nusantara
Selain itu, mereka juga melakukan pernikahan politik dengan kerajaan-kerajaan besar lainnya di Sulawesi, seperti Kerajaan Bone, Soppeng, Wajo, Tanete, dan Kerajaan Balanipa. Hubungan politik ini tercatat dalam sejarah Kerajaan Sawitto sebagai bagian penting dari keberadaan Kerajaan Sawitto di Indonesia. (R10/HR-Online)