Sejarah perang riddah dalam Islam orang tersebut mempunyai peranan yang sangat penting. Demikian mengenai seperti apa sejarahnya ternyata masih banyak orang yang belum mengetahui. Hal itulah yang membuat kita sebagai generasi muda untuk mempelajari akan hal tersebut. Sebagai salah satu upaya atau bukti bahwa kita menghargai dan menghormati perjuangan para sahabat nabi.
Baca Juga: Kisah Nabi Daniel dalam Sejarah Islam dan Masjidnya di Alexandria Mesir
Nama perang riddah atau disebut juga perang melawan kemurtadan terjadi pada saat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Siddiq. Terjadi pada tahun 632 dan 633 masehi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Apakah dalam perang tersebut Abu Bakar menjadi pemenangnya?
Selain itu, apa saja kerugian yang terjadi pada saat perang tersebut terjadi? Itulah pentingnya menuntut ilmu yang diwajibkan dalam Islam. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita tentang agama Islam.
Sejarah Perang Riddah dalam Islam
Kita tahu bahwa adanya agama Islam sampai saat ini itu tidak luput dari beberapa peristiwa peperangan yang terjadi pada zaman dahulu. Ketika pada zaman dahulu Nabi Muhammad SAW dan para sahabat tidak semangat nilai Islam, mungkin sampai saat ini kita masih berada di zaman Jahiliyah.
Tepat sekali, sesudah Rasulullah SAW wafat Sayyidina Abu Bakar As Siddiq merupakan pemimpin atau khalifah yang pertama. Setelah beliau menjabat ternyata Abu Bakar langsung mendapatkan permasalahan dari bangsa Arab. Berupa terdapat banyak kaum yang murtad dari Islam. Selain itu ada penyebab lain yakni mereka tetap dalam Islam tetapi tidak mau lagi membayar zakat.
Alasan mereka enggan membayar zakat karena adanya anggapan bahwa zakat itu merupakan yang sudah tidak berlaku lagi ketika Rasulullah SAW wafat. Tentu peristiwa tersebut membuat khalifah pertama merasa bingung. Kemudian, beliau memutuskan untuk bermusyawarah dengan sahabat besar lainnya. Tujuannya adalah meminta saran untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan baik dan benar.
Sulit Menemukan Solusi Terbaik
Ternyata ketika Musyawarah tersebut berlangsung, tidak berjalan dengan tenang. Melainkan berjalan dengan cukup sengit, berkepanjangan dan saling berlawanan. Umar dan sahabat-sahabat mempunyai pendapat untuk tidak memerangi mereka yang enggan menunaikan zakat namun tetap beriman pada Allah dan rasulnya.
Baca Juga: Sejarah Islam di Indonesia Terangkum dalam Beberapa Teori
Akan tetapi, mayoritas sahabat juga tidak menginginkan terjadinya peperangan. Dalam hal ini ternyata Abu Bakar As Siddiq lebih mendukung golongan minoritas. Mengenai hal tersebut Ia juga mempunyai pendirian yang sangat keras. Bahkan beliau juga mengatakan, “Demi Allah SWT, orang yang berkeberatan melakukan zakat padaku yang dahulu mereka lakukan pada Rasulullah SAW, akan aku perangi”.
Mendengar keputusan dari Abu Bakar mengenai peperangan tersebut sebenarnya membuat Umar Bin Khattab merasa khawatir. Umar takut kalau jalan yang mereka pilih itu akan menyebabkan dampak negatif bagi kaum muslimin. Umar Bin Khattab juga berkata, “Bagaimana kita bisa memerangi orang yang sudah Rasulullah katakan, “Aku diperintahkan untuk memerangi orang sampai mereka berkata bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad merupakan utusannya. Siapapun yang berkata seperti itu darah serta hartanya terjamin kecuali dengan alasan serta masalahnya kembali pada Allah””.
Kendati demikian, Abu Bakar As Siddiq tanpa ragu langsung menjawab, bahwa ia akan memerangi siapapun yang memisahkan salat dengan zakat. Itulah permulaan sejarah perang riddah.
Ketegasan Pemimpin
Pada saat akan terjadinya perang tersebut AllAh tidak memberikan janji kemenangan kepada mereka. Selain itu pada saat itu juga wahyu sudah tidak diturunkan kepada rahasia apapun. Karena memang Nabi Muhammad SAW merupakan penutup.
Abu Bakar As Siddiq yang bersikeras untuk tetap memerangi mereka yang murtad dan enggan membayar zakat sebenarnya merupakan sikap ketegasan seorang pemimpin. Untuk memberantas mereka yang terjebak dalam aliran sesat.
Baca Juga: Sahabat Nabi yang Galak untuk Menegakkan Keadilan dalam Islam
Dalam sejarah perang riddah itu ternyata melibatkan ratusan orang dari pasukan Khalifah dan pihak lawan. Pada saat itu juga terdapat banyak orang yang terbunuh. Namun ketika pada saat itu Abu Bakar tidak memilih untuk memerangi mereka, mungkin sampai saat ini kita juga tidak bisa menikmati agama Islam dengan nyaman dan tenang. Untuk itu mari bersama menjadi umat muslim yang terus memupuk keimanan juga keislaman. (R10/HR-Online)