Zahir bin Haram mempunyai kisah dan yang mengandung hikmah dan pelajaran mendalam tentang keimanan dan kehidupan untuk kita. Nama tersebut sebenarnya hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW. Merupakan sahabat rasulullah yang berasal dari Bani Aswaj yang tinggal di pedalaman atau dusun.
Baca Juga: Khalid bin Walid, Sahabat Nabi Memukul Jin dan Membunuhnya
Sahabat nabi tersebut juga merupakan seorang pria yang sederhana. Akan tetapi banyak orang yang tidak suka dengan ia. Hal tersebut terjadi karena ia mempunyai penampilan fisik yang tidak menarik. Lebih tepatnya Zahir mempunyai wajah yang buruk. Menyebabkan sebagian orang Madinah enggan untuk berteman dengannya.
Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Nabi Muhammad SAW. Justru beliau melihat sahabatnya tersebut dengan pandangan yang berbeda. Penuh kasih dan penghargaan terhadap manusia. Rasulullah SAW juga tidak memandang rupa ataupun status sosial dalam berteman atau menjalin silaturahmi.
Zahir bin Haram dan Kisahnya
Ketahuilah selain terkenal sebagai laki-laki yang tinggal di pedalaman, Zahir juga merupakan seorang pedagang kecil. Ia mempunyai kebiasaan yakni sering membawa barang dagangan dari pedalaman ke kota. Selain itu ia juga sering menemui Baginda Nabi SAW.
Nabi Muhammad SAW ternyata juga menyambutnya dengan canda dan penuh keramahan. Bahkan beliau mengakui jika laki-laki buruk rupa tersebut merupakan sahabatnya yang berasal dari pedalaman dan beliau merupakan sahabat yang berasal dari kota.
Adanya ungkapan tersebut sebenarnya menunjukkan betapa dekatnya hubungan Nabi SAW Zahir bin Haram. Walaupun mereka mempunyai status sosial yang berbeda.
Diejek Banyak Orang
Tapi ternyata tidak semua orang Madinah mau menghormati dan menghargai juga bersahabat dengan Zahir seperti yang sudah Nabi SAW lakukan. Adakalanya mereka menjadikan sahabat nabi tersebut sebagai bahan ejekan karena memang penampilannya yang kurang menarik.
Baca Juga: Sahabat Nabi yang Galak untuk Menegakkan Keadilan dalam Islam
Suatu hari ketika Zahir sedang berdagang tiba-tiba Nabi Muhammad SAW memeluknya dari belakang. Hal tersebut membuat ia sangat kaget dan mencoba melepaskan diri. Dengan suasana bercanda Nabi SAW berkata kepada kerumunan mengenai siapa yang mau membeli budak. Dengan sedih sahabatnya yang berasal dari pedalaman tersebut bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang membeli orang jelek sepertiku? “
Mendengar ucapan Zahir, Rasulullah SAW menjawab, “Akan tetapi di sisi Allah engkau sangatlah berharga”. Jawaban tersebut ternyata membuat Zahir bin Haram merasa terhibur. Jawaban Nabi SAW tersebut juga menegaskan nilai seseorang di mata Allah itu tidak hanya berdasarkan kekayaan, status sosial ataupun fisik. Melainkan karena ketakwaan dan kebaikan hatinya.
Hikmah dalam Kisah
Setiap kisah yang terjadi pada zaman Nabi SAW ataupun nabi-nabi sebelumnya memang mempunyai hikmah dan pembelajaran yang bisa kita ambil. Kita sebagai manusia sudah seharusnya tidak boleh membeda-bedakan dalam pertemanan. Karena di hadapan Allah status kita hanyalah seorang hamba. Baik itu bagi mereka yang kaya, miskin ataupun merupakan seorang penguasa.
Tinggalkan kebiasaan berteman dengan orang lain karena wajah ataupun kekayaannya. Karena bagusnya rupa akan keriput ketika sudah tua. Banyaknya harta itu hanya titipan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi apa yang harus kita banggakan?
Tugas kita di dunia itu hanya harus memperbanyak amal kebaikan dan mengajak orang lain untuk melakukan hal tersebut. Kisah dari Zahir bin Haram mari kita jadikan teladan dan pengingat dalam hidup. Allah itu tidak hanya mencintai orang yang mempunyai rupa menawan. Karena semua itu rugi ketika orang tersebut tidak bertakwa dan beriman kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh.
Kebaikan hati seseorang juga mencerminkan ketakwaan yang membuat Allah SWT akan semakin menyayanginya meskipun mempunyai rupa yang buruk. Ingat semua itu merupakan pemberian dari Allah SWT yang sudah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.
Seharusnya kita tidak perlu mengubah dengan alasan apapun. Pasalnya sekarang ini banyak orang yang rela melakukan perubahan dari bentuk tubuh ataupun wajah untuk membuat penampilannya sempurna. Hal tersebut sebenarnya tidak menunjukkan sikap bersyukur atas anugerah dari Allah SWT. Bukankah Allah itu adalah yang lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya.
Baca Juga: Sahabat Nabi yang Syahid Tapi Masuk Neraka Adalah Quzman
Dalam kisah Zahir bin Haram tersebut, Nabi Muhammad SAW juga menunjukkan sifat untuk kita tidak merendahkan atau menghina orang lain. Justru beliau mengajarkan kepada kita untuk menilai seseorang itu berdasarkan amal perbuatannya dan berdasarkan hatinya. (R10/HR-Online)