harapanrakyat.com,- Di tengah gempuran modernisasi, SMP Plus dan SMK Pasawahan, Kecamatan Banjaranyar, Ciamis, tetap teguh mempertahankan model pembelajaran berbasis pertanian. Didirikan oleh para petani yang tergabung dalam Serikat Petani Pasundan (SPP), dua institusi pendidikan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Pasundan Indonesia ini sukses melahirkan generasi muda yang unggul di bidang pertanian, membekali mereka dengan ilmu bertani dan potensi keuntungan finansial.
SMP Plus (pertanian) Pasawahan didirikan lebih dulu pada tahun 2004. Pendiriannya didukung oleh tokoh-tokoh SPP saat itu, seperti H. Nanang Permana (kini Ketua DPRD Ciamis), Hendra Sukarman alias Ebo (Dosen Unigal), Syarif Sutiarsa (mantan anggota DPRD Ciamis), dan Sarno Maulana (mantan Ketua KPU Ciamis). Latar belakang pendirian sekolah ini adalah minimnya lembaga pendidikan menengah di Desa Pasawahan, yang mengharuskan siswa menempuh jarak cukup jauh ke pusat Kecamatan Banjarsari.
Beberapa tahun setelah SMP Plus Pasawahan beroperasi, tepatnya pada tahun 2008, didirikan pula SMK Pasawahan dengan satu jurusan, yaitu pertanian. Kepala SMK Pasawahan, Paryono, menjelaskan bahwa kedua sekolah ini dibangun dengan semangat para petani sebagai pusat edukasi dan ekonomi petani.
“Dua lembaga sekolah ini dibangun oleh semangat para petani, dengan harapan generasi penerus tetap menjaga dan mempertahankan sektor pertanian sebagai bekal kedaulatan pangan masyarakat,” ungkap Paryono pada Sabtu (19/7/2025).
SMP Plus dan SMK Pasawahan Ciamis Fokus pada Praktik dan Hasil Nyata
Saat ini, baik SMK Pasawahan maupun SMP Plus Pasawahan masing-masing memiliki 3 kelas, dengan total siswa SMK 130 orang dan SMP Plus 113 orang. Dengan hanya satu jurusan di SMK, setiap tingkat kelas diisi oleh satu rombongan belajar, begitu pula di SMP Plus Pasawahan.
Paryono menjelaskan bahwa pembelajaran di SMP Plus dan SMK Pasawahan mengutamakan praktik, dengan porsi 40 persen teori dan 60 persen praktik. Para siswa diberi lahan garapan seluas 20 meter persegi untuk praktik. Mereka dibekali teori mulai dari persiapan lahan, pemilihan benih, penanaman, pemupukan, perawatan, hingga panen. Bahkan, para siswa diberikan keleluasaan untuk memasarkan hasil panen mereka.
“Alhamdulillah, praktik yang dilakukan para siswa ini berhasil. Bahkan, mereka bisa meraup keuntungan besar dari tanaman yang mereka tanam,” kata Paryono.
Sebagai contoh, ada kelompok siswa berjumlah 4 orang yang menggarap lahan 80 meter persegi dengan menanam cabai rawit. Selama satu tahun, mereka berhasil mendapatkan keuntungan sebesar Rp 25 juta dari hasil panen cabai rawit. “Uang yang mereka dapat ini untuk mereka, sekolah tidak meminta. Ada yang dibelikan domba, ditabungkan, dan lainnya sesuai kebutuhan siswa itu sendiri,” jelas Paryono.
Berbagai tanaman hortikultura ditanam oleh para siswa, mulai dari cabai rawit, cabai merah, cabai hijau, tomat, jahe, pakcoy, caosin, hingga jagung, singkong, dan tanaman buah lainnya. “Intinya para siswa diajarkan bagaimana cara bertani yang baik dan benar. Sehingga setelah mereka lulus, mereka memiliki kemampuan bertani sebagai bekal menggarap lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” ujarnya.
Peran Lahan dan Tantangan Masa Depan
Paryono menambahkan, Yayasan Pendidikan Pasundan Indonesia yang membawahi SMP Plus dan SMK Pasawahan memiliki lahan sekitar 6 hektare. Lahan ini merupakan hasil redistribusi dari tanah negara di wilayah tersebut. Sebelumnya, negara memberikan lahan secara gratis kepada petani di Desa Pasawahan seluas 320 hektar melalui program redistribusi. “Sebenarnya Yayasan Pendidikan Pasundan Indonesia ini mendapat 7 hektar lahan, hanya 1 hektarnya kita hibahkan ke pemerintah Desa Pasawahan,” tutur Paryono.
Meyakinkan anak-anak petani di perbukitan Banjaranyar untuk tetap setia pada lahan orang tua mereka, di tengah berbagai tekanan dan tawaran, menjadi prioritas utama SMP Plus dan SMK Pasawahan. “Pendidikan kami melampaui teknik bercocok tanam. kami juga membekali mereka dengan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjaga keberlanjutan lahan,” jelas Paryono.
Pihaknya berkomitmen untuk menjadikan pertanian sebagai bidang yang relevan dan menarik bagi kaum muda, menghapus stigma kemiskinan dan keterbelakangan yang dulu melekat. “Visi kami adalah pertanian sebagai profesi yang membanggakan dan menguntungkan. Kami mengajari mereka untuk mencintai bumi dan menemukan kebahagiaan dalam berkarya di sektor pertanian,” pungkasnya.
Dukungan dari Tokoh Daerah
Sementara itu, Ketua DPRD Ciamis, H. Nanang Permana MH, mengungkapkan rasa syukurnya atas perkembangan SMP Plus dan SMK Pasawahan yang berhasil mencetak petani-petani berkualitas.
“Luar biasa sekali, anak-anak di sini selain saat lulus dapat ijazah, mereka juga dapat uang. Lebih dari itu, mereka mendapat pengalaman hidup agar menjadi manusia merdeka,” ungkap H. Nanang usai penanaman bibit pohon kepala bersama siswa SMP Plus dan SMK Pasawahan.
Menurutnya, menjadi petani adalah pekerjaan yang merdeka. “Jangan gengsi menjadi petani, karena petani itu tidak ada yang menyuruh-nyuruh, beda dengan menjadi karyawan harus patuh kepada atasan. Kemudian kalau tidak ada petani, nanti orang-orang mau makan apa. Jadi harus bangga menjadi petani,” tandasanya. (R8/HR Online/Editor Jujang)