tirto.id - Surah An-Nasr mengabarkan tentang pertolongan Allah dan kemenangan kaum muslimin. Apa arti surah An-Nasr dan asbabunnuzul-nya?
Arti surah An-Nashr adalah pertolongan (al 'aun). Surah tersebut menjadi surah dalam Al-Qur'an yang terakhir kali diturunkan secara utuh setelah peristiwah hijrah Nabi ke Madinah. Nama lain dari surah Al-Nasr adalah At-Taudi.
Ulama tafsir, Ibnu Katsir, mengatakan surah An-Nasr turun saat haji Wada' (haji perpisahan). Saat itu, Nabi Muhammad sedang berada di Mina. Pendapat lain mengemukakan, turunnya sebelum penaklukan Makkah (futuh makkah).
Bacaan Surat An-Nasr Lengkap dan Artinya
Surah An Nasr berapa ayat? Surah An-Nasr memiliki tiga ayat dan termasuk surah Madaniyah yang diturunkan di setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. An-Nasr menjadi surah ke-110 dalam Al-Qur'an.
Bacaan surah An-Nasr beserta tulisan latin dan artinya tersaji sebagai berikut:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ . وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
Idzaa jaa-a nashrulloohi wal fath. Waro-aitan naasa yadkhuluuna fii diinillaahi afwaajaa. Fasabbih bihamdi robbika wastaghfirhu innahuu kaana tawwaabaa
Artinya: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (QS. An Nasr: 1-3).
Asbabunnuzul Surah An-Nasr
Ada dua hal yang menjadi penyebab turunnya surah ini. Penyebab pertama yaitu surah An-Nasr mengabarkan kemenangan (fath) dan orang-orang Arab berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Al Hafizh Ibnu Katsir menerangkan, maksud "fath" dalam surah An-Nasr adalah penaklukan Makkah (Fathul Makkah). Pendapat lain seperti dari Syaikh Musthaga Al Adawi, makna "fath" berarti semua penaklukan.
Penaklukkan Kota Makkah terjadi pada Ramadan 8 Hijriah. Saat itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam membawa 10 ribu pasukan keluar Madinah menuju Makkah. Mereka dalam keadaan berpuasa wajib. Dengan izin Allah, Makkah berhasil ditaklukkan umat Islam saat itu.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari Madinah pada bulan Ramadhan bersama 10.000 pasukan. Itu terjadi delapan setengah tahun setelah beliau hijrah ke Madinah. Beliau ketika itu berjalan menuju Makkah bersama kaum muslimin, awalnya dalam keadaan berpuasa. Kemudian mereka sampai pada tempat yang namanya Al-Kadid, yaitu air antara ‘Usfan dan Qudaid. Mereka akhirnya berbuka (membatalkan puasa).” (HR. Bukhari, no. 4276)
Setelah Makkah ditaklukkan, saat itu pula banyak orang kafir masuk Islam termasuk para pembesar Arab. Pembesar Arab ini bangga dengan keislaman yang telah dianutnya. Setelah itu banyak orang berbondong-bondong menyatakan keimanan dengan masuk agama Islam.
Jazirah Arab hampir semua penduduknya beragama Islam selama dua tahun sejak penaklukan itu. Semua ini terjadi atas pertolongan dan karunia Allah.
Di sisi lain, surah An Nasr menjelaskan tentan isyarat telah dekatnya ajal Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam. Hal ini disadari oleh sahabat, seperti Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, yang memiliki keluasan ilmu agama.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari, Ibnu Abbas menyampaikan kisah panjang seperti berikut:
Ibnu Abbas berkata, suatu kali Umar (Umar bin Khattab) membawa serta aku bersama para tetua perang badar. Sebagian dari mereka lalu protes,“Mengapa engkau membawa serta anak muda ini bersama kami? Kami memiliki anak sepertinya.” Umar lalu berkata, “Kalian sudah tahu siapa dia.”
Suatu hari, Umar lalu memanggil mereka dan mengajak serta aku (Ibn Abbas) dan sepertinya Umar memanggilku saat itu untuk menunjukkan sesuatu dariku pada mereka. Umar kemudian berkata, “Menurut kalian, apa isi dari ayat “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (sampai surat selesai) (surah An-Nasr ayat 1-3)?”
Sebagian dari mereka berkata, “Kita diperintah untuk memuji dan meminta ampun kepada Allah, ketika kita memperoleh pertolongan dan kemenangan”. Sebagian lain menjawab,“kami tidak tahu” atau tidak berkata apapun.
Umar lalu bertanya kepadaku, “Hai Ibnu Abbas, apa seperti itu juga yang akan engkau katakan?” Aku menjawab,“Tidak”.“Lalu bagaimana menurutmu?” tanya ‘Umar.
“Itu adalah isyarat ajal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Allah memberi tahu Nabi Muhammad, ketika telah datang pertolongan Allah dan terbukanya kota yaitu kota Makkah, maka itu tanda ajalmu sudah dekat. Maka bertasbihlah dengan memuji kepada allah serta memintalah ampun. Sesungguhnya Allah maha menerima taubat” jawabku.
Umar lalu berkata, “Tidak ada yang aku ketahui dari surat tersebut kecuali yang engkau ketahui.” (HR. Imam Bukhari)
Isi Kandungan Surat An-Nasr dan Maknanya
Makna surah An-Nasr memiliki tiga kandungan utama. Pesan pokok surah An-Nasr yang pertama yaitu menghibur Nabi Muhammad bersama para sahabatnya yang sekian lama berdakwah dan berjuang, serta dihadapkan pada banyak ujian.
Kedua, surah ini juga menjadi janji Allah untuk memberikan pertolongan dan kemenangan pada dakwah tersebut. Selanjutnya, surah ini mengajarkan setiap muslim untuk bertasbih dan meminta ampun di saat terjadi peristiwa menggembirakan.
Terakhir, surah An-Nasr adalah bagian dari janji Allah pada Nabi Muhammad dan para sahabatnya bahwa dalam perjuangan dan dakwah akan diberikan kemenangan. Kemenangan telah didapatkan dengan ditaklukkannya Mekah. Selain itu, efek lainnya adalah masuknya orang-orang kafir untuk memeluk agama Islam secara berbondong-bondong.
Mengapa Nabi Muhammad Diminta Melakukan Istigfar dalam Surah An-Nasr?
Perintah Allah dalam surah An Nasr ayat ke-3 yaitu bertasbih dan beristigfar setelah mendapatkan pertolongan serta ditaklukkannya Kota Makkah. Allah berfirman:
"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (QS. An Nasr: 3)
Sebagai pribadi yang maksum, apalagi yang perlu dimaafkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga perlu istighfar?
Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang lekat dekat kesempurnaan. Beliau memiliki perangai baik dan mengesankan semua akhlaknya.
Ibnu Katsir menggambarkan kemuliaan Nabi Muhammad dalam Tafsirul-Qur`anil-‘Azhim (7/328) yaitu, “Pada seluruh urusannya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam ketaatan, kebaikan, istikamah yang tidak terdapat pada manusia lainnya, baik dari kalangan orang-orang terdahulu, maupun generasi kemudian. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia paling sempurna secara mutlak, dan pemimpin manusia di dunia dan akhirat”.
Di sisi lain, Nabi Muhammad tidak lepas lisannya dari memohon ampun pada Allah, padahal beliau tidak memiliki dosa apa pun. Al-Qadhi Ibnul 'Arabi dalam Zadul Masir (4/350) mengungkap alasan di balik hal tersebut.
Menurut Ibnul 'Arabi, Nabi Muhammad senantiasa beristigfar karena Allah telah memberikan banyak sekali kenikmatan pada beliau. Namun, beliau merasa masih memiliki "kekurangan" dalam menjalankan hak dari kenikmatan tersebut untuk beribadah pada Allah. Kekurangan itu dianggap seperti "dosa-dosa" beliau sehingga memperbanyak istigfar.
Ibnul 'Arabi mengatakan, "Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, (beliau) terbebas darinya (segala kekurangan). Hanya saja, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap (amalan) pribadinya sedikit, lantaran begitu besarnya curahan nikmat yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada beliau. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memandang 'kekurangan' dalam menjalankan hak kenikmatan tersebut (dengan beribadah) sebagai dosa-dosa."
Melalui surah An-Nasr juga bisa diambil pelajaran bagi seluruh umat Islam bahwa Nabi Muhammad yang maksum saja masih menganggap dirinya penuh kekurangan. Beliau mengajarkan untuk memohon ampun pada Allah atas segala dosa yang telah diperbuat. Dari istigfar inilah Allah akan memberikan pertolongannya.
tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar & Ilham Choirul Anwar