Apa Itu Tren Jam Koma yang Viral di Kalangan Gen Z?

3 weeks ago 6

tirto.id - Baru-baru ini ramai di media sosial terkait istilah "Jam Koma", yang banyak disebut oleh gen z, terutama di media sosial TikTok dan X.

Isitilah ini banyak digunakan oleh generasi Z dan menjadi tren. "Jam Koma" dipakai untuk menjelaskan kondisi tertentu yang berkaitan dengan kelelahan dan tidak fokus. Lalu, bagaimana penjelasannya?

Seorang TikTokers, Oslo Ibrahim melalui akun TikToknya @osloibrahim menjelaskan bahwa, “Jam Koma” adalah jam atau saat di mana seseorang merasa sangat overwhelmed, sangat lelah, atau saat di mana seseorang sudah terlalu banyak berpikir hingga akhirnya ia melakukan hal-hal yang tidak disadari.

Ketika seseorang berada dalam kondisi seperti ini, maka ia akan berada dalam kondisi yang diistilahkan oleh TikTokers @osloibrahim, sebagai “Jam Koma”.

Menurut Oslo dalam video yang diunggahnya, saat seseorang masuk dalam kondisi “jam koma”, akan ada sejumlah tanda yang bisa dicermati, yaitu: seseorang itu akan memiliki pandangan kosong, seringkali melakukan typo saat mengetik, sering salah saat berbicara, lalu sering tidak nyambung saat diajak bicara, dan tanda yang paling mengkhawatirkan adalah saat seseorang melamun dalam waktu lama.

Bila sudah ada tanda-tanda semacam itu, orang itu berarti sudah memasuki fase otak beku. Oleh karena itu, orang itu harus segera melakukan sesuatu agar segera bisa mengatasi kondisi “jam koma” ini, salah satunya dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang manis.

Istilah “jam koma” yang populer di kalangan gen Z ini, sebagaimana dirujuk dari RRI mengacu pada waktu sekitar pukul 14.00 hingga pukul 16.00, atau saat larut malam.

Pada jam-jam itu, ketika para gen Z dan dewasa muda ini mengalami penurunan energi atau kelelahan ekstrem, inilah saat yang diistilahkan oleh mereka sebagai “jam koma”.

Kondisi "Jam Koma" ini, mirip dengan salah satu kondisi medis, yang disebut dengan cognitive fatigue atau kelelahan kognitif. Apa itu?

Apa Itu Kelelahan Kognitif yang Mirip dengan "Jam Koma"?

Menurut Medical News Today, cognitive fatigue atau kelelahan kognitif adalah penurunan kemampuan untuk berpikir secara efektif dan mempertahankan fokus.

Jadi, sama seperti kelelahan fisik, aktivitas mental yang berkepanjangan ternyata juga dapat menyebabkan kelelahan yang memengaruhi pikiran.

Berbagai faktor, seperti stres dan kurang tidur, dapat menyebabkan kelelahan kognitif. Beberapa gejalanya adalah, mudah lupa, sering melakukan kesalahan, dan sulit berkonsentrasi.

Untuk mengatasi kelelahan kognitif ini, seseorang bisa beristirahat sejenak, terutama ketika sedang melakukan tugas-tugas yang banyak memeras otak yang bisa sangat melelahkan.

Bila merujuk penjabaran di atas, maka istilah atau tren “jam koma” ini hampir mirip dengan istilah kelelahan kognitif, walaupun tidak bisa dikatakan bahwa “jam koma” sama dengan kelelahan kognitif.

Untuk bisa mengatakan “jam koma” sebagai kelelahan kognitif, dibutuhkan diagnosis secara mendalam dan konsultasi kepada ahli yang memang terbiasa menangani berbagai kondisi yang berhubungan dengan kelelahan kognitif. Namun, sebagai referensi, ada baiknya Anda mengetahui berbagai gejala kelelahan kognitif ini:

Menurut psikolog David Tzall, Psy.D, sebagaimana dirujuk dari Medical News Today, gejala kelelahan kognitif dapat bervariasi. Beberapa indikator dari kelelahan kognitif antara lain sebagai berikut:

  • kesulitan berkonsentrasi dan sulit tetap fokus saat melakukan tugas, membuat keputusan, atau mengikuti percakapan
  • membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang lebih banyak menggunakan pikiran yang biasanya dilakukan dengan cepat
  • sering lupa dan kesulitan mengingat informasi atau peristiwa
  • berkurangnya kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau berpikir kritis
  • kreativitas terbatas
  • lebih sering melakukan kesalahan

Hal-hal yang sudah disebutkan di atas ini, disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:

  • kelelahan dan kurang tidur
  • stres
  • beban kerja mental yang berlebihan
  • penurunan kognitif terkait usia
  • kondisi medis tertentu, seperti penyakit Alzheimer, demensia, atau cedera otak
  • multitasking atau melakukan beberapa tugas secara bersamaan
  • punya masalah kesehatan mental tertentu, seperti depresi dan kecemasan
  • akibat faktor lingkungan seperti terlalu lama di ruangan dengan pencahayaan yang redup atau terlalu lama di tempat yang memiliki tingkat kebisingan berlebihan
  • nutrisi yang tidak memadai akibat pola makan yang buruk
  • mengonsumsi obat-obatan dan zat tertentu, seperti alkohol dan obat-obatan berbahaya

Sebagai catatan, bila Anda mengalami berbagai gejala kelelahan kognitif akibat gaya hidup Anda sangat rentan menyebabkan kondisi kelelahan kognitif tersebut, maka ada baiknya Anda segera menangani masalah tersebut dengan berkonsultasi kepada ahli yang khusus menangani kondisi kelelahan kognitif.


Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yandri Daniel Damaledo

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |