Asal Usul Museum Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma Yogyakarta

1 week ago 15

Museum Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma merupakan bangunan museum hasil gagasan TNI Angkatan Udara. Pada awal pembangunannya, Museum Amerta berguna untuk mengabadikan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Bangunannya sendiri berlokasi di kompleks Pangkalan Udara Adisutjipto, Yogyakarta

Baca Juga: Sejarah dan Koleksi Museum Palagan Bojong Kokosan Sukabumi

Napak Tilas Pemindahan Museum Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma Yogyakarta

Sebagai informasi, Museum Amerta sebelumnya berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta. Secara langsung, bangunan ini diresmikan oleh Panglima AU Laksamana Roesmin Noerjadin pada 4 April 1969. Kemudian, Museum Amerta secara resmi pindah ke Yogyakarta pada 29 Juli 1978. 

Kini, Museum Amerta terbuka untuk umum. Bangunan ini seringkali berguna untuk pembelajaran bagi seluruh siswa. Pengunjung bisa bertandang ke tempat ini pada hari Senin sampai Minggu, mulai pukul 08.30 hingga 15.00 WIB. 

Awal Mula Pemindahan Museum

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Museum Dirgantara merupakan hasil gagasan dari pimpinan TNI AU. Gedung pusat TNI AU tersebut berguna sebagai tempat untuk mengabadikan sekaligus mendokumentasikan seluruh kegiatan dan peristiwa bersejarah yang terjadi di lingkungan TNI AU. 

Secara langsung, Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin memimpin peresmian museum pada 4 April 1969. Awalnya, bangunan museum berada di Jalan Tanah Abang Jakarta. Seiring berjalannya waktu, museum kemudian pindah ke Yogyakarta. Pemindahan ini berlangsung sebagai bentuk apresiasi wilayah Yogyakarta sebagai tempat penting bagi lahirnya TNI AU sekaligus pusat kegiatan TNI AU. 

Baca Juga: Sejarah Candi Sambimaya Indramayu, Berawal dari Bisikan Jin Biksu

Latar belakang pemindahan museum terjadi lantaran koleksi museum, terutama Alutsista udara berupa pesawat terbang terus berkembang. Kondisi ini membuat gedung museum lama di Kesatrian AKABRI Bagian Utara tidak mampu lagi menampung seluruh koleksi penting. Belum lagi, lokasi museum kurang strategis dan sulit dijangkau pengunjung. Dua faktor tersebut akhirnya membuat Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkan museum ke tempat yang memadai. 

Penunjukan Yogyakarta Sebagai Tempat Baru

Rencana pemindahan Museum Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma kemudian berlanjut dengan penunjukan gedung bekas pabrik gula yang berlokasi di Wonocatur, Adisutjipto. Pada masa pendudukan Jepang, gedung tersebut berguna sebagai gudang logistik TNI dan AU. Saat itu, pimpinan TNI AU sendiri yang menunjuk Yogyakarta untuk dijadikan sebagai museum Pusat TNI AU.

Berlanjut pada tanggal 17 Desember 1982, Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Kepala Staf Angkatan Udara tersebut menjadikan prasasti sebagai tanda penetapan lokasi museum. Penetapan ini semakin kuat lewat penerbitan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984. Secara garis besar, surat berisi perintah untuk melakukan rehabilitasi gedung agar siap menjadi museum permanen. 

Pada tanggal 29 Juli 1984, Marsekal TNI Sukardi meresmikan pemakaian gedung yang sudah melalui tahap renovasi. Secara resmi, bangunan ini menjadi Museum Pusat TNI AU. Total luas area museum mencapai 4.2 hektare. Sementara luas bangunan yang digunakan sebesar 8.765 m².

Deretan Koleksi Museum

Museum Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma menyimpan sejumlah potret tokoh-tokoh bersejarah. Ada pula diorama peristiwa bersejarah dalam lingkup Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga tersedia. Kebanyakan objek museum tersebut berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan. 

Berikut deretan koleksi yang tersimpan di museum. 

  • Pesawat Ki-43 hasil produksi Jepang.
  • Pesawat PBY-5A atau Catalina.
  • Replika pesawat WEL-I RI-X, pesawat hasil produksi pertama di Indonesia. 
  • Pesawat A6M5 Zero Sen hasil produksi Jepang.
  • Pesawat pembom B-25 Mitchell, TU-16 Badger dan B-26 Invader.
  • Helikopter Hillier 360 hasil produksi AS.
  • Pesawat P-51 Mustang hasil produksi AS.
  • Pesawat KY51 Cureng hasil produksi Jepang.
  • Replika pesawat Glider Kampret hasil produksi Indonesia.
  • Pesawat TS-8 Dies hasil produksi AS.
  • Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, MiG-17 dan MiG-21 hasil produksi Rusia.
  • Rudal SA-75.

Baca Juga: Sejarah Desa Gebang Cirebon Menurut Cerita Rakyat dan Pustakawan

Selain deretan koleksi tersebut, Museum Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma juga mendapat beberapa tambahan objek baru. Koleksi tersebut berupa 9 Prototype Bom buatan Dislitbangau yang bekerja sama dengan PT. Pindad dan PT. Sari Bahari. Bom tersebut merupakan jenis bom latih (BLA/BLP) dan bom tajam (BT). Kedua bom koleksi Museum Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma ini memiliki daya ledakan yang sangat tinggi. Biasanya, bom berguna sebagai senjata di Pesawat Sukhoi Su-30, Sky Hawk, F-16, F-5, Super Tucano dll. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |