Fenomena Hujan Carnian, Hujan Selama Jutaan Tahun di Bumi

5 hours ago 9

Carnian Pluvial Episode (CPE) atau fenomena hujan Carnian merupakan peristiwa geologi yang terjadi pada periode Trias Akhir atau sekitar 232 juta tahun lalu. Bumi mengalami peningkatan curah hujan dalam rentang 1 hingga 2 juta tahun. Curah hujan yang ekstrim secara global ini mengubah iklim di Bumi dari kondisi gersang menjadi hangat dan lembab.

Baca Juga: Fenomena Langka Airglow di Langit Corolado, Berhasil Diabadikan Fotografer

Jauh sebelum adanya keberadaan manusia, Bumi mengalami berbagai peristiwa alam. Mulai dari benua bergerak dan saling bertabrakan, gunung meletus hingga dominasi makhluk purba di darat dan lautan. Selain itu terdapat hujan Carnian yang menjadi periode perubahan iklim dalam sejarah Bumi sangat signifikan.

Fenomena Hujan Carnian dan Penyebabnya

Hujan lebat dan berlangsung dalam jangka waktu lama pernah menandai berakhirnya salah satu musim kemarau di Bumi pada masa lalu. Saat itu, seluruh daratan masih tergabung dalam satu superbenua besar bernama Pangea. Hal itu lantas membuat wilayahnya sangat rentan terhadap perubahan iklim musiman, termasuk musim hujan ekstrem. 

Suhu laut yang tinggi menyebabkan terbentuknya uap air dalam jumlah besar di atmosfer, yang kemudian memicu curah hujan dalam skala luas. Salah satu faktor utama yang memicu peristiwa ini, terkenal sebagai hujan Carnian, adalah meningkatnya aktivitas vulkanik. Letusan besar menghasilkan gas rumah kaca dan partikel yang mengubah iklim global, memicu periode hujan yang panjang dan intens.

Vulkanisme Pemicu Hujan Carnian

Para ilmuwan berpendapat bahwa pemicu cuaca menjadi lebih basah karena serangkaian letusan gunung berapi. Ini terjadi di Wrangelia Terrano atau di sepanjang pantai Alaska dan British Columbia untuk saat ini.

Tingkat uap air di stratosfer kacau akibat letusan gunung merapi. Hal tersebut terjadi sesudah letusan Hunga Tonga – Hunga Ha’apai.

Kemudian menurut ahli geosains, letusan di Wrangelia ini telah mencapai puncaknya selama Carnian. Letusan tersebut mengeluarkan sejumlah besar gas rumah kaca. Meliputi karbon dioksida dan pemanasan global yang melonjak.

Konsekuensi dari hujan tersebut menurut perkiraan berupa periode peningkatan kepunahan kehidupan di Bumi waktu itu. Terutama untuk makhluk laut seperti konodon, ammonoid dan krinoid. Namun, terdapat kemungkinan menjadi awal mula kehidupan baru, yakni berkaitan dengan dinosaurus.

Bukti Ilmiah Hujan Carnian

Pada tahun 1980-an, ahli geologi dari Inggris Michael Simms dan Alastair Ruffell membuktikan fenomena hujan lebat Carnian. Ruffell melakukan identifikasi garis abu-abu membentang pada batu merah Bukit Lipe di Somerset. Terdapat fitur yang menunjukkan bahwa di wilayah tersebut dari periode kekeringan parah berubah menjadi sangat basah.

Baca Juga: Mengetahui Penyebab Fenomena Likuifaksi dan Dampaknya

Kemudian Ruffell dan Simms selama bertahun-tahun menemukan bukti yang mulai terkumpul dan mendukung teori tersebut. Hingga pada akhirnya penelitian begitu populer.

Indikasi kuat lainnya berupa lapisan batuan Tiras yang berada di Dolomit Italia dari Episode Pluvial Karnia. Kemudian ahli geologi juga mendokumentasikan transisi mencolok di pegunungan Alpen, yakni tidak ada jejak kaki dinosaurus di bawah lapisan batulumpur kemerahan.

Sementara itu, terdapat jejak kaki dinosaurus yang sangat banyak tepat di atasnya. Jejak yang muncul tiba-tiba bertepatan dengan Episode Pluval Carnian yang berakhir. Sehingga dampak hujan Carnian menjadi penyebab kepunahan sekaligus memunculkan kehidupan baru. 

Dampak Ekologis dan Evolusi Makhluk Hidup

Pergeseran iklim menjadi penyebab kepunahan yang meluas. Lalu membersihkan ceruk ekologi lebih cepat dan diisi oleh dinosaurus.

Jadi, catatan dari batuan dolomit tak hanya mengungkap kekacauan lingkungan pada masa itu. Namun juga memberikan catatan momen penting saat dinosaurus mulai mendominasi.

Periode hujan lebat menghilang dan suhu global mulai kembali ke iklim lebih dingin dan tidak terlalu intens. Kemudian Pangea kembali menjadi gurun dan siklus hidrologi dipercepat yang menyebabkan pelapukan dan erosi.

Udara dari panas dan kering berubah menjadi lembab. Kemudian tanah yang menjadi tempat tumbuh tanaman berubah dari dasar karbonat menjadi sedimen lebih subur.

Saat Trias Akhir berakhir, Pangea mulai terpecah dan terbentuk samudra baru. Periode Jura ini mengubah iklim menjadi subtropis dan lebih banyak kelembaban.

Kemudian perubahan gurun menjadi hutan tropis. Hujan turun secara teratur setelah CPE dalam interval musiman menjadi lebih stabil dan tak berlangsung lama.

Baca Juga: Prediksi Zaman Es di Bumi Akan Kembali 11.000 Tahun Lagi

Fenomena hujan Carnian ini penting untuk dipelajari para ilmuwan karena dapat membantu melihat dampak jangka panjang. Termasuk efek terhadap keanekaragaman hayati, terlebih lagi kini manusia tengah menghadapi perubahan iklim akibat dari aktivitas industri. Tak hanya mencerminkan kekuatan alam yang dahsyat, namun fenomena hujan carnian ini juga menunjukkan perubahan lingkungan yang mendorong evolusi kehidupan terjadi. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |