tirto.id - Debat perdana Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar) 2024 sudah berlangsung pada Senin (11/10/2024), di Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran. Bagaimana hasil debat perdana Pilgub Jabar 2024 dan pasangan calon mana yang paling solutif?
Debat perdana Pilgub Jabar 2024 mengusung tema "Membangun Jawa Barat Menuju Masyarakat Digital yang Sejahtera dan Berdaya Saing Global". Tema tersebut terbagi dalam beberapa sub tema yang dibahas oleh keempat calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) Jabar 2024.
Sub tema debat perdana Pilgub Jabar 2024, yakni kesehatan dan penurunan stunting; mentalitas dan karakter generasi muda; kemiskinan dan pengangguran, pengembangan digital talent; reformasi birokrasi yang berkelanjutan; isu perempuan dan anak; serta pendidikan inklusif dan berkualitas.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar menetapkan durasi debat perdana ini selama 120 menit. Debat ini terbagi menjadi enam segmen. Selain itu, KPU Jabar juga menunjuk tujuh panelis untuk menggali visi, misi, dan program kerja para cagub dan cawagub dengan mengajukan pertanyaan yang relevan.
Debat perdana Pilgub Jabar 2024 dihadiri oleh keempat pasangan cagub dan cawagub. Empat pasangan calon yang hadir termasuk, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie, Jeje Wiradinata-Ronald Surapradja, serta Acep Adang Ruchiat-Gitalis Dwi Natarina.
Debat perdana Pilgub Jabar 2024 membahas beberapa isu yang menjadi permasalahan di Jawa Barat saat ini. Beberapa di antaranya, mendesak para kandidat untuk memberikan solusi terbaik mereka jika terpilih menjadi gubernur atau wakil gubernur Jabar.
Seluruh kandidat sudah menyampaikan gagasan masing-masing yang dinilai paling solutif. Berikut ini hasil debat perdana Pilgub Jabar 2024 untuk menilai siapa kandidat yang paling solutif:
1. Solusi cagub-cawagub soal masalah integrasi sistem dan pelayanan publik
Ahmad Syaikhu mengatakan bahwa masalah integrasi sistem dan layanan publik berbasis digital bisa diatasi dengan keterbukaan masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD).
Menurut Ahmad, integrasi sistem akan lebih mudah dilakukan jika tidak ada pandangan sektoral yang menganggap data hanya milik satu pihak. Oleh karena itu, perlu integrasi sistem antar-OPD terkait serta political will untuk melaksanakan integrasi ini dengan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Dedi Mulyadi menyoroti soal integrasi sistem pelayanan publik melalui SPBE. Ia menilai SPBE lebih sering diperlakukan sebagai proyek daripada diarahkan pada tujuan utama.
Hal ini membuat Dedi berkomitmen untuk mendorong pembentukan lembaga khusus dan penunjukan tenaga ahli kompeten untuk menangani masalah tersebut. Dedi juga menekankan pentingnya bagi Pemprov Jawa Barat untuk mempersiapkan tenaga teknis yang berasal dari ahli internal, sehingga tidak bergantung pada pihak luar.
Di sisi lain, Acep Adang menyatakan perlunya memperkuat sektor pelayanan publik berbasis digital agar layanan dapat berjalan secara optimal. Menurutnya, langkah ini bertujuan untuk menciptakan sistem yang berfokus pada kepentingan publik.
Adapun Jeje Wiradinata menyatakan bahwa kunci dalam menangani masalah ini terletak pada kemauan pemimpin untuk menerapkan sistem yang telah dirancang bagi pelayanan publik di Jabar.
2. Solusi cagub-cawagub soal mengatasi TBC
Acep menjelaskan solusi untuk mengatasi TBC adalah dengan menyelenggarakan screening digital secara massal. Selain itu, ia juga merencanakan program kartu keluarga bahagia yang menyediakan nutrisi bagi pasien, serta pendirian 627 klinik kesehatan terpadu untuk layanan TBC.
Menanggapi hal tersebut, Jeje menyatakan bahwa penanganan TBC harus dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan agar tidak kumuh. Ia juga menekankan pentingnya mempersiapkan tenaga medis yang terampil untuk menangani kasus TBC.
Di sisi lain, Syaikhu menyebut pentingnya kota bebas rokok serta meningkatkan kualitas pelayanan posyandu. Ia mengatakan bahwa TBC terkait erat dengan masalah lingkungan, salah satunya karena asap rokok.
Sementara itu, Dedi menerangkan solusi mengatasi TBC dilakukan dalam dua tahap, yakni jangka pendek dan panjang. Tahap jangka pendek, penanganan dimulai dengan mendiagnosis anak-anak yang diduga mengidap TBC.
Kemudian, tahap jangka panjang, langkah yang diambil meliputi pendampingan dalam hal fasilitas ekonomi serta perbaikan lingkungan yang perlu segera dilakukan.
3. Solusi cagub-cawagub soal memberantas narkoba
Menurut Jeje Wiradinata, fokus utama menangani masalah narkoba pada generasi muda adalah dengan menciptakan kerukunan dalam rumah tangga. Hal ini terkait erat dengan peran penting orang untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak mereka.
Selain itu, Jeje juga menekankan pentingnya pendidikan yang menyeluruh agar anak-anak dapat memahami dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Ia menegaskan bahwa dirinya dan pasangannya berkomitmen memberikan pendidikan yang baik, mencakup pendidikan agama dan karakter untuk generasi muda Jabar.
Menanggapi gagasan Jeje, Ahmad menjelaskan bahwa narkoba merupakan masalah kita semua. Oleh karena itu, ia menekankan kepedulian, kebersamaan, dan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengurangi kasus narkoba di Jabar.
Adapun prinsip kolaborasi yang akan digunakan yakni silih asah, silih asih, silih asuh. Menurutnya, dengan prinsip ini, masyarakat bisa saling mengawasi dan memberikan memberikan peringatan, seiring dengan bimbingan dari pihak terkait.
Sementara itu, Dedi menyebutkan dua variabel untuk memberantas narkoba. Pertama adalah membuat sistem pendidikan dan kehidupan terintegrasi untuk menghasilkan manusia yang sehat. Adapun yang kedua adalah penegakan hukum secara tegas untuk mengurangi kasus narkoba di Jabar.
Acep Adang menjelaskan bahwa narkoba bukanlah sebuah penyakit, melainkan akibat dari berbagai faktor. Menurutnya, penanganan masalah ini membutuhkan kerja sama antara orang tua, masyarakat, dan pihak lainnya.
Acep memberikan solusi konseling gratis berbasis digital, serta pembentukan satgas anti narkoba di sekolah dan kampus yang bekerja sama dengan BNN. Selain itu, ia menekankan pentingnya penegakan hukum yang lebih tegas dan rehabilitasi bagi pengguna narkoba.
4. Solusi cagub-cawagub soal mengatasi stunting
Erwan Setiawan menanggapi tingginya angka prevalensi stunting di Jawa Barat yang mencapai 21,7 persen. Ia menjelaskan bahwa bersama Dedi, mereka menargetkan untuk menyelesaikan masalah stunting tersebut dalam waktu dua tahun kepemimpinan mereka.
Erwan menjelaskan bahwa program dimulai dengan perhatian khusus pada ibu hamil, dengan pemantauan sejak awal kehamilan hingga usia satu bulan. Mereka menggunakan jam tangan khusus yang dapat menunjukkan kebutuhan zat besi untuk mendeteksi stunting.
Erwan mengatakan, bila dideteksi adanya kekurangan nutrisi tersebut langsung dipenuhi melalui posyandu terdekat. Erwan juga menyebut bahwa program serupa sudah diterapkan di Sumedang saat ia menjabat sebagai Ketua Tim TPPS.
Gitalis Dwinatarina menanggapi jawaban Erwan dengan menyatakan bahwa kunci pengendalian stunting terletak pada perhatian terhadap ibu hamil. Menurutnya, penting untuk memastikan ibu hamil merasa bahagia dengan memberikan nutrisi dan gizi yang baik untuk mencegah stunting.
Gita juga menjelaskan melalui program kartu keluarga bahagia, ibu hamil akan mendapatkan layanan USG gratis, serta skrining kesehatan gratis. Selain itu, mereka juga akan menyediakan 27 klinik kesehatan terpadu khusus untuk ibu hamil.
Adapun Ronal menekankan bahwa penanganan stunting paling penting, yakni pada 1.000 hari pertama kehidupan. Oleh karena itu, Jeje-Ronal akan hadir pada masa penting ini dengan memberikan subsidi Rp1 juta per bulan.
Mereka juga menjanjikan untuk memperhatikan nutrisi gizi ibu serta meningkatkan pelayanan posyandu. Melalui upaya ini, Ronal mengklaim bahwa zero stunting akan tercapai pada lima tahun pertama.
Ilham pun menyatakan setuju dengan pentingnya penanganan pada 1.000 hari pertama kehidupan. Menurutnya, pemberian protein hewani sejak dalam kandungan sangatlah penting.
Melalui program telur ASIH, Ilham dan pasangannya akan sediakan protein gratis bagi ibu hamil. Selain itu, Ilham juga menekankan perlunya memperkuat posyandu dengan tenaga yang terlatih, serta menyediakan layanan telemedicine bagi ibu hamil berkonsultasi melalui internet secara gratis.
5. Solusi cagub-cawagub soal meningkatkan kesehatan mental
Gita menilai bahwa membahagiakan seluruh pemuda di Jabar dengan menyediakan 5.000 lapangan olahraga adalah salah satu solusi untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat. Ia juga akan menyediakan layanan konseling digital, akademi kepemimpinan, dan menyediakan 27 gedung kreatif untuk pelaku seni sehingga anak muda bisa kreatif.
Ronal menyatakan pentingnya menyediakan wadah yang bermanfaat untuk menyalurkan energi anak muda. Oleh karena itu, pasangan ini berencana membangun kreatif hub space di seluruh daerah, sehingga anak muda tidak merasa cemas karena tidak ada wadah bagi mereka.
Ia juga akan menghadirkan program Sikoming (Psikolog Mingguan) sebagai layanan konseling gratis di desa dan kelurahan. Menurutnya, tidak boleh ada anak muda yang mengalami masalah kesehatan mental dalam upaya mencapai Indonesia Emas.
Sementara itu, Ilham menjelaskan untuk meningkatkan kesehatan mental anak muda, perlu adanya dukungan pemerintah untuk menyalurkan kreativitas anak muda.
Syaikhu-Ilham mengusulkan tiga program utama yaitu Jabar Masagi, penyelenggaraan berbagai festival kreatif dan olahraga, serta dukungan terhadap program pengembangan untuk startup.
Berbeda dengan yang lain, Erwan, menyatakan bahwa masalah kesehatan mental anak muda dapat diatasi dengan memperkuat nilai agama dan budi pekerti dalam keluarga.
Ia mengatakan bahwa menanamkan nilai budaya lokal dalam kurikulum sekolah juga berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan mental. Ia menekankan pentingnya integrasi karakter dalam kurikulum dan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran.
Baca juga artikel terkait DEBAT atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah
tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yonada Nancy & Dipna Videlia Putsanra