Pegunungan Tertua di Dunia Jadi Laboratorium untuk Mengungkap Awal Kehidupan

1 week ago 26

Sejarah mencatat bahwa pegunungan tertua di dunia berada di Afrika Selatan. Lebih tepatnya, pegunungan ini berada di provinsi Mpumalanga. Kawasan tersebut membentang hijau bergelombang yang menyimpan jejak sejarah panjang. 

Baca Juga: Fenomena Badai Melissa di Jamaika Picu Malapetaka Dahsyat

Kawasan pegunungan tua ini populer sebagai Barberton Greenstone Belt atau Pegunungan Makhonjwa. Usia batuan di tempat itu mencapai 3.6 hingga 3.2 miliar tahun. Hal tersebut menjadikannya sebagai objek pegunungan tertua yang masih terungkap di permukaan. 

Mengungkap Temuan dalam Lapisan Pegunungan Tertua di Dunia

Seperti yang kita tahu, bumi memiliki sejarah jauh lebih panjang dibandingkan keberadaan manusia. Sebagian besar tempat ini masih menyimpan jejak purba zaman dahulu. Salah satunya adalah lapisan batuan kuno yang berada di Afrika Selatan. Tempat tersebut masih bertahan sejak terbentuknya kerak bumi, sehingga menjadi objek penelitian menarik bagi para peneliti. 

Situs Warisan Dunia yang Bernilai

Ketika bumi terbentuk, kerak yang ada masih sangat panas dan tidak stabil. Aktivitas gunung berapi juga terjadi secara terus-menerus. Proses ini membentuk lapisan batuan vulkanik dan sedimen laut purba. Lapisan tersebut yang akhirnya terbuka di Barberton. 

Serangkaian batuan vulkanik asal onverwacht ini memiliki tebal lebih dari 10 kilometer. Artinya, objek tersebut menyimpan rekaman sekitar 300 juta tahun aktivitas geologi awal bumi. Kawasan tersebut seakan membuka wawasan menarik untuk melihat bagaimana terbentuknya kerak bumi pertama kali. 

Barberton sendiri memiliki nilai ilmiah yang sangat besar. Bahkan, UNESCO sudah menetapkannya jadi situs warisan dunia pada tahun 2018. Hal tersebut tak lepas dari banyaknya bukti kehidupan awal planet yang tersimpan di pegunungan tersebut. 

Sebagai contoh, ilmuwan berhasil menemukan sisa karbon purba dan jejak mikroorganisme. Hal tersebut bisa menjadi bukti atas aktivitas biologis miliaran tahun yang lalu. Bagi para peneliti, pegunungan tertua di dunia ini menjadi arsip terbuka tentang kelahiran planet bumi. 

Fakta Geologi dan Temuan Ilmiah

Beberapa penelitian modern menunjukkan bahwa Baberton terbentuk dari letusan gunung api laut dalam. Kemudian, proses sedimen berlangsung kurang lebih 3.5 miliar tahun. Hal ini semakin jelas dengan studi penelitian oleh Donald R. Lowe dan Gary R. Byeri. 

Baca Juga: Peneliti Temukan Jamur Lichen Oranye di Atas Fosil Dinosaurus

American Journal of Science menyebutkan bahwa bagian timur kawasan pegunungan terdapat bukti deformasi tektonik awal. Ada pula jejak tumbukan meteorit super besar yang bisa mempengaruhi pembentukan kerak bumi muda. Temuan ini menjadi bukti bagaimana kondisi awal bumi yang dinamis dan keras. 

Penelitian di Barberton menunjukkan bahwa magma terbentuk dari kerak bumi yang saat itu sangat panas. Identifikasi ini berdasarkan hasil temuan berupa batuan ultramafik atau komatit. Dimana, kompateit memiliki kandungan magnesium tinggi. 

Sebagai informasi, komatit hanya bisa terbentuk pada suhu tinggi di atas 1.600 derajat Celcius. Hal ini jauh lebih tinggi daripada magma modern (sekitar 1.200 derajat). Bukti nyata pada pegunungan tertua di dunia tersebut menjelaskan bahwa mantel bumi zaman purba jauh lebih panas dan aktif secara vulkanik. 

Temuan Lapisan Menyerupai Fosil Mikroba

Selain menemukan lava purba, ilmuwan juga berhasil memperoleh lapisan chert dan endapan karbon. Keduanya mengandung struktur mikroskopis yang mirip fosil purba. Hasil temuan ini menjadi bukti kehidupan mikroorganisme anaerobik yang usianya lebih dari 3.4 miliar tahun. 

Berdasarkan Earliest Life on Earth: Evidence from the Barberton Greenstone Belt, lapisan tersebut terbentuk di lingkungan laut dangkal dengan kadar oksigen rendah. Hasil temuan ini menjadi salah satu bukti penting bahwa kehidupan sudah muncul lebih lama dari perkiraan. 

Temuan Sisa Tumbukan Meteorit Besar

Satu hal yang menarik, ilmuwan berhasil menemukan butiran kaca dan partikel bulat kecil dalam beberapa lapisan batuan. Partikel tersebut dikenal sebagai spherule beds, sisa tumbukan meteorit besar yang berlangsung pada masa Arkean. 

Dampak tumbukan tersebut membawa peran besar untuk membentuk atmosfer awal bumi dan mempengaruhi evolusi permukaan planet. Fakta menyimpulkan bahwa pegunungan tertua di dunia ini tidak hanya mencatat proses sedimentasi dan vulkanik. Namun juga mengungkap peristiwa kosmik yang turut membentuk bumi seperti saat ini. 

Baca Juga: Fenomena Penemuan Gas Fosfin di Luar Angkasa

Makhonjwa merupakan salah satu objek penelitian penting sebagai pegunungan tertua di dunia. Kawasan ini menjadi laboratorium alam yang berguna untuk memahami proses geologi awal. Penelitian dalam pegunungan tertua di dunia tersebut menjadi patokan untuk mengungkap bagaimana kerak bumi mengeras, pembentukan lautan hingga bagaimana kehidupan bisa bertahan tanpa oksigen di lingkungan ekstrim. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |