Penemuan Buku Katalog Bintang Tertua di Dunia Ungkap Sejarah Astronomi Kuno Tiongkok

16 hours ago 13

Langit malam selalu memancarkan pesona misterius bagi peradaban manusia. Dari titik-titik cahaya yang bertaburan itu, lahirlah pertanyaan, keyakinan, hingga ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Di tengah era teknologi canggih masa kini, sebuah temuan mengejutkan dari masa lampau kembali mencuri perhatian. Para ilmuwan menemukan buku katalog bintang tertua di dunia yang berasal dari Tiongkok kuno. 

Baca Juga: Objek Langka 2020 VN40 Ungkap Irama Baru di Tata Surya

Penemuan ini bukan sekadar fragmen sejarah, tetapi menjadi pintu gerbang untuk memahami warisan ilmiah yang telah ada lebih dari dua milenia lalu. Kadang-kadang, warisan terkubur lama justru menyimpan cahaya yang lebih terang daripada temuan mutakhir.

Penemuan Terbaru Buku Katalog Bintang Tertua di Dunia

Manuskrip yang terkenal sebagai Star Manual of Master Shi atau Buku Panduan Bintang Master Shi, kini sebagai katalog bintang tertua yang masih ada. Berdasarkan analisis tim astronom dari Chinese National Astronomical Observatories (NAO), manuskrip tersebut berasal dari sekitar tahun 355 SM. Temuan ini jauh mendahului katalog Hipparchus dari Yunani. Selama ini orang anggap sebagai yang pertama dalam sejarah astronomi Barat.

Penemuan buku katalog bintang tertua di dunia ini dalam bentuk manuskrip kuno berbahasa Tionghoa yang menggambarkan rasi bintang dalam simbol-simbol kekaisaran. Mulai dari kereta perang, pasar surgawi, hingga lambang tempat buang air. Hal tersebut menunjukkan betapa eratnya keterkaitan antara ilmu astronomi dan tatanan kekaisaran Tiongkok kuno.

Tradisi Astronomi dan Simbol Kekaisaran

Salah satu aspek yang menarik dari katalog ini adalah bagaimana bintang-bintang berkaitan dengan struktur sosial dan politik kekaisaran. Para birokrat dan astrolog istana menggunakan rasi bintang sebagai panduan untuk menafsirkan tanda-tanda langit. Ini ilmuwan yakini mencerminkan keharmonisan atau peringatan bagi kehidupan bumi.

Menatap langit malam dan membayangkan bahwa para leluhur telah membaca tanda-tanda semesta untuk memandu arah kekuasaan sungguh menyentuh sisi terdalam rasa kagum terhadap pengetahuan manusia masa lalu.

Teknologi Modern Ungkap Sejarah

Untuk membuktikan usia manuskrip ini, para peneliti menggunakan algoritma Generalized Hough Transform, sebuah metode pemrosesan citra yang menganalisis posisi bintang dengan tingkat akurasi tinggi. Hasilnya mengungkap bahwa sebagian besar posisi bintang dalam buku katalog bintang tertua di dunia tersebut berasal dari sekitar tahun 355 SM. Sementara sisanya tampaknya mendapat pembaruan pada sekitar tahun 125 M, semasa Dinasti Han Timur.

Komposisi yang berlapis ini menandakan bahwa katalog tersebut mengalami pembaruan secara berkala, mencerminkan kesinambungan pengamatan dan pelestarian pengetahuan astronomi selama berabad-abad.

Baca Juga: Komet Antarbintang 3I/ATLAS dan Rahasia Pengembara dari Luar Tata Surya

Perdebatan Penanggalan dan Ketepatan Data

Namun, tidak semua sejarawan sepenuhnya sepakat dengan klaim tanggal penulisan katalog ini. Beberapa pihak, seperti sejarawan Boshun Yang, berpendapat bahwa ketidaksejajaran instrumen astronomi masa lalu dapat menghasilkan penyimpangan hingga satu derajat dari kutub langit yang sebenarnya. Pendapat ini memunculkan teori bahwa sistem koordinat bola dalam katalog mungkin lebih cocok dengan zaman setelah ada temuan bola armiler pada abad pertama SM.

Meskipun begitu, adanya ketidaksepakatan ini justru menambah daya tarik penelitian dan membuka lebih banyak ruang obrolan kalangan ilmuwan dan sejarawan.

Dalam setiap pertanyaan yang belum terjawab, tersimpan harapan bahwa kebenaran ilmiah akan terus ditemukan. Hal ini seiring dengan ketekunan mereka yang mencarinya.

Dampak Global dan Pertukaran Ilmiah

Jika dikonfirmasi, temuan ini akan menempatkan astronomi Tiongkok kuno sebagai pionir dalam pencatatan bintang berbasis sistem koordinat yang kompleks. Tak hanya memperkaya sejarah ilmu pengetahuan dunia, penemuan ini juga menunjukkan bahwa warisan ilmu astronomi bukan hanya milik satu peradaban, melainkan hasil kontribusi dari berbagai budaya.

Para peneliti juga tengah memperluas studi ini ke katalog-katalog bintang lain dari masa Dinasti Ming, saat astronomi Tiongkok mulai bersinggungan dengan pengetahuan Barat. Upaya ini selaras dengan semangat pertukaran budaya yang telah berakar dalam sejarah peradaban Asia Timur.

Baca Juga: Mengungkap Misteri Energi Pulsar Langka J1023 di Alam Semesta

Penemuan buku katalog bintang tertua di dunia bukan hanya membawa sorotan pada kejayaan astronomi kuno Tiongkok. Tetapi juga menggugah rasa kagum terhadap kemampuan nenek moyang dalam memahami langit tanpa bantuan teknologi modern. Manuskrip kuno ini menjadi bukti bahwa pencarian makna di balik cahaya bintang telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Ini menyatukan sains, budaya, dan spiritualitas dalam satu narasi besar umat manusia. Ketika langit malam kembali dipandang hari ini, tidak lagi hanya terlihat sebagai hamparan bintang biasa. Ia membawa suara-suara masa lalu yang tersimpan rapi dalam lembaran manuskrip kuno, menanti untuk kita pahami dan hargai kembali. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |