Sejarah Tari Karonsih di Jawa Tengah, Lambang Cinta Kasih Sebuah Pasangan

6 hours ago 5

Sejarah tari Karonsih mempunyai makna cinta kasih yang mendalam sebuah pasangan. Oleh karena itu, kebanyakan pernikahan yang masih menggunakan adat Jawa sering menampilkan tarian ini sebagai sajian untuk tamu. Tari Karonsih menceritakan kisah cinta antara Galuh Candra Kirana dari Kerajaan Kediri dengan Panji Asmara Bangun putra Raja Jenggala.

Para penari memperagakan kisah Galuh dan Panji saat sedang saling jatuh cinta. Tak heran, di setiap prosesi pernikahan khususnya di daerah Jawa Tengah (asal tarian) masih setia menampilkan tarian penuh kasih tersebut. Harapannya agar kedua mempelai dapat langgeng kisah cintanya seperti Galuh dan Panji yang digambarkan dalam tarian itu.

Baca Juga: Sejarah Rampak Kendang, Tarian Tradisional Sunda Wujud Harmonisasi Kerukunan

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah tari yang berasal dari Jawa Tengah ini, simak ulasan selengkapnya dalam artikel berikut ini!

Sejarah Tari Karonsih dan Asal Usul Namanya

Tari Karonsih memberikan gambaran cinta dua sejoli yang sedang jatuh cinta. Tarian ini berasal dari Jawa Tengah dan banyak ditampilkan dalam acara-acara pernikahan. Kata Karonsih berasal dari Bahasa Jawa yaitu “kekaron atau sakloron tansah asih” yang memiliki makna saling mencintai.

Seperti yang sudah diketahui bahwa tari Jawa Tengah ini memberikan gambaran kisah asmara Dewi Sekartaji atau putri Galuh Candra Kirana dengan kekasihnya bernama Panji Asmara Bangun. Tujuan pemakaian tari ini dalam acara pernikahan agar kedua mempelai memiliki kisah cinta yang abadi seperti dua tokoh tersebut.

Para penari Karonsih akan mengisahkan kecintaan dan kerinduan Dewi Sekartaji tatkala Panji Asmara Bangun meninggalkannya tanpa pamit. Untuk mengetahui lebih lanjut kisah dua insan tersebut, simak sejarahnya dalam uraian berikut ini!

Kisah Dewi Sekartaji yang Ditinggal Pergi Suaminya

Sejarah Tari Karonsih terinspirasi dari perjalanan cinta Galuh Candra Kirana atau Dewi Sekartaji. Galuh merupakan putri dari kerajaan Kertamata Kediri dan Panji adalah putra dari Prabu Lembu Amiluhur Raja Jenggala. 

Kisah bermula kala Panji Asmara Bangun harus meninggalkan kraton dengan menyamar sebagai orang biasa. Tujuannya ialah untuk mengetahui keadaan masyarakat Kerajaan Kediri.

Kepergiannya tanpa pamit terhadap Dewi Sekartaji ini membuat sang istri kebingungan. Ia pun merasa kehilangan akan sosok belahan jiwanya tersebut. 

Kemudian, Dewi berusaha mencari keberadaan Panji Asmara Bangun. Ia setia menunggu dan terus menunggu kedatangan sang suami, namun tak kunjung datang juga.

Berdoa Agar Suami Tidak dalam Bahaya

Sejarah Tari Karonsih berlanjut tatkala Sekartaji berdoa kepada sang kuasa, agar tidak terjadi hal yang membahayakan suaminya. Tanpa ia sadari, sang pujaan hati datang menghampirinya di sela-sela doa tersebut. 

Baca Juga: Sejarah Tari Tiban, Wujud Permohonan Air Hujan di Desa Wajak Jawa Timur

Namun, kedatangannya ini disambut dengan ekspresi jual mahal oleh Dewa Sekartaji karena telah kecewa. Mengetahui bahwa sang istri kecewa, Panji Asmara Bangun pun berusaha merayunya dengan berbagai hal. 

Mulai dari mengejar hingga memberikan bunga kesukaan Sekartaji. Kemudian, bunga tersebut ia taruh di kepala sang istri. Alhasil, Dewi Sekartaji pun luluh dan gembira hingga menari-nari bersama.

Pelaksanaanya dalam Upacara Pernikahan

Sejarah tari Karonsih biasanya terdapat pada pesta perkawinan adat Jawa. Setelah upacara adat bersama keluarga selesai, pengantin beserta kedua orangtua dan pager ayu menuju pelaminan dengan iringan penari cucuk lampah. 

Setelah duduk di pelaminan, inilah saatnya penampilan Tari Karonsih. Sebelumnya mereka menghadirkan penari pria sebagai tokoh Panji Asmara Bangun ikut mengiringi pengantin sebagai penari cucuk lampah.

Biasanya penari pria akan membimbing pengantin dan keluarga menuju ke arah pelaminan. Mereka mendapat iringan Ladrang Temanten, lalu pengantin beserta keluarga berjalan bersama-sama dengan penari tersebut ke pelaminan. Nama tarian pada adegan ini adalah Cucuk Lampah.

Penari pria akan menari dengan totalitas yang gila-gilaan atau hanya tayungan (berjalan pelan). Ketika semua pengantin dan keluarga sudah berada di pelaminan, Tari Karonsih pun langsung tampil. Tepatnya setelah berdoa bersama dan ucapan sepatah dua patah kata dari keluarga.

Selain itu, gending untuk mengiringi tarian ini berawal dengan irama Pathetan Pelog 5 – Ktw. Pangkur Ngrenas Pelog 5, dan Gangsaran. Kemudian malik (ganti nada) Slendro – Ktw. Kinanthi Sandhung Slendro Manyuro – Lambangsari dan terakhir Ldr. Sigro Mangsah Slendro Manyura. 

Baca Juga:

Demikian ulasan terkait sejarah tari Karonsih yang berasal dari wilayah Jawa Tengah. Tarian ini menjadi wujud cinta kasih yang abadi yang sering tampil pada acara-acara pernikahan. Eksistensinya hingga saat ini menunjukkan bahwa kesenian tradisional ini wajib untuk senantiasa kita lestarikan. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |