Sholat Lidaf’il Bala, Hukum dan Tata Caranya

1 day ago 15

Sholat lidaf’il bala merupakan sholat sunnah yang dikerjakan oleh umat muslim untuk memohon perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT. Ibadah sholat ini adalah salah satu bentuk ikhtiar umat muslim agar terhindar dari segala macam marabahaya. Itulah mengapa, sholat sunnah ini juga disebut sebagai sholat tolak bala.

Baca Juga: Sholat Unsi Qobri, Makna, Tata Cara, dan Keutamaan bagi Jenazah

Sholat sunnah ini kita laksanakan pada waktu khusus, yakni hari Rabu terakhir bulan Shafar. Sebagian umat muslim melaksanakannya pada pagi harinya. Tepatnya, setelah selesai mengerjakan sholat isyraq, sholat isti’adzah, dan sholat istikharah.

Hukum Mengerjakan Sholat Lidaf’il Bala

Hukum melaksanakan amalan lidaf’il bala berbeda-beda menurut pandangan para ulama. Tak sedikit ulama yang berpendapat jika sholat lidaf’il bala hukumnya sunnah muakkad, yakni sholat yang dianjurkan untuk dikerjakan. Namun, sebagian ulama menjelaskan jika amalan lidaf’il bala hukumnya haram, karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam tradisi Jawa, lidaf’il bala dikenal dengan sebutan Rabu Wekasan. Beberapa orang meyakini, Rabu Wekasan (hari Rabu terakhir bulan Shafar dalam kalender Hijriah) merupakan hari paling sial sepanjang tahun. Umumnya, masyarakat akan melakukan berbagai macam kegiatan keagamaan pada hari Rabu Wekasan. Selain kegiatan keagamaan seperti tahlilan dan acara makan-makan sebagai bentuk ucapan syukur, juga melaksanakan sholat sunnah lidaf’il bala.

Menurut Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki dalam Kanz al-Najah wa al-Surur, menjelaskan jika sholat Rabu Wekasan boleh kita laksanakan. Namun harus memenuhi syarat, yakni tidak meniatkannya untuk Rabu Wekasan. Ketika melaksanakannya harus kita niatkan untuk mengerjakan sholat sunnah mutlak dengan tujuan mengharap perlindungan dan memohon keselamatan kepada Allah SWT.

Ajaran sholat Rabu Wekasan atau lidaf’il bala berasal dari sufi yang kasyaf. Saat Rabu Wekasan, akan turun 320 bala untuk satu tahun. Sebab itulah, sejumlah ulama menganjurkan untuk melaksanakan sholat sunnah agar terhindar dari bala tersebut.

Disisi lain, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari memberikan pandangan yang berbeda. Menurutnya, ibadah lidaf’il bala atau Rabu Wekasan hukumnya haram. Hal ini berdasarkan pada hadits shahih yang hanya menganjurkan untuk mengerjakan shalat-shalat yang sesuai syariat. Sedangkan sholat Rabu Wekasan tidak termasuk di dalamnya.

Tata Cara Pelaksanaan

Sholat ini kita kerjakan sebanyak empat rakaat dengan dua rakaat dan dua kali salam. Ada tata cara khusus untuk mengerjakan ibadah ini. Berikut tata caranya.

1. Membaca Niat

Tata cara pertama adalah membaca niat. Niat lidaf’il bala adalah niat mengerjakan sholat tersebut semata-mata hanya karena Allah SWT. Berikut ini bacaan niatnya.

Sholat Lidaf'il Bala, Hukum dan Tata Caranya

2. Membaca Surat Al Fatihah dan Surat Lain dalam Al Qur’an

Mengerjakan sholat Rabu Wekasan seperti mengerjakan sholat dua rakaat pada umumnya, baik itu sholat dua rakaat pertama dan kedua. Setelah selesai membaca surat Al Fatihah, kemudian membaca surat Al Kautsar sebanyak 17 kali, Al Ikhlas lima kali, dan Al Falaq serta An Nas masing-masing satu kali. Semua surat dalam Al Qur’an ini kita baca setiap rakaatnya.

Baca Juga: Sholat Iftitah Sebelum Tahajud, Awal Perjalanan Rohani

3. Membaca Doa Sholat Rabu Wekasan

Setelah salam, ada anjuran untuk membaca doa sholat lidaf’il bala. Doa tersebut berisikan tentang permohonan kepada Allah SWT agar terlindungi dari angin merah dan penyakit yang menyerang jiwa, daging, tulang, dan urat. Berikut ini doanya.

Pantangan Rabu Wekasan

Jika sholat lidaf’il bala atau Rabu Wekasan sebagai salah satu amalan, ada beberapa pantangan yang harus kita hindari. Hal ini berdasarkan keyakinan tradisi jawa. Adapun pantangan-pantangannya sebagai berikut.

1. Tidak Boleh Bepergian Jauh

Tidak bepergian jauh bertujuan untuk menghindari bahaya. Daripada bepergian, sebaiknya berkumpul dengan keluarga. Selain itu, memperbanyak membaca doa.

2. Tidak Melakukan Pekerjaan yang Berisiko

Sama halnya dengan pantangan pertama, tidak melakukan pekerjaan yang berisiko bertujuan untuk mencegah bahaya. Lakukan pekerjaan yang lebih aman. Terutama, pekerjaan yang tidak mengharuskan menggunakan tenaga fisik berlebihan, bepergian jauh, atau memakai alat-alat berbahaya.

3. Tidak Menikah

Ada baiknya, tidak menikah pada hari Rabu Wekasan. Karena ada anggapan sebagai hari paling sial, dikhawatirkan memberikan pengaruh buruk. Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, merupakan salah satu daerah yang memegang teguh pantangan ini.

Baca Juga: Panduan Sholat Nisfu Syaban, Doa dan Hukum Pelaksanaannya

Mengerjakan sholat lidaf’il bala sesuai dengan ajaran yang kita yakini. Sejatinya, segala macam bahaya yang dating merupakan peringatan dan ujian dari Allah SWT. Setiap hari merupakan hari baik untuk berdoa kepada Allah SWT agar selamat dunia dan akhirat. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |