Sahabat Nabi yang Syahid Tapi Masuk Neraka Adalah Quzman

20 hours ago 14

Perang Uhud menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Dalam pertempuran besar yang terjadi pada pertengahan bulan Syawal itu, umat Islam mengalami banyak pelajaran berharga, termasuk tentang pentingnya niat dalam berjihad. Salah satu kisah paling menyayat hati adalah kisah tentang sahabat Nabi yang syahid tapi masuk neraka. Bagaimana mungkin seseorang yang gugur di medan perang justru berakhir di neraka?

Baca Juga: Kisah Haru Sahabat Nabi yang Paling Miskin, Abu Dzar al-Ghifari RA

Kisah Tragis, Sahabat Nabi yang Syahid Tapi Masuk Neraka

Perang Uhud terjadi sebagai kelanjutan dari kekalahan kaum Quraisy dalam Perang Badar. Dengan membawa dendam yang membara, mereka kembali menyerang kaum Muslimin di Madinah. Pasukan Quraisy yang berjumlah 3.000 orang menghadapi pasukan Islam yang hanya berjumlah sekitar 700 orang. Rasulullah SAW memimpin langsung pasukan Muslimin, menunjukkan betapa pentingnya pertempuran ini dalam sejarah Islam.

Meski kalah jumlah, semangat jihad kaum Muslimin tidak surut. Mereka yakin akan pertolongan Allah SWT dan ridha atas kematian di jalan-Nya. Namun, ada satu kisah yang berbeda dari yang lainnya yakni kisah sahabat Nabi yang syahid tapi masuk neraka.

Siapa Quzman atau Qotzman?

Dalam berbagai literatur sirah, termasuk yang merupakan riwayat dari Ibnu Ishaq dan dikuatkan oleh hadits shahih dalam Shahih Bukhari dan Muslim, disebutkan nama seorang pria bernama Quzman (atau Qotzman). Ia adalah penduduk Madinah yang bergabung dalam barisan kaum Muslimin. Keberaniannya luar biasa. Ia membunuh tujuh hingga delapan musyrik dan terluka parah dalam pertempuran tersebut.

Banyak sahabat yang menyangka ia adalah syuhada sejati. Namun, Rasulullah SAW justru berkata sebaliknya, “Dia termasuk penghuni neraka.”

Kenapa Sahabat Nabi yang Syahid Namun Masuk Neraka?

Keheranan para sahabat Rasulullah SAW sangat wajar. Bagaimana mungkin seseorang yang tampak begitu heroik, terluka dalam pertempuran, dan gugur di medan jihad bisa masuk neraka?

Jawabannya terletak pada dua hal penting, yakni niat dan cara kematiannya.

Quzman ternyata tidak berperang karena iman, melainkan karena membela harga diri sukunya. Ia sendiri pernah berkata, “Aku berperang bukan karena agama, tapi demi kehormatan Madinah.” Ketika ia terluka parah dan tak sanggup menahan sakit, ia bunuh diri dengan menusukkan pedang ke dadanya. Tindakan ini jelas merupakan sebuah larangan dalam Islam.

Bunuh diri adalah dosa besar dalam syariat Islam. Dalam hadits shahih yang merupakan riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang bunuh diri akan mengulangi perbuatannya di neraka selama-lamanya. Inilah yang menyebabkan Quzman, sahabat Nabi yang syahid tapi masuk neraka tidak diterima amalnya meskipun tampaknya ia berjuang di jalan Allah.

Pelajaran Besar dari Kisah Ini

Ada pelajaran mendalam dari tragedi ini. Pertama, pentingnya meluruskan niat. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” Maka, seseorang bisa tampak melakukan jihad, padahal dalam pandangan Allah ia hanya sedang membela egonya.

Baca Juga: Usamah bin Zaid, Pengukir Sejarah Panglima Muda

Kedua, Islam mengajarkan bahwa kehidupan manusia sangat berharga. Bunuh diri, meskipun karena penderitaan fisik, tetap tidaklah benar. Kisah sahabat Nabi yang syahid tapi tidak masuk surga menjadi bukti nyata betapa niat dan cara mati seseorang sangat menentukan nasib akhirnya.

Ketiga, kita tidak boleh menilai manusia hanya dari luarnya. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa seseorang bisa terlihat melakukan amalan ahli surga, padahal sebenarnya ia ahli neraka dan sebaliknya.

Relevansi di Masa Kini

Di masa sekarang, kisah ini sangat relevan. Banyak orang yang menganggap dirinya berjuang demi agama, padahal niatnya penuh dengan kebencian dan ego pribadi. Ada pula yang melakukan tindakan ekstrem seperti bom bunuh diri dan mengklaimnya sebagai jihad. Padahal, seperti dalam kisah sahabat Nabi yang syahid tapi masuk neraka, tindakan semacam itu justru bisa berakhir pada kemurkaan Allah.

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kehidupan. Bahkan dalam perang sekalipun, Rasulullah SAW mengajarkan untuk tidak membunuh anak-anak, perempuan, orang tua, dan tidak merusak rumah ibadah. Apalagi membunuh diri sendiri dengan dalih jihad. Ini bukan hanya menyalahi ajaran Islam, tetapi juga mencemarkan nilai luhur jihad itu sendiri.

Jihad Tak Cukup dengan Semangat, Tapi Butuh Niat yang Lurus

Kisah tentang sahabat Nabi yang syahid tapi tidak masuk surga mengajarkan kita bahwa semangat jihad dan keberanian saja tidak cukup. Namun yang terpenting adalah niat tulus dan kesesuaian dengan ajaran Islam. Tidak semua yang mati di medan perang otomatis menjadi syahid jika niatnya bukan karena Allah. Begitupun sebaliknya, tidak semua kematian bisa kita sebagai sebut jihad bila jalannya tidak sesuai dengan tuntunan syariah.

Islam mengajarkan kita untuk selalu introspeksi. Jangan pernah merasa amal sudah cukup hanya karena terlihat hebat di mata manusia. Sebab, hanya Allah yang Maha Mengetahui isi hati kita.

“Sesungguhnya seseorang tampak benar-benar beramal dengan amalan penghuni surga menurut pandangan manusia, padahal ia termasuk penghuni neraka.” Rasulullah SAW

Baca Juga: Kisah Baiat Ridwan di Bawah Pohon, Bukti Kesetiaan Sahabat kepada Rasulullah

Semoga kita terhindar dari kesalahan niat dan mampu menjaga hati dalam setiap amal. Jangan sampai kita seperti sahabat Nabi yang syahid tapi masuk neraka, yang tampak berjihad namun sesungguhnya hanya membela harga diri dan akhirnya celaka. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |