Apa Arti Chauvinisme, Sejarah, Dampak, Beserta Contohnya?

21 hours ago 10

tirto.id - Kecintaan terhadap tanah air yang berlebihan bisa melahirkan sikap chauvinisme. Apa arti chauvinisme dan dampaknya saat dipelihara?

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan chauvinisme sebagai rasa cinta tanah air secara sangat berlebihan. Pengertian chauvinisme lainnya yaitu sikap kesetiaan ekstrem terhadap suatu pihak atau keyakinan tanpa mau mempertimbangan pandangan alternatif.

Chauvinisme dianggap sebagai hasil dari perasaan bangga terhadap identitas nasional yang berlebihan, sehingga merasa lebih unggul dari bangsa atau negara lain. Ideologi ini tidak hanya menunjukkan loyalitas atau ikatan dengan kelompok, tetapi mencakup kebencian atau permusuhan pada kelompok lain yang menentang. Itulah yang membuat paham chauvinisme membahayakan perdamaian.

Sejarah Munculnya Chauvinisme

Sejarah chauvinisme tidak lepas dari pengaruh sosok asal Perancis bernama Nicolas Chauvin pada tahun 1839. Ia adalah prajurit Grand Armee Napoleon.

Nicholas sangat mengidolakan Napoleon Bonaparte dan Kekaisaran lama. Kesetiaan Nicholas terhadap pemerintahan Napoleon sangat berlebihan. Sikapnya dianggap sebagai kepercayaan berlebihan, juga mendukung keunggulan ras seseorang.

Adapun istilah "chauvin" mulai dikenal dalam Bahasa Inggris sebagai "chauvinisme" sejak 1870. Pemaknaan chauvinis menjadi lebih luas dan digunakan untuk menggambarkan dukungan yang berlebihan, hingga prasangka buruk pada kelompok dengan tujuan yang berbeda.

Arti chauvinisme mengalami perluasan dalam perkembangannya yang tidak terbatas dalam urusan politik. Kata chauvinisme disandangkan sebagai sifat konotatif untuk laki-laki. Maknanya, laki-laki yang menganut paham chauvinisme melihat jenis kelamin mereka lebih tinggi kedudukannya dari perempuan.

Namun, pada masa modern, muncul pula chauvinisme perempuan. Dalam jurnal On Gender Chauvinisme disebutkan, chauvinisme perempuan adalah keyakinan bahwa perempuan secara moral lebih tinggi daripada laki-laki.

Inti dari chauvinisme masa kini mengarah pada sikap membanggakan diri sendiri atau kelompok ketimbang pihak lain. Ada sikap merendahkan pihak lain saat mereka tidak berada di pihak yang sama.

Infografik ChauvinismeInfografik Chauvinisme. tirto.id/Fuad

Contoh Chauvinisme

Salah satu negara yang menyuarakan chauvinisme di zaman dahulu adalah Jerman. Pada Perang Dunia I dan II, paham chauvinisme menjadi dasar bernegara di sana. Saat itu Jerman dipimpin Adolf Hitler yang dikenal sebagai pentolan Nazi.

Adolf berpandangan ras Arya yang mendominasi bangsa Jerman lebih unggul dari bangsa lain. Alhasil penerapan chauvinisme saat itu mengarah pada peperangan dan pemusnahan ras hingga bangsa lain.

Bangsa Arya menganggap mereka lebih superior dari Yahudi, Slavia, dan sebagainya. Paham ini pula yang salah satunya memicu Perang Dunia II.

Chauvinisme pernah pula hinggap di Jepang dan Italia. Di Jepang, chauvinisme pernah dianut pada masa kepemimpinan Tenno Heika atau kemungkinan di masa Kaisar Hirohito. Saat itu Jepang memandang rendah bangsa lain.

Adapun di Italia, chauvinisme dianut pada masa kepemimpinan Benito Mussolini. Ia berpendapat negara selain Italia merupakan peniru dan tidak kreatif untuk urusan perkembangan negara.

Contoh chauvinisme di masa modern mengikuti perluasan paham tersebut yang merendahkan pihak lain pada berbagai bidang. Beberapa contohnya yaitu:

  • Seorang pria menganggap sesama jenisnya lebih unggul dari perempuan. Ia berpendapat hanya pria yang layak sebagai pemimpin di berbagai bidang.
  • Seorang wanita berpendapat hanya dari jenisnya yang lebih mampu diandalkan dalam berbagai hal ketimbang pria.
  • Suku atau komunitas tertentu menganggap segala sesuatu yang ada di pihak jauh lebih baik dari suku atau kelompok lain.
  • Alumni universitas tertentu mengolok-olok alumni universitas lain karena menganggap kampusnya yang terbaik.

Apa Dampak Chauvinisme?

Chauvinisme memiliki sisi baik dan buruk dalam penerapannya. Kendati demikian, dampak negatif sikap chauvinisme cukup membahayakan bila terus dilestarikan. Berikut dampak positif dan negatif chauvinisme:

1. Dampak positif

  • Mempersatukan warga negara agar tunduk terhadap pemerintahan.
  • Daya juang masyarakat tinggi untuk membela bangsa dan negara.
  • Mempermudah pemerintah untuk mengarahkan arah gerak negara.
  • Membuat warga negara memiliki tujuan yang satu, entah itu untuk mengalahkan negara lain atau melampauinya.

2. Dampak negatif

  • Bisa menimbulkan peperangan dan pertikaian antar bangsa dan negara jika tidak ada persamaan.
  • Memperkeruh atau merusak perdamaian dunia karena tertutup terhadap negara lain (tidak menerima saran).
  • Makin tertutup dan sulit bersosialisasi dengan orang lain.
  • Paham chauvinisme yang terlalu berlebihan membuat seseorang malas menjalin tali persahabatan dengan bangsa lain.

tirto.id - Edusains

Kontributor: Desika Pemita
Penulis: Desika Pemita
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |