tirto.id - Gold, Glory, dan Gospel (3G) adalah misi yang diusung bangsa-bangsa Eropa sejak abad ke-15 Masehi dalam penjelajahan samudra. Tak sekedar semangat, misi ini memunculkan praktik kolonialisme dan imperialisme.
Lantas, apa yang dimaksud dengan Gold, Glory, dan Gospel (3G)? Apa yang dimaksud Glory dalam semboyan 3G bangsa Eropa?
Ada banyak hal yang melatarbelakangi dimulainya penjelajahan samudra oleh bangsa-bangsa Eropa.
Menurut M. C. Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2007), faktor utama yang mendorong kedatangan bangsa Eropa ke dunia timur, termasuk Nusantara (Indonesia) adalah keinginan untuk memperoleh rempah-rempah.
Apa yang Dimaksud 3G Gold, Glory, Gospel?
Terlepas dari sejumlah alasannya, penjelajahan samudra oleh bangsa-bangsa Eropa sejak abad ke-15 Masehi mengusung semangat Gold, Glory, dan Gospel.
Gold artinya adalah kekayaan. Apa itu Glory? Arti Glory dalam sejarah ialah kejayaan. Sementara itu, Gospel artinya yakni menyebarkan agama Nasrani.
Latar Belakang dan Sejarah Semboyan 3G
Dalam buku Principles of Political Geography (1957) yang ditulis oleh Weigert dan W. Hans, disebutkan bahwa pada 7 Juni 1494 disepakati Perjanjian Tordesilas oleh Portugis dan Spanyol.
Perjanjian ini merupakan kesepakatan pembagian dunia antara dua kerajaan Katolik di Eropa paling berpengaruh saat itu, yakni Portugis dan Spanyol. Kerajaan Portugis menguasai dunia timur, sedangkan Kerajaan Spanyol menguasai dunia barat, yang ditentukan lewat perhitungan khusus.
Perjanjian Tordesilas sebenarnya merupakan gagasan Paus Alexander VI dari Vatikan sebagai solusi atas persaingan dua kerajaan Katolik itu. Ia mengeluarkan kebijakan atau fatwa Gold, Glory, dan Gospel alias 3G.
Dengan demikian, tujuan Portugis dan Spanyol melakukan penjelajahan samudera, selain untuk memperoleh kekayaan dan kejayaan, juga mengusung misi menyebarkan agama (gospel).
Aksi eksplorasi yang dilakukan bangsa Portugis dan Spanyol itu mencakup hampir seluruh bagian dunia, termasuk Kepulauan Nusantara atau yang kemudian menjadi wilayah negara Indonesia.
Kedatangan pertama bangsa Portugis di Nusantara adalah pada awal abad ke-16 M. Spanyol sempat ikut campur di kawasan ini namun kemudian harus pergi setelah disepakatinya Perjanjian Zaragoza pada 22 April 1529.
Tujuan dan Motivasi Semboyan Gold, Glory, Gospel
Tak hanya memperoleh kekayaan, kejayaan, dan menyebarkan agama. Ada motivasi lain yang membuat misi tersebut harus diwujudkan.
Motivasi 3G Gold, Glory, Gospel adalah sebagai berikut:
1. Gold
Motivasi Gold adalah kekayaan yang dieksploitasi dari wilayah-wilayah baru kemudian digunakan untuk kepentingan kerajaan/negara imperialis seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Perancis dan lainnya.
2. Glory
Motivasi Glory adalah kejayaan yang diinginkan oleh para petinggi kerajaan katolik, baik itu Spanyol maupun Portugis. Kedua bangsa itu saling bersaing untuk memperoleh wilayah jajahan dan menancapkan pengaruh di kawasan yang mereka jelajahi, serta kehormatan di kalangan bangsa Eropa sendiri.
3. Gospel
Misi Jesuit mewajibkan tugas suci pengabaran injil perlu dilakukan di mana pun, demikian yang ditulis Usman Nomay melalui artikel berjudul "Portugis dan Misi Kristenisasi di Ternate” dalam jurnal Fikrah (Volume 2, Juni 2014).
Dengan demikian, gospel adalah misi agama atau misionaris. Selain untuk mendapatkan kekayaan dan kejayaan di tempat-tempat baru yang ditemukan, bangsa-bangsa imperialis juga menyebarkan agamanya di wilayah-wilayah anyar tersebut.
Mengapa Semboyan 3G Menjadi Misi Penjelajahan Samudra
Sebagaimana telah disebutkan, Paus Alexander VI dari Vatikan adalah pihak yang menggagas semboyan 3G. Pada masa itu, Vatikan adalah kekuatan supranasional yang bisa mengesahkan kekuasaan raja-raja.
Kerajaan yang ingin menguasai wilayah baru membutuhkan restu Paus agar diakui secara hukum dan moral.
Vatikan tidak menciptakan 3G, tetapi kekuasaannya dalam hal Gospel (melalui doktrin gereja, perjanjian, dan misi misionaris) membuatnya menjadi aktor kunci di balik salah satu pilar penjelajahan samudra.
Gold dan Glory adalah tujuan sekuler kerajaan, tetapi Gospel memberi legitimasi religius yang mengubah kolonialisme menjadi "misi suci".
tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani & Syamsul Dwi Maarif